4. Lose lose situation

176 29 47
                                    

Sudah ada seminggu Jimin memergoki Jiya kerap menangis saat jam kuliahnya telah selesai. Sst, jangan sebut Jimin sebagai manusia penguntit. Dia mendatangi sang gadis kesukaan Min itu karena ada tujuan tertentu, tetapi yang ia dapatkan malah Jiya menangis seorang diri. Kebiasaan Jiya itu tidak pernah ia ketahui dimulai sejak kapan, yang pastinya Jimin sudah mengetahui soal ini seminggu lamanya.

Yang awalnya Jimin ingin dikenalkan pada seorang gadis jelita, kini harus mencari lain momen yang tepat. Tidak mungkin saja ia mendesak-desak Jiya minta dikenalkan pada seseorang sementara gadis singa betina itu sedang seperti orang yang tidak minat hidup. 

Jimin curiga, Jiya itu sudah pernah di apa-apakan oleh Min, sebab itu makanya Jiya terus menerus menangis. Emosi Jimin mencuat, bukan apa-apa bung, meski nakal badboy begini Jimin tidak suka yang namanya mempermainkan wanita. Wanita harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang pun harus dihormati, bukan untuk disakiti bukan pula untuk disentuhi tanpa persetujuan dari si pemilik tubuh. Kalau begini caranya, Yoongi harus ia marahkan. Tidak peduli apa status Yoongi dalam hidupnya, kalau pria urakan itu salah akan Jimin salahkan. 

Sore ini Jimin harus memaksakan diri agar bisa bertemu pada Yoongi Min. Memberikan ajuan bahwasanya oknum bernama Yoon- Gi- Min harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. 

Nah, itu dia! Dapat!

Cepat-cepat Jimin menarik celana bagian belakang Yoongi setelah melihat pria pucat itu sedang berbisik mesra dengan wanita lain. Ah, memang ya semua pria sama saja. Hanya Jim-Jim yang baik disini.

"Heh, crocodile! Plin plan sekali jadi manusia. Mengapa kau malah berselingkuh dari nona Jiya?"

Raut Yoongi bertanya-tanya sembari menaikkan celana miliknya yang sempat Jimin turunkan tadi. Huh, celana dalam mahal kepunyaannya jadi kelihatan. Kalau ada yang jatuh cinta bagaimana? Cukup Shin Jiya, only Jiya yang boleh begitu. Sisanya akan Yoongi giling dengan sepeda motor legendnya.

"Berselingkuh apa gila? Aku sedang menagih hutang dengan wanita itu." Jawab Yoongi sembari ingin mengomel balik pada anak itik di hadapannya. Lagipula jadian saja belum, bagaimana bisa Yoongi dinobatkan sebagai manusia plin-plan yang gemar berselingkuh oleh pria Park ini. 

"Kau itu hyung, sudah dibantu oleh dua pihak untuk mendekati Jiya. Jadi jangan sampai kau buat anak gadis orang menangis. Pasti semua ini gara-gara dirimu kan? Pasti kau telah berbuat yang macam-macam pada Jiya. Ah, mengacaukan rencanaku saja. Gara-gara Jiya kerap menangis, aku jadi tidak bisa meminta dikenalkan pada seorang gadis mantap. Maksudku gadis ayu." Bak ibu-ibu yang tengah memarahi putranya, Jimin menutup omelan itu dengan melibas pantat montok Yoongi dengan telapak tangannya.

Mata kecil milik Yoongi mengerjap cepat, benar dia tidak mengerti apa yang telah Jimin ucapkan padanya. Ia diam untuk memproses kalimat demi kalimat yang Jimin lontarkan, saking kerasnya otak Yoongi bekerja, ia tidak sadar lagi bahwa bokongnya telah kebas keram akibat libasan yang Jimin berikan.

"Jiya menangis? Dimana? Dimana, bajing?!" Yoongi bertanya tidak sabaran hingga tak sengaja membingkai wajah Jimin.

"T-tadi di kelasnya. Sekarang mungkin sudah pulang. Bisa lepaskan wajahku?" Keberanian Jimin terkikis perlahan. 

Tidak mau berbasa-basi lagi Yoongi langsung menghempas wajah Jimin yang tadi ada di genggamannya. Ia harus cepat menemukan Jiya, satu-satunya wanita pujaan hati. Tak rela jika nona Shin menangis tanpa ada bahunya untuk dijadikan sandaran. Setidaknya Yoongi harus tahu apa penyebab gadis jelita itu menangis. Mengapa pula Jimin yang harus lebih tahu pasal ini daripada dirinya sendiri? Padahal sudah digadang-gadang oleh sang ayah ia bakal menjadi calon masa depannya nona Shin.

Setelah memastikan di kelas tidak ada satu manusia pun lagi, Yoongi bergegas cepat ke tempat tinggal Jiya langsung. Membelah jalan secara ugal-ugalan memakai sport motor kesayangan. Hati-hati, bro! Awas jatuh!

SMITTEN BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang