01 [The Heirs]

2.5K 169 11
                                    

[Cerita ini tidak sepenuhnya mengikuti alur novel karena penulis cerita tidak membaca novelnya sampai selesai, jadi mohon maaf apabila ada kesalahan kejadian, tempat atau urutan waktu yang bertentangan dengan karya aslinya.

Dan sebagai tambahan lain, (Name) memasuki tubuh Claudine saat timeline di mana hubungan Layla dan Matthias sudah berkembang pada tahap perselingkuhan. Namun yang akan diambil hanya POV Claudine, jadi selamat membaca!]

How To Live

As

'Claudine'

'Tes..'

Gadis berambut hitam pekat itu terdiam, menatap lembaran bukunya yang ditetesi darah segar dari hidungnya. Ia menghela napas berat, menutup hidungnya dengan tangannya dan segera menaikkan kepalanya untuk menghadap ke atas loteng.

"Merepotkan"

Matanya menyipit, mengingat betapa lemah tubuhnya. Ia hanya berharap tubuhnya bisa bekerja sama dengan pikirannya sehingga setidaknya ia bisa punya waktu belajar lebih lama dari biasanya. Matanya melirik ke jam dinding, sekarang sudah jam satu malam. Ia berandai, seandainya saja tubuhnya bisa menampung ambisi yang dimilikinya.

Ia berdiri dan berjalan pergi, mematikan lampu kamarnya untuk menutup hari itu dengan istirahat.

-----------------♦

Pagi hari tiba, gadis itu bangun seperti biasanya, dan menatap ke arah jam dinding. Ia bangun dari tempat tidur, merapikan kasurnya dan segera membuka jendela. Angin sepoi sepoi yang begitu tenang dan burung burung yang berkicauan menjadi satu satu bentuk kebebasan yang bisa dia lihat meski begitu sulit untuk ia rasakan.

Hanya seketika saat mendengar detikkan jam dinding yang terus berbunyi, membuatnya menyadari bahwa ia sudah membuang sebagian waktunya di pagi hari itu. Ia segera beranjak pergi dari jendela dan mempersiapkan dirinya untuk menjalani hari itu.

Seperti biasanya, ia duduk di balkon sambal membaca buku. Matanya tidak beralih dari deretan tulisan di buku itu, sambal sesekali menyeruput teh yang ada di meja.

"(Name), bukankah kantung matamu semakin bertambah akhir akhir ini?"

Suara kecil dan lembut itu membuat (Name) mendongak. Dilihatnya saudari tirinya yang tersenyum manis. Di sisi lain (Name) hanya menatapnya sekilas, sebelum kembali membaca bukunya.

Merasa diabaikan, saudari tirinya menghela napas dan mengambil tempat di kursi kosong di sebelahnya dengan santai, lalu menatap sekilas pada buku yang (Name) baca.

"Oh astaga.., tidakkah kamu berusaha terlalu keras, (Name)?"

Kekehan saudari tirinya ditambah dengan pertanyaannya cukup untuk membuat (Name) tersinggung. (Name) menutup bukunya dan menghela napas panjang.

"Lisa, apa kamu tidak punya pekerjaan lain selain mengganguku?"

Lisa tersenyum remeh dan memainkan rambutnya sendiri.

"(Name), kamu tau ini hanya masalah waktu sebelum kamu disingkirkan dari keluarga ini. Sejak awalpun, kamu sudah tidak ada tempat di keluarga ini."

Cukup dengan ucapan itu, (Name) berdiri dari kursinya dan menatapnya dengan tajam. Kepalan tangannya menjelaskan bahwa dia seakan mencoba menahan dirinya untuk tidak segera mendorong saudara tirinya dari atas balkon.

𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞 𝐚𝐬 𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘯𝘦Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu