Part 01: Abimanyu Putra, Murid 2 A3-1

113 15 0
                                    


Pemuda jangkung dengan ransel biru hitam itu masih menutup mulut dengan telapak tangan. Tak memercayai pandangannya. Di depannya benar-benar Angkasa. Angkasa Pramoedya. Angkasa di tahun 2001. Angkasa yang berusia 17 tahun.

Angkasa juga tenganga. Kemudian menarik tangannya yang tadi terbuka ke arah Abi dengan wajah tak lagi bersahabat. "Apa maksud lo!?"

Laki-laki di samping Angkasa yang tadi juga melongo segera tersadar. Menepuk pundak Angkasa berbisik pelan. "Dia kan yatim piatu, Sa. Kali aja lo mirip bokapnya."

Pemuda bernama Abi itu mengerjap ikut sadar mendengarnya. Ia segera menurunkan tangan menguasai diri.

"Ah, eh, sorry. Maaf. Iya, muka lo mirip banget sama papa gue waktu muda," kata Abi segera menjelaskan dengan panik, "jadi kemaren, pas gue koma tuh... eum, gue mimpiin papa mama... elo mirip......."

"Gue?" Angkasa menunjuk diri sendiri dengan kening berkerut tak mau percaya.

"Iya," Abi mengangguk meyakinkan. Walau matanya masih melebar terpana menatap Angkasa.

Angkasa mendengus, jadi agak melunak. "Elo bener lupa ingatan?"

Abi mengangguk lagi. Tapi raut wajahnya masih tak berubah. Seakan tercengang tak percaya. Angkasa membalas tatapannya, agak memicingkan mata seakan curiga. Abi jadi mengerjap, mengalihkan wajah berusaha menguasai diri.

"Wah, kita harus jelasin dari mana nih?" Laki-laki jangkung di sisi kanan Angkasa bersuara. "Ah, nama gue Satrio, Bi. Dulu kita satu SMP."

Abi menoleh. Memandangi wajah Satrio yang kurus menonjolkan rahang tegasnya. Tubuhnya tinggi sepantaran Abi, dengan pipi lebih tirus dan rambut pendek jigrak. Abi merasa lebih tenang kini.

"Gue Angkasa," Angkasa lagi-lagi memperkenalkan diri. "Kita kenal dari kecil."

"KENAL DARI KECIL!?"

Gagal tenang. Abi sampai memekik tak percaya membuat mereka terperanjat, sampai Angkasa latah termundur kaget.

"I-iya, kaget gue," kata Angkasa mengelus-elus dadanya.

Raka di samping Abi mengerutkan kening. Terkejut ditambah heran. Ini Abimanyu? Dia ekspresif sekali pagi ini....

"Kita kan tetanggaan," kata Angkasa menjelaskan. "Lo bisa panggil gue Asa."

"... ha?" Abi jadi melongo.

"Asa."

Pemuda jangkung itu mengatupkan bibir. Ia jadi takut. Bibirnya bergerak kecil tak bisa berkata. Di kepalanya terputar memori bagaimana dia marah teman-teman SD-nya suka ngeledek menyebut-nyebut nama itu.

Sekarang, dia harus memanggil si empu dengan nama sejelas itu.

Bahkan, pakai nama panggilan.

"As...." Abi tak bisa melanjutkan.

"Asa," ulang Angkasa menegaskan.

Abi meneguk ludah. "Asa."

'Maaf, pa...'

"Kok dia kayak takut sih?" Laki-laki di sisi kiri Angkasa tertawa geli. Suaranya lebih berat dan dalam. "Eh, gue Tara. Lo sama mereka kelas A3-1, gue A3-2."

"Hmm..." Abi mengangguk-angguk. Ia melirik, jadi menoleh sepenuhnya. Matanya membelalak langsung menyadari.

"BATARA?! BATARA WIRAYUDHA?!" pekik Abi histeris. Lagi-lagi, pemuda itu heboh tak tertahankan.

Tara sampai termundur dengan delikan.

"Wah, lo diingat tuh!" kata Satrio menyambut. "Sampe nama lengkap lo!"

GEMINTANG MILLENIALOnde histórias criam vida. Descubra agora