11 [Political Engagement]

1K 189 19
                                    

Selang beberapa hari berlalu dan pertemuan antar kedua keluarga pun dilaksanakan.

Seperti biasa bertempatan di Arvis, keluarga Brandt datang lengkap yakni Count Brandt, Countess Brandt, serta pemeran utama dari pertemuan hari itu, Claudine von Brandt.

Mereka tengah duduk mengelilingi sebuah meja panjang, dengan seduhan teh dan makanan di atasnya.

Di sisi lain, Claudine dan Matthias tau bagaimana harus bersikap. Keduanya bersikap netral dan formal seperti sebelumnya, seakan tidak terjadi apa apa pada pertemuan mereka yang sebelumnya.

Walau pada kenyataannya, masing masing dari keduanya memiliki rahasia yang diketahui satu sama lain, namun mereka tetap bersikap formal di depan keluarga, menunjukkan ketenangan mereka.

"Kita sudah sering melaksanakan pertemuan, namun ini akan menjadi yang terakhir kalinya sebelum pertunangannya dipublikasikan keluar" Ucap Nyonya Herhard sambil menyeruput tehnya.

"Saya juga sudah membicarakan hal itu dengan putri saya. Dan sepertinya memang kita tidak punya alasan untuk menunda pertunangan lebih lama lagi" Balas Countess Brandt dengan senyum di wajahnya.

Sedangkan Claudine hanya terdiam sambil menatap minumannya, mendengarkan orang tua kedua belah pihak yang merencanakan masa depan anak mereka.

"Matthias, ajaklah Claudine untuk melihat lihat surga Arvis ini. Selama itu, kami orang tua akan membicarakan hal penting. " Ucap Nyonya Herhard, dibalas anggukan oleh Matthias.

Dia berdiri di samping tempat Claudine dan mengulurkan tangannya pada sang Lady.

"Mari, Lady"

Claudine menerima uluran tangan itu dan tersenyum menatap Matthias.

"Ya, Duke Herhard"

Pemandangan keduanya yang berdiri bersebelahan satu sama lain memang begitu luar biasa. Aura bangsawan yang begitu kental membuat keduanya terlihat serasi satu sama lain.

Di sisi lain, Count Brandt menatap mereka dengan senyum bangga, sedangkan Countess Brandt terharu melihat hari itu yang akhirnya tiba.

Matthias dan Claudine berjalan di sekitar taman atas permintaan dari Claudine, didampingi dengan paman Bill di sana.

".. Jadi inikah mawar pertama yang mekar?" Tanya Claudine, menatap ke arah satu mawar merah yang mekar di antara kuncup kuncup lain.

"Iya, Lady. Ini memang langka dan terjadi karena faktor lingkungan di Arvis." Jelas Bill.

Claudine tersenyum tipis dan menghirup bunga tersebut.

".. Ini sangat harum." Gumamnya.

Pemandangan mawar merah itu dan rambut merah kecoklatan milik Claudine benar benar mirip, membuat Matthias merasa familiar.

"... Bukankah Lady menyukai mawar merah? Kenapa? " Tanya Matthias, mengingat Claudine yang pernah meminta Layla untuk berkali kali membawa mawar merah.

Claudine terdiam sejenak, memikirkan jawabannya sebelum menjawab.

"Mungkin karena Mawar berduri? Itu membuat tidak semua orang bisa seenaknya memetik bunga mawar ini. Itu melambangkan pertahanan dan keamanan, bukan? " Ucap Claudine sambil menatap mawar merah tersebut.

Matthias hanya menatap mawar merah itu dan Claudine secara bergantian sebelum bicara pada Bill.

".. Apa ada cara untuk membuat bunga mawar ini tidak berbahaya? " Tanya Matthias.

𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞 𝐚𝐬 𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘯𝘦Where stories live. Discover now