07 [Unfair]

915 174 38
                                    

Hari lain yang cerah dan Claudine sedang berada di kediamannya, bertemu dengan tukang ukur butik Sabine untuk membuat beberapa gaun baru.

"Lady Brandt, pinggang anda sangat ramping. Ini adalah pinggang yang diidam idamkan para bangsawan" Ucap tukung ukur itu saat mengukur lingkar pinggang Claudine.

Claudine hanya tersenyum simpul sebagai balasan ucapan itu.

"Ngomong ngomong, saya tidak bermaksud untuk sok tau tapi.. Saya dengar akhir akhir ini kelurga Brandt dan Herhardt semakin dekat. Apakah ada sesuatu? "

Tukang ukur itu menatap Claudine dengan rasa penasaran, sedangkan Claudine terdiam dan mengalihkan pandangannya. Dia tau, tukang ukur ini terkenal di kalangan para bangsawan. Jika dia salah bicara di sini, maka tukang ukur ini bisa membawa gosip pada bangsawan lain.

".. Tidak. Itu hanya kunjungan kerabat. Keluarga kami dan Herhardt sedang ada beberapa kerja sama"

Tukang ukur itu terkekeh dan menggelengkan kepala, seakan tidak yakin pada ucapan sang lady.

"Benarkah? Tidak ada hal lain yang menarik mengenai Duke Herhardt?"

Claudine menatapnya, pertunangan mereka belum disepakati untuk diumumkan ke publik tapi tukang ukur itu terlihat tidak sabaran dengannya.

Ia pun hanya bisa tersenyum dan menatapnya.

"Saya mengerti arah pembicaraan anda, tapi Duke Herhardt professional dalam perihal pekerjaan, dan saya juga menghormatinya sebagai partner kerja dan tidak lebih"

Tukang ukur itu hanya mendesah dengan berat, tampak kecewa dengan jawaban itu.

Namun hanya setelah itu, salah satu pelayan datang menghampiri Claudine dengan terburu buru dan berbisik.

"Lady, Duke Herhardt datang ke sini. Beliau ada di depan"

Claudine menaikkan alis, tidak yakin dengan apa yang didengarnya. Selalunya, Claudine yang mengunjungi Arvis dan ia tau Matthias juga tidak mungkin mendatangi kediamannya tanpa mengabari lebih dulu, jadi pasti ada sesuatu yang mendesak.

"..., Anda bisa pulang lebih dulu. Saya sedang ada tamu" Ucap Claudine pada  tukang ukur tersebut yang hanya menatapnya dengan bingung.

"Oh.. Ya, baiklah.. " Tukang ukur itu hanya mengangguk sambil merapikan  barang barangnya.

Claudine keluar untuk menyambut Duke Herhardt di depan, dan melihat dia sudah berdiri di sana, dengan pakaian formal seperti biasa.

"... Halo, Duke Herhardt" Sapa Claudine.

Matthias menatapnya dan bicara.

"Halo, Lady Brandt."

Claudine tersenyum dan membawanya untuk duduk.

"Ini kunjungan yang sangat mendadak, tidak seperti biasanya. Apa ada sesuatu? "

"..., Aku hanya mengunjungi tunanganku. Apa ada yang salah dengan itu? "

Claudine terkesiap, menaikkan alisnya dengan bingung. Tidak biasanya Matthias bersikap seperti ini. Matthias yang penuh harga diri itu tidak akan melakukan kunjungan dengan alasan konyol seperti itu, terlebih pernikahan mereka hanya pernikahan politik. Mungkin bisa lebih masuk akal jika Matthias mengatakan itu kepada Layla, tapi ini jelas mengejutkannya.

"Baiklah, saya menyambut kedatangan anda"

Claudine tersenyum tipis, dan disaat yang bersamaan pelayan lain menyeduhkan teh pada mereka.

Pelayan itu pergi menyisihkan keduanya yang duduk bersebrangan dengan Claudine yang menghirup aroma teh itu dengan santai.

"Duke, cobalah teh ini. Ini teh Lippe, dibawa oleh pedagang dari luar Berg. Anda harus mencobanya"

Matthias hanya menatapnya yang meresap minuman itu dan bicara.

"Aku datang untuk membicarakan tentang Riette. "

Claudine terdiam dan menatapnya dengan kaget.

"Aku lihat akhir akhir ini kamu terlalu dekat dengannya. Aku sudah mencoba menahan diri, tapi kupikir ini cukup mengangguku, karena itu aku datang untuk membicarakannya secara langsung" Ucap Matthias.

Claudine hanya terdiam, dan mempertimbangkan ucapannya.

'Apa maksudnya? Apa dia sedang membicarakan dirinya sendiri dan Layla?'

"Duke, Saya rasa anda hanya salah paham. Saya dan Riette tidak ada hubungan apa apa." Ucap Claudine.

Matthias menatapnya dengan ekspresi yang sama. Namun Claudine tau jelas, duke tidak percaya pada ucapannya.

"Tapi, bukankah anda memiliki hubungan serupa dengan Layla? Kenapa anda malah memfitnah saya seperti itu? Tidak mungkin saya menjalin hubungan dengan sepupu anda. Saya berpendidikan dan tau batasan saya." Jelas Claudine.

Matthias terdiam, memikirkan ucapannya sebelum menghela napas.

"Kamu benar, aku yang terlalu mengkhawatirkan ini. Tapi.."

Matthias memberi jeda, sebelum menatap Claudine dengan tatapan serius.

"Kamu yang membutuhkan posisi duchess. Sebaiknya jangan melakukan apapun yang membuatku meragukan dirimu untuk posisi itu" Ucap Matthias.

Claudine tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan kening dan menatapnya.

'Orang ini.. Dia mengancamku?' Batin Claudine.

Setelah berucap demikian, Matthias berdiri dari tempatnya dan menatap Claudine.

"Aku akan pulang, kamu tidak perlu mengantarku keluar. Sampai jumpa" Ucap Matthias, sebelum berjalan keluar dari sana, meninggalkan Claudine yang masih berdiri terpaku di tempat.

Ia menghela napas dan menatap minuman Matthias yang tidak tersentuh sama sekali.

Untuk beberapa saat, dia merasa Matthias mulai meremehkannya. Dan pada saat yang lain, dia malah membandingkan perlakuan Riette dengan Matthias.

'Kenapa aku malah membandingkan tunanganku dengan Riette?'

Dia menghela napas dan memijat kening dengan frustasi.


-----------------♦


Matthias berada dalam mobilnya, saat mesin mulai menyala dan mobil dijalankan oleh supir.

Mata birunya melirik ke luar jendela, menyadari Claudine tidak mengantarnya keluar. Ia memang yang memintanya untuk ini, tapi dia tidak menduga Claudine benar benar membiarkannya keluar sendiri. Selama ini, kunjungan Matthias ke keluarga Brandt selalu diperlakukan seperti kunjungan seorang raja. Namun kali ini, bahkan tunangannya pun tidak mengantarnya keluar.

Ini seharusnya tidak begitu menggangu Matthias, mengingat segala sesuatu selalu berada di tempatnya. Akan tetapi, kelakuan Claudine akhir akhir ini membuatnya mempertanyakan apa yang terjadi di kepala wanita itu.

Matthias tau, Claudine adalah wanita yang memprioritaskan gelar duchess diatas segala sesuatu, karena itu Claudine selalu mengubur segala keinginan pribadinya dan bertingkah patuh, mempermudah segala sesuatu bagi Matthias.

Hanya sejak beberapa waktu lalu, Matthias merasa Claudine mulai keluar dari segala skenario sempurna yang direncanakan keluarganya, seakan wanita itu mulai menciptakan alur atas keinginannya sendiri.

Terlepas dari ia salah paham atau bukan, Claudine terlihat mulai membangkang dan itu menganggu ketenangannya. Terlebih, ia tidak suka jika sesuatu yang sudah direncanakan menjadi miliknya, tiba tiba mulai menunjukkan reaksi yang tidak bisa ia duga.

Memikirkan itu membuatnya tanpa sadar mengerutkan keningnya.

"Wanita itu.. Sepertinya dia harus didisiplinkan lebih dulu"




To be continued...

𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞 𝐚𝐬 𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘯𝘦Where stories live. Discover now