12. Not as beautiful as imagined

113 26 7
                                    

Hari ini adalah hari ketiga Jiya menjadi bagian anggota keluarga Min. Selain sudah resmi menjadi keluarga Min, Jiya juga resmi kembali masuk ke universitas kebanggaannya. Sekarang, keluarga yang terkenal minim topik pembicaraan itu sudah tidak seperti dulu lagi, masih sepi sih, tapi setidaknya tak sesunyi dulu. Sebab ada Jiya yang kerap membangun suasana menjadi lebih ceria. Yang tadinya mereka hanya berdua, kini anggota keluarga Yoongi jadi bertambah satu. Prof Min, Min Yoongi, dan Shin Jiya. Eh atau Min Jiya? Tidak tahu, tanyakan saja pada keluarga barunya.

Tuan Min memberi kode pada anak-anak agar lekas masuk ke dalam mobil. Kendati bukan lah lelaki yang memiliki sifat baik, prof Min paling anti yang namanya tidak disiplin waktu. Sebagai orang yang berkontribusi terhadap universitas miliknya, dia harus terlihat berwibawa dan disiplin terlepas dari sifatnya yang tak memiliki adab.

"Sabar, ayah!" Teriak Yoongi dari ruang tamu ketika rungunya mendengar klakson mobil untuk kali kedua. Tangannya dengan telaten memasukkan notebook ke dalam tas lalu memberikannya pada Jiya. "Ini, pakai notebook milikku dulu. Nanti sore kita beli yang baru."

Mengangguk dengan patuh, Jiya dan Yoongi kini berjalan setengah berlari menuju mobil. Huft, begini lah resikonya kalau pergi kuliah bersama ayah tercinta. Tidak bisa santai sedikit saja, harus terburu-buru dan kejar-kejaran oleh waktu. Sungguh Yoongi tidak suka itu, harusnya ia bisa sedikit lebih santai.

"Kenapa ayah tidak pergi lebih dulu saja?" Yoongi bertanya sembari mengatur napas.

"Terserah ayah. Hari ini ayah mau memperkenalkan pada seluruh seantero universitas, kalau Jiya sekarang adalah putri ayah."

Manik mata Yoongi membelalak. Siapa saja yang melihat pasti tahu kalau Yoongi sekarang sedang terkejut, air mukanya menunjukkan seolah dia tak terima. Bukan, bukan karena Yoongi tak senang akan pengakuan ayahnya. Tapi.. "Ayah. Tidak begitu konsepnya. Ayah masih ingatkan alasan kita membeli Jiya itu apa?"

"Ck, iya iya. Pamer sebentar saja tak diberi izin."

Menghela napas sejenak, terkadang kelakuan ayah Yoongi suka membuatnya pusing tujuh keliling. Banyak sekali tingkahnya. Namun mau bagaimana pun tetap sang ayah juga yang bisa membantunya jika ia sedang dalam situasi sulit begini. Jadi ya harap bersabar bung, ini semua hanyalah ujian semata.

Penampilan Jiya pagi ini sukses mengalihkan perhatian, Yoongi yang duduk di sampingnya jadi terus ingin menatapi dari ujung kaki hingga ujung kepala. Manis, dengan balutan cardigan hijau toska dan rok berwarna campuran pastel yang menutupi sampai ke lutut. Orang di zaman sekarang biasa menyebutnya gadis kue. Ya, kalau dilihat-lihat memang si Jiya ini mirip kue, Yoongi jadi ingin terus menggigit dan memakannya.

Ternyata, kegiatan Yoongi yang sedang menjatuhkan atensi pada gadis Shin telah terdeteksi oleh Tuan Min. Satu deheman tak berhasil menyadarkan putra semata wayangnya, maka salah satu pilihan terbaik adalah memberhentikan kendaraan mereka sekejap.

"Salah satu dari kalian duduk di depan." Perintah Tuan Min dengan tegasnya.

Yoongi reflek mengalihkan pandangan dari Jiya, "Ada apa ayah?"

"Sudah, jangan banyak sekali pertanyaanmu. Salah satu dari kalian duduk di depan, ayah bukan supir kalian."

Kalau ayah sudah berkata begitu, artinya perkataannya sungguh tidak bisa dibantah. Mau tak mau Yoongi mengalah, pindah ke tempat yang diperintahkan ayahnya. Hari masih begitu pagi, tak lucu jika mereka ribut hanya gara-gara tempat duduk dalam mobil. Setelah duduk di samping ayahnya, suara dengan nada cukup serius kembali menginterupsi.

"Ayah sudah mengabulkan permintaanmu untuk menjadikannya bagian dari keluarga ini. Maka dari itu, jangan sampai kau menghancurkan reputasi ayah." Gawat sekali, Tuan Min sedang dalam mode serius.

SMITTEN BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang