Part 09: Beda Dimensi?

70 16 1
                                    


Gemintang melangkah dengan ransel biru hitam di pundaknya. Ia berada di antara kerumunan murid putih-abu abu yang melangkah di koridor pulang sekolah ini. Gemintang menoleh kanan kiri, melongok-longok masih berusaha mencari.

Sampai di depan lobi, pemuda jangkung itu mengangkat alis melihat Angkasa dan Aurora berdiri berhadapan.

Angkasa memegang skateboard abu-abu dengan satu tangan berkacak pinggang. Sementara Aurora melipat kedua tangan depan dada, agak memiringkan kepala membalas tatapan Angkasa.

"Gue jelek ya?" "Gue jelek ya?"

Keduanya berucap di saat bersamaan, membuat mereka sama-sama tersentak.

"Kan. Pikiran lo begitu! Berarti bener, gue jelek!" kata Aurora jadi merenggut protes.

Angkasa mendecak, "gara-gara muka lo kayak gue nih! Gue jadi ikut jelek!"

"Yang lahir duluan siapa?!" sahut Aurora menyudutkan.

"Kok nyalahin gue?" sungut Angkasa tak mau kalah.

"Emang tuh dia suka nyalahin orang," Suara Gemintang terdengar nyelonong begitu saja membuat keduanya menoleh.

Raut wajah Aurora berubah. Dia jadi manyun, berpindah tempat kini ke samping Angkasa merapat agak bersembunyi di bahu Angkasa.

"Elo belum jawab kenapa lo berantem," kata Gemintang berdiri di depan Angkasa.

"Dan gue juga udah bilang bukan urusan lo!" ketus Angkasa sewot.

"Tuh! Denger!" kata Aurora mengompori.

Gemintang agak termundur dengan delikan. Ia memandang Angkasa dan Aurora bergantian. "Kalian emang sejahat ini ya?" tanyanya tersinggung kecewa.

Si kembar itu tersentak bersamaan, lalu kompak saling menoleh. Mereka kembali memandang Gemintang dengan garis wajah menurun, agak canggung merasa bersalah.

Angkasa mendengus keras. "Elo? Sejak kapan lo penuh energi gini?" tanyanya agak meracau karna mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tau tuh!" Aurora lagi-lagi mengompori, "abis dikasih apa sih lo di rumah sakit? Pasti obat aneh aneh ya?"

"Infusnya diminum langsung?" sindir Angkasa menuduh. Lalu berikutnya menarik nafas sok dramatis, "ahhhh! Dia pasti udah jadi percobaan obat penemuan terbaru yang gagal!"

Aurora melebarkan kedua mata, "apa dia diminumin obat terlarang?"

Tapi bukannya tersinggung, Gemintang malah melebarkan mata melihat keduanya. Angkasa yang tenganga dibuat-buat dengan Aurora yang menatapnya takut-takut.

Papa... Tante Yaya.... kenapa jadi badut gini............

Kalian ini.... saudara karismatik loh...........

Angksa tak sengaja melirik. Pemuda berhidung bangir itu jadi menegakkan tubuh tanpa sadar. Ia berdehem pelan, "gue duluan, mau beli majalah!" pamitnya begitu saja, langsung menaruh skateboard dan naik ke atasnya.

"Loh? Majalah ap—IH ASA!!!!" Aurora jadi merenggut sebal ditinggalkan begitu saja.

Angkasa sempat menoleh ke belakang sesaat, "sama si Abi aja!" katanya lalu mendorong skateboard dengan satu kaki dan mulai keluar dari area sekolah.

Aurora jadi manyun. Gadis cantik itu melirik, pada Gemintang yang terus memandangi kepergian Angkasa.

"EHM." Aurora berdehem kencang sampai Gemintang tersentak, refleks menoleh. "Gimana? Mau bareng nggak?" tanyanya dengan nada tak mau bersahabat.

GEMINTANG MILLENIALWhere stories live. Discover now