Part 08: Salah Paham

169 22 15
                                    



Gemintang melongok, menjulurkan leher tinggi-tinggi sambil menyeruak di antara keramaian. Ia melebarkan mata, makin dekat pandangannya makin jelas. Pemuda jangkung itu jadi berdiri di tepi koridor, ikut yang lain menonton ke arah tengah lapangan.

Angkasa di sana. Dengan posisi push up di tengah siang terik begini.

Seorang guru berdiri sambil marah-marah. Tangannya memegang tongkat kayu tipis, yang beberapa kali dipukulkan ke bagian belakang empat siswa yang tengkurap di lapangan itu.

Gemintang melotot. Loh? Loh? Ada apa itu? Kalau di masa depan, guru itu pasti sudah direkam dan diviralkan. Digunjing satu negeri sudah jadi guru yang tak bermanusiawi.

Tapi sampingkan itu. PAPA KENAPA DIHUKUM!?


Aurora di tengah keramaian koridor menyadari keberadaan Gemintang. Gadis cantik itu langsung beranjak menyeruak di antara murid lain.

Gemintang menoleh. Tapi belum bereaksi, Gemintang melotot kaget Aurora menarik lengannya menyeret pemuda itu menjauh dari tepi koridor yang ramai.

Aurora mendorong Gemintang sampai Gemintang termundur tak siap. "Pasti karna elo kan!?" tuduh gadis itu langsung marah-marah.

"Ha? Apaan?" Gemintang jelas melongo bingung.

"Asa. Asa berantem karna elo!" kata Aurora menyudutkan.

Gemintang melotot lebar, "dia berantem???"

Aurora jadi mendelik dengan respon itu, "elo dimana di istirahat tadi?!"

"Gu-gue," Gemintang jadi gagap bingung menjelaskan. "Gue nggak sama dia!" sambungnya membela diri.

Aurora menggeram, "berarti, elo bawa pengaruh buruk ke Asa! Karna lo kemaren ngelawan orang-orang, terus Asa jadi ikut-ikutan!"

Gemintang merenggut, "kok nyalahin aku sih?!" ucapnya tanpa sadar mengganti kata ganti.

"Elo tuh emosian sekarang! Asa ikut-ikut emosian!"

Gemintang tenganga sakit hati dituding, "gara-gara dia emosian! Gue besar jadi ikut emosian!"

Aurora sebenarnya agak tak mengerti dengan permutaran kata cowok ini.

"Tapi, Angkasa berantem? Gelut? Tonjok-tonjokan? Kok bisa? Kenapa?" tanya Gemintang jadi mencerca, "dia aja diem doang gue dipukulin. Siapa yang bikin dia tergerak!?"

Aurora jadi menggeram. "Pokoknya elo! Elo yang bikin Asa begitu!"

Gemintang tenganga, "Tante..." katanya ingin menjelaskan.

"TANTE?!" Aurora melotot kaget membuat Gemintang tersadar.

"Maksudnya, Tante gue! Tante gue tuh! Yang mengajarkan gue untuk berdiri melawan orang-orang yang menindas!" kata Gemintang panik segera menguasai diri, "Jadi bukan salah gue! Malah, bagus Angkasa sekarang jadi lebih berani!"

Aurora memekik kecil kesal. "Abi, gue nggak tau apa yang terjadi sama lo. Tapi perubahan lo ini nggak baik!" kata Aurora menegur. "Lo mau jadi apa? Ini, dasi lo kemana? Seragam lo, kenapa keluar keluar gitu!?"

Gemintang mendecak karna tiba-tiba diomeli. "Banyak yang gitu kok," katanya tak merasa bersalah. Bahkan banyak juga yang pakai aksesoris-aksesoris ramai dan ngejreng total. Kayaknya di awal 2000 ini, peraturan sekolah tidak seketat di masa depan.

"Dengar ya Tan—maksudnya, Ara. Aurora. Anggap lah ini kehidupan kedua gue. Gue akan lebih menikmati masa remaja gue," kata Gemintang percaya diri.

Aurora membuka mulut tak percaya. Keningnya berkerut tak mengerti.

GEMINTANG MILLENIALWhere stories live. Discover now