3. To regret it

228 38 83
                                    

Terbangun dengan penuh kesesakan di dada, tidak tahu mengapa tidur di pantat Yoongi sebagai bantalan malah mendatangkan mimpi buruk bagi Jiya sendiri. Padahal lumayan empuk dan mantap untuk dipakai tidur. Benar-benar definisi awalan yang baik tidak menjamin akhir yang baik pula. Bangun tidur Jiya sudah seperti orang linglung, masih mencerna mimpi apa yang baru saja terkoneksi pada tidur cantiknya tidak lama ini.

"Sudah bangun? Nyenyak tidurmu di pantatku?" Tanya Yoongi sembari menopang kepala pada tangan kanannya. Matanya tak lepas dari gerak-gerik Jiya yang belum sepenuhnya sadar.

Sementara Jiya masih menyatukan bongkahan ingatan sebelum mereka tertidur bersama di lantai ruang tamu. Seingatnya, Jiya dan Yoongi dari kampus menuju kediamannya, bertujuan agar bisa mencukur habis rambut Yoongi yang terkesan sangat amburadul. Namun, mengapa mereka malah tertidur nyenyak?

Kedua mata jernih milik Jiya langsung sigap menangkap pergerakan Yoongi yang mendekatkan diri pada wajah ayunya. Ia dibuat merinding sekujur tubuh, tidak tahu mengapa bisikan demi bisikan yang keluar dari ranum seksi pria Min malah membuatnya menggigit bibir. Geli, Jiya jadi ingin mendengar suara bariton itu lebih dalam lagi. Oh, astaga. Dasar Jiya buaya.

"A-apa? Kau bilang apa?" Sengaja Jiya bertanya agat Min mau mengulangi.

"Mau susu." Bisik Yoongi yang kini bibirnya semakin menempel pada rungu mungil Jiya.

Hah? Susu? Susu apa? Susu yang mana? Jiya jadi bingung ingin memberi susu yang kanan atau yang kiri? Sekian detik diam terbodoh akhirnya Jiya mendapatkan kewarasannya kembali saat Yoongi menyentil dahinya.

"Ambilkan aku susu di lemari pendingin, aku sangat haus sekali. Bagaimana sih? Tamu tidak dijamu dengan baik."

Mendengar penuturan cerewet dari seniornya, Jiya lekas berdiri mengambil beberapa jenis susu kotak untuk dibagi.

Yoongi hanya tersenyum manis menerima pemberian dari si nona manis pujaan hatinya. Berdoa saja semoga susu itu tidak ada kandungan sianida atau racun mematikan jenis lainnya. Mana tahu, Jiya punya aksi balas dendam sebab Yoongi memiliki kelakuan menyebalkan pada semua orang.

"Tidak ada racunnya kan?"

"Hanya larutan racun tikus, tidak usah terlalu takut Min Yoongi sunbaenim." Jiya memaksakan senyum, Yoongi sepertinya memang cocok diracun saja ya.

Lihat lah, setelah Jiya mengatakan itu Yoongi sama sekali tidak menaruh rasa curiga 'tuh. Dia malah semakin asyik menggaet lengan Jiya untuk dibawa ke meja belajar yang ada disana. Pria Min itu duduk di kursi yang telah tersedia, memberi perintah agar Jiya lekas mencukur rapi rambut gondrongnya.

Dengan pergerakan bagai robot yang diatur sang tuan, Jiya lekas mengambil gunting untuk memotong helai demi helai. Persetan dengan alat cukur listrik, Jiya tidak pandai menggunakan alat itu, takut membuat bagian kepala Yoongi terluka berdarah, lalu tanpa disangka-sangka ia malah berakhir di penjara. Hih, menjauhlah setiap hal buruk itu!

Helai demi helai rambut yang lebih mirip dengan benang kusut itu Jiya potong pendek tidak bermodel, jangan salahkan Jiya. Mengapa mau-mau saja ketika Jiya yang memotong rambut si preman pasar ini? Kalau takut seharusnya pergi ke barber shop, bukan minta cukur pada tukang cukur dadakan seperti Jiya. Astaga, padahal Jiya sendiri yang minta agar pria itu mau dicukur. Dicukur atau dipangkas bahkan ia sendiri tidak mengerti. Adegan yang sangat tidak patut untuk ditiru.

Semakin lama perasaan Yoongi semakin tidak enak, seperti ada hawa-hawa yang tengah kian disembunyikan. Kendati tidak ada cermin di hadapan mereka, Yoongi merasa rambutnya telah terpotong tidak beres. Entah mendapat ikatan batin dari mana sehingga ia mengetahui hal itu. Saat menoleh ke belakang untuk melihat wajah sang jelita, Min sudah mendapati wajah manis Jiya yang dipenuhi dengan keringat dingin. Perlahan lengan-lengan mungil itu turun dan tampak sekali bergetar. Sigap Yoongi menggenggam pergelangan tangan tersebut agar si pujaan hati tidak merasa kalut. Ia membalikkan badan sepenuhnya untuk memeluk perut Jiya serta menempelkan wajah pada dada yang tidak bisa dibilang rata itu.

SMITTEN BY YOUWhere stories live. Discover now