Part 07: Gadis Dengan Pulpen Sirip Ikan Biru

98 16 1
                                    




Gemintang berdiri di depan kaca yang ada pada lemari baju Abimanyu pagi ini. Ia melengos, memandangi dirinya yang kini memakai kemeja putih dan celana panjang abu-abu seragam sekolahnya dengan dasi abu-abu menggantung dileher.

"Elo seculun ini?" tanya Gemintang pada cermin, entah bicara pada siapa.

Cowok itu mendengus. Kemudian melepas dasi yang baru saja terpakai rapi di leher, melemparnya asal. Pemuda itu mengeluarkan kemeja dari dalam celana, merapikannya sesaat. Ia menyisir rambut tebal dengan tangan, mengacaknya asal sesaat memperlihatkan keningnya.

"Harusnya dengan muka ini lo bisa jadi school heartthrob, bukan badut loser," kata Gemintang dengan gaya mengajari mengarah pada kaca. "Emang kenapa kalau lo nggak punya orangtua? Nenek lo sesayang itu sama lo, rumah lo gede, lo orang kaya. Jangan diem aja!"

Gemintang mendecih. "Dah lah. Elo juga udah mati," katanya kembali mengatur rambutnya.

"Ck argh. Harusnya gue cukur. Rambutnya tebel banget kayak jamur. Daripada remaja 2000an, elo kayak remaja 80an, Abimanyu."

"ABIII!!"

"ASTAGA IYA!" Gemintang sampai terlompat dengan tubuh bergetar, latah kaget. "I-iya Nek????"

"Kamu nggak pergi sekolah??? Nanti telat lohhh!!"

"IYAAA!" Gemintang menghela napas, mengambil ransel biru-hitamnyanya sambil menggerutu lagi. 'Ketemu Angkasa lagi, ketemu Angkasa lagi. Liat aja, gue bakal aduin ke Mama!'


**


Gemintang berjalan kaki menuju sekolah. Ia melihat sekitar, memandangi satu persatu para murid SMU Nusantara 3 yang juga melangkah memasuki area sekolah.

Seseorang dengan skateboard melaluinya, membuat Gemintang menoleh. Gemintang mengangkat alis melihat laki-laki itu dengan lihai menghentikan skateboard di depan lobi utama lalu turun dan menginjak ujung skateboard untuk memegangnya dengan tangan.

Gemintang mendelik risih dan mendecih. 'Sok keren,' ejeknya mendumel dalam hati. 'Bukannya kurang headset di kepalanya, biar ala-ala Y2K?'

Gemintang melangkah mendekat sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.

"Elo nggak datang bareng Aurora?" tanyanya begitu saja.

Angkasa yang baru akan melangkah jadi terlonjak sampai latah kecil. Ia menoleh kaget. Lalu melengos keras, "Lo ngagetin gue," katanya mengomel memegangi dada.

Gemintang mendengus tak peduli. Angkasa mendelik, lalu memerhatikan penampilan pemuda jangkung itu yang lebih berantakan dari sebelumnya.

"Hilang ingatan bener-bener buat lo hilang jati diri ya?" celetuk Angkasa meledek.

"Kenapa?" Gemintang memajukan kaki kiri sedikit, mendongakkan leher seakan bergaya. "Gue jadi keren?"

"Nggak," jawab Angkasa singkat. Kemudian tak melanjutkan ia melangkah memasuki sekolah sambil menenteng skateboard miliknya.

Gemintang melirik sambil mengekor. Dia baru sadar skateboard abu-abu di kelas kemarin itu milik Angkasa.

Angkasa berjalan menuju kelas. Tapi saat dekat pintu kelas, ia mendecak dan berhenti. Menoleh pada Gemintang yang jadi tersentak.

"Bisa stop ngeliatin gue nggak?!" amuk Angkasa tak bersahabat.

Gemintang jadi mengerjap-ngerjap cepat salah tingkah. "Ah. Eo.... Elo beneran mirip papa gue!" katanya memberi alasan. "Persis."

GEMINTANG MILLENIALWhere stories live. Discover now