Part 10: Tao Ming Tse & Britney

70 14 1
                                    


Gemintang menarik nafas dalam dengan kaget. Ia terduduk begitu saja. Matanya membelalak dengan tubuh berkeringat dingin. Nafasnya tersengal. Masih dengan selimut menutupi setengah bagian tubuh berada di tempat tidur queen size itu.

Gemintang memejamkan mata rapat, meraba dadanya menenangkan degup jantung. Ia membuka mata perlahan, kemudian memandangi sekitar.

Dinding kamar biru muda yang luas dan sepi.

Ini kamar Abimanyu.

Gemintang mendecak. Pemuda itu menarik rambut lebatnya ke belakang, mencoba menenangkan diri lagi.

Kembali teringatkan wajah memerah dengan tatapan nanar dari Gempita untuknya. Suara keras Papa yang melemparkan kertas ke depannya dengan marah.

Gemintang merasa dadanya sesak kembali. Ia menunduk menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Dia ingin pulang... Dia menyadari bahwa dirinya yang salah hari itu.

Kenangannya muncul sebagai mimpi, membuatnya merasa bersalah dan menyesal. Harusnya, dia bisa pulang. Dia bisa berlutut di depan Papa meminta maaf. Dia bisa memeluk Gempita dan menjelaskan semuanya.

Jika saja dia punya kesempatan...


**


"Kasus pemerkosaan dari geng jalanan semakin meningkat. Kembali dilaporkan seorang remaja putri berusia 19 tahun menjadi korban pemerkosaan tiga orang dari kelompok geng jalanan."


Gemintang melebarkan mata menonton televisi tabung minggu siang itu. Ia duduk di lantai, di hadapannya ada meja kayu kecil. Dengan mangkuk mie rebus yang masih mengepul asapnya. Gemintang menyendokkan mie, meniupnya sesaat sebelum memakannya dan lanjut menonton berita hari ini.


"Berita Luar Negeri. Amerika Serikat dan Dewan Keamanan PBB telah menuntut agar Taliban menyerahkan Osaman Bin Laden. Buntut dari peristiwa aksi terorist 11 September."


Kening Gemintang berkerut. "Ck. Mau di masa lalu, masa depan. Dunia selalu nggak aman," komentarnya geleng-geleng kepala. Ia meraih remote TV, lalu mengganti channel.


"PEACE, LOVE, AND GAULLLLL!"


Gemintang mendelik dan menegak. Agak bingung menonton acara TV. "Apaan? Acara musik?" katanya bicara sendiri, melihat panggung yang di sekelilingnya ramai penonton memenuhi.


"Hari ini gue mau bacain ramalan zodiak"


"Halah," Gemintang mengganti lagi. "Dari jaman dulu pembahasan zodiak mulu, heran gua," dumelnya kesal sendiri.

Channel TV kembali berganti. Kini menampilkan drama kolosal dua peran utamanya sedang bertarung.

"Ini mata gue yang minus atau emang layarnya kabur?" cowok itu lagi-lagi bicara sendiri sambil memilih-milih tontonan.


"WASPADALAH.... WASPADALAH....!"


GEMINTANG MILLENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang