04 [The World Of Aristocracy]

950 166 10
                                    


Ruang megah dengan hiasan artistik, lantai marmer yang bersih, dan lampu gantung mewah yang menerangi meja-meja panjang yang disusun rapi.

Suasana penuh kemewahan terasa dari ornamen-ornamen indah, furnitur bergaya, dan pemandangan luar jendela yang melihat ke rembulan dan taman yang dirancang dengan sempurna.

Di udara, tercium aroma makanan lezat yang disiapkan oleh koki terbaik, sementara para tamu mengenakan pakaian formal dan berbincang-bincang dengan elegansi.

Saat ini, Claudine berada di antara kumpulan sosialita, punggungnya tegak, bahunya melandai ke belakang, dan kepala yang diangkat dengan percaya diri saat dia sesekali berbicara dengan mereka. Walau bukan Claudine yang asli, dia benar benar benar menaruh usaha terbaiknya untuk mempertahankan martabat Claudine sebagai lady kalangan kelas atas.

Berterimakasihlah kepada niat bertahan hidupnya, membuatnya menyibukan diri dalam beberapa hari terakhir ini untuk mempelajari etika bangsawan serta mencari informasi mengenai deretan bangsawan di Berg.

"Lady Brandt, saya sudah mencoba butik sabine seperti saran anda sebelumnya, dan tempat itu rupanya memang bagus"

Claudine menatap lawan bicaranya, ciri dan penampilan lawan bicaranya persis seperti seseorang yang dia ingat dari informasi yang dia baca-- Odette Theresia Marie-Lore Charlotte von Dyssen. Kalau Claudine tidak salah ingat, ada informasi yang mengatakan bahwa Odette baru saja menikah.

Claudine terdiam sejenak, matanya mengobservasi Odette dari atas ke bawah sebelum akhirnya dia bicara.

"Iya, saya yakin pakaian di sana lebih cocok untuk gaya berpakaian anda, saya senang anda menyukainya."

Claudine tersenyum dan meresap minumannya dengan tenang.

Claudine sudah menduga, dari kejauhan banyak yang bisik bisik, seorang Lady Brandt berbicara dengan Odette, yang merupakan bangsawan baru dengan banyak rumor, meski itu bukan masalah besar bagi Claudine.

Matanya beralih menyapu ruangan, mencari keberadaan tunangannya, Matthias Von Herhardt, dan didapatinya sedang bernincang dengan Bastian Klautvitz dari kejauhan.

Ia mengembalikan pandangannya pada Odette, melanjutkan percakapan ringan mereka.

-----------------♦

"..., Ini lumayan membebankan"

Claudine menghela napas, saat dirinya memisahkan diri untuk mencari udara segar sendirian di balkon.

Angin sepoi sepoi meniup helaian rambutnya, menciptakan lamunan dalam pikirannya.

Lady Claudine merupakan sosok yang luar biasa di kalangan kelas atas, dan (Name) sudah berusaha cukup keras untuk mengimbanginya agar sesuai dengan ekspektasi orang orang.

Ia menatap pantulan dirinya pada minuman yang dibawanya dan menyipitkan matanya. Walau ini semua merepotkannya, tapi di tempat ini, kerja kerasnya masih terbayarkan dan terbilang seimbang dengan usahanya, ketimbang saat dia masih menjadi (Name), bahkan kerja kerasnya tidak dihargai oleh ayahnya.

Matanya menatap rembulan yang bersinar terang di langit malam, membuatnya mempertanyakan segala sesuatu yang terjadi.

'Bagaimana kabar ibuku? Bagaimana keadaan tubuh asliku saat tercebur ke dalam danau bersama Lisa ya.. ?'

Ini sebenarnya cukup mengejutkan. Sejak awal, Claudine hanya asal menduga bahwa Layla adalah Lisa karena mereka berdua tercebur bersama sama ke dalam danau. Dari pada itu, penampilan fisik Layla juga cukup mirip dengan Lisa membuatnya semakin yakin. Tapi rupanya, Lisa benar benar masuk ke tubuh Layla dan itu mengejutkannya.

Claudine menatap ke bawah balkon, pada saat yang sama, dia merasa ini semua tidak adil. Kenapa saudari tirinya selalu berada pada posisi sebagai ancaman akan sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya?

Tidak hanya pada kehidupannya sebagai (Name) sebelumnya, sekarang Lisa juga datang dengan wujud Layla dan menjadi ancaman baru untuk pertunangannya. Seperti seolah olah, Lisa diciptakan hanya untuk menghalangi jalannya dan merebut segala sesuatu darinya.

'Tidak.., aku hidup sebagai Claudine sekarang, tidak perlu kupikirkan sesuatu yang tidak berguna'

Ia menghela napas, mencoba untuk bersikap tenang, walau gerak gerik tubuhnya menjelaskan kegelisahannya tentang posisinya saat itu.

"Dari jauh saja sudah terlihat menonjol, aku bahkan bisa langsung mengenalimu.. Lady Claudine "

Sebuah suara menginterupsi lamunannya, membuat Claudine membalikkan tubuhnya dan menatap ke sumber suara.

Sosok laki laki tinggi berambut coklat keemasan, melangkah menghampirinya dengan senyum di wajahnya.

"Bukankah kita hilang kabar selama beberapa saat? Saya baru saja kembali dari pelatihan saya"

Claudine terdiam mendengar ucapan itu, matanya menatap sosok itu dengan intens seakan mencoba mengingat sesuatu. Pria itu, walau Claudine tidak pernah bertemu dengannya secara langsung, namun ada satu nama yang terlintas begitu saja saat melihatnya.

'Riette...'

Pria itu berjalan ke sebelahnya dan bersandar di pagar balkon.

"Ah benar.. . Atau harus kupanggil Lady Herhardt~"

Claudine bersweatdrop dan melihat gelas minuman yang dipegang Riette.

"Riette, apa kamu mabuk? "

"Iya, saya mabuk akan kecantikan anda" Jawab Riette cepat.

Claudine tersenyum keheranan, tidak tau harus menanggapi seperti apa. Pria di depannya, jelas mabuk berat. Karena sejak awal tidak ada yang berani bicara seperti itu padanya, apalagi menggodanya.

"Riette, kamu mabuk berat. Berapa banyak yang kamu minum? " Tanya Claudine sambil membalikkan punggungnya dan menatap ke arah bulan.

Riette terkekeh dan ikut berbalik menatap bulan, merasa reaksi yang diberikan Claudine menggemaskan.

"Maafkan saya. Saya hanya sedikit tertekan akhir akhir ini jadi saya minum lebih banyak."

Claudine terus menatap ke arah bulan, yakin itu hanyalah alasan dari orang yang sedang mabuk, tapi ia terus bertanya.

"Oh ya? Masalah apa? "

Ada hening di antara keduanya sebelum Riette menjawab. ".., Gadis yang saya sukai bertunangan dengan pria lain"

Mata Claudine terbelalak, tangannya nyaris menjatuhkan gelas yang dipegangnya karena kaget. Ia segera menatap Riette seakan menuntut penjelasan.

Melihat reaksi Claudine membuat Riette terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Lihat? Anda pasti berpikir ini juga karena saya sedang mabuk. Tapi saya hanya sedang berkata jujur"

Claudine hanya terdiam beberapa saat, sebelum menghindari kontak mata dengan canggung.

Riette lalu tersenyum, melepas jasnya dan menyelipkannya di bahu Claudine.

"Lady, udara semakin dingin. Sebaiknya kita kembali ke dalam"

Claudine meletakkan gelasnya di atas meja di dekat sana, sebelum menjawab singkat.

"... Iya"






To be continued..

𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞 𝐚𝐬 𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘯𝘦Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz