Part 03: Papa Versi 17 Tahun

72 13 0
                                    


"Emang kenapa sih? Dia cuma muji gue!" Aurora bersuara di belakang punggung Angkasa .

Gemintang mencoba menguasai ekspresi wajah yang sejak tadi merenggut menatap sinis Angkasa di depannya. Ia berdehem agak mengangkat dagu, beranjak menyeruak di antara Angkasa dan Satrio membuat Angkasa terdorong mundur.

"Gue lupa kantin dimana. Temenin ya?" pinta Gemintang tersenyum ramah.

Kedua mata Aurora melebar. Terpana pemuda ini nampak berbeda seratus delapan puluh derajat dari Abimanyu yang biasa ia tau.

Angkasa yang tergusur tenganga tak percaya. Berpandangan dengan Satrio, "dia dorong gue?" tanyanya entah buat apa.

Angkasa berbalik, ke depan Gemintang kini berdiri berhadapan tepat mau menantang. Gemintang jadi mengatupkan bibir termundur lagi.

"Elo hilang ingatan?"

Gemintang jadi tersentak. Ia terdiam mendengar nada tajam dan tatapan nyalang itu. Secara naluri pemuda itu menciut tak berani melawan.

"Atau..." Kening Angkasa berkerut, menatap Gemintang curiga. "Elo bukan Abimanyu?"

".... ha?" Gemintang jadi makin hilang kata. Kini jelas terlihat panik dan ketakutan. Pemuda itu meneguk ludah, berdehem pelan. "Terus kalau bukan Abimanyu, gue siapa?"

"Oh, oh?" Tara ikut mendekat memandang Gemintang, "kenapa lo gugup?" tanyanya mengompori.

Gemintang mendecak karna merasa terpojok. Ia memandangi Angkasa dan Tara sebal dan kecewa. Gimana bisa papa dan calon papa mertua (soon) adalah dua orang pembully begini???

"Gue laper," celetuk Aurora mulai bosan, "bukannya kita janjian makan bakso?"

Satrio menoleh lebih dulu, "hm. Ayo, kita aja," katanya beranjak mendekat membuat Aurora langsung mengikuti melangkah pergi. Angkasa dan dua lain jadi tersentak.

Angkasa segera berbalik, menarik ujung belakang kerah Satrio menahannya sampai cowok kurus itu oleng sedikit.

Belum melepaskan pegangannya, Angkasa menoleh lagi pada Gemintang dengan tatapan menindas. "Gue belum selesai ya sama lo," katanya belagak mengancam. Lalu mulai melangkah lebih dulu mendahului. Tara mengekor begitu saja.

Gemintang yang ditinggalkan jadi mendengus. Yang tak lama pemuda itu makin keki. 'Dia selalu bilang lakuin apa aja asal jangan ganggu dan nyakitin orang lain. Tapi dia sendiri di masa mudanya nindas orang!'

Gemintang menghela nafas keras lalu mulai berjalan di belakang mereka mengikuti. Keningnya berkerut dengan wajah merenggut. Ini benar 2001, kan? Ini benar 'dunia' yang sama hanya berbeda tahun? Atau ini universe lain, dimana Papa, Tante Yaya, juga Papa Bening menjadi dirinya yang jauh berbeda dari diri asli mereka. Papa Bening kan orangnya kalem dan berwibawa, tapi kok dia jadi cowok SMA lemes yang hobinya ngomporin begitu? Apalagi Tante Yaya. Masa sih dia full batre begitu? Bahkan waktu nonton Lapor Pak bareng, Tante Yaya hanya tertawa singkat lalu lebih banyak tak berekspresi sangking datarnya.

Dan Papa.... Ah. Gimana bisa Mama bilang jatuh cinta sama Papa di masa SMA sejak mereka bertemu pertama kali kalau wujud Angkasa Pramoedya tuh setengil itu?


Gemintang menghela nafas kasar. Sudah tiga hari berlalu dia terjebak di 2001, tapi dia tetap tidak bisa menerima semua ini. Jiwanya terlempar ke tubuh pemuda yang fisiknya sama seperti dia di masa lalu.

Tidak mungkin Abimanyu selamat setelah meminum obat nyamuk cair hari itu. Dia harusnya sudah meninggal di September 2001.

"Elo udah keluar dari rumah sakit?"

GEMINTANG MILLENIALWhere stories live. Discover now