13 [Hidden letter]

978 171 22
                                    

Setelah beberapa hari berlalu, Claudine mulai menjalani kehidupannya sebagai tunangan resmi seorang duke.


Namanya melambung naik di kalangan para bangsawan dan kerap di bicarakan di mana mana. Namun seperti biasa, dia sudah membiasakan diri dengan itu.


Pagi ini, suara burung berkicau, membangunkan Sang Lady dari tidur nyenyaknya.

Ia menggosok matanya dan meregangkan tubuhnya sebelum duduk di ujung tempat tidur.

Hanya dia yang tau, bagaimana semalam dia begitu kesulitan untuk tidur setelah semua yang terjadi padanya.

Pada satu sisi, dia dengan sadar tau bahwa dia memiliki perasaan untuk Riette.

Namun di sisi lain, dia memiliki ambisi dan tuntutan dari keluarga akan posisi sebagai duchess.

Akan tetapi, kedua pilihan itu sama sama memiliki belati di ujungnya.

Mengingat tawaran riette, bagaimana dia akan kabur bersamanya setelah pertunangan yang sudah dipublikasikan keluar dengan tanggapan bervariasi dari orang orang? Lalu bagaimana Claudine akan menghadapi keluarganya yang sudah menaruh harapan padanya? Atau bahkan Nyonya Herhard yang sudah mempercayakannya posisi duchess padanya?

Namun sama halnya juga dengan Matthias. Pria yang sangat sulit ditebak seperti itu membuat Claudine semakin ragu untuk menikahinya karena sikapnya akhir akhir ini. Walau jelas itu hanya akan menjadi pernikahan politik, tapi entah mengapa sikap Matthias selalu membuatnya gelisah, bahkan hanya dengan tatapannya. Meski pada awalnya Claudine tidak masalah dengan ini, namun semakin lama Matthias semakin menjadi jadi, membuat Claudine mempertanyakan kembali keputusannya untuk menikahinya.

Ia menghela napas dan berdiri dari tempat tidur lalu berjalan membuka pintu balkon.

Dibiarkannya udara segar menerpa surai halusnya, dan matahari pagi yang menyinarinya.

Claudine kembali teringat sebagaimana pertemuannya waktu itu dengan Riette di sini yang begitu membekas. Setelah itu, mereka benar benar kehilangan kontak, bahkan saat Claudine belum sempat memberi jawaban atas tawarannya itu.

Tidak ada kiriman surat yang datang, Riette juga tidak menyelinap kemari dan bahkan tidak muncul di Arvis, sehingga membuat Claudine berpikir mungkin Riette sedang dalam pelatihannya untuk perang nanti.

Namun tetap saja, Claudine merasa kesepian. Semuanya terasa membosankan tanpa Riette di sampingnya.

Claudine terdiam sejenak, sebelum menggelengkan kepalanya, mempertanyakan apa yang dia lakukan di pagi hari yang cerah, menggalaukan seorang pria seperti orang bodoh.

Claudine menghela napas, Riette memang tau cara membuat seseorang terlihat bodoh.

Seperti biasa, sang Lady merapikan dirinya lalu memilih keluar dari kamar tidur dan menuruni tangga untuk melakukan rutinitas hariannya.

Dia bertanya tanya mengapa tidak ada satupun pelayan yang masuk ke kamarnya untuk melayaninya. Itu memang tidak perlu, hanya saja kekosongan ini tidak seperti yang biasanya.


Hanya saat Claudine melangkah turun dari tangga, suara bisik bisik para pelayan terdengar jelas di-spot tempat gosip mereka yang biasanya.


"Aku senang akhirnya Lady Claudine mengumumkan pertunanganya. Aku ikut bahagia untuk Lady, walau awalnya aku ragu karena kehadiran Layla Llewellyn itu."

"Layla? Simpanan itu? Serius deh, dia sampai sekarang masih di samping duke? Apa dia tidak punya malu?"

"Sshtt--pelankan suaramu jika tidak ingin terkena masalah."

𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞 𝐚𝐬 𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘯𝘦Where stories live. Discover now