6. Sorry for being emotional

150 31 46
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menunaikan 🙏😘

Pulang tawareh jangan lupa mampir kesini ya.

----





Berjalan seorang diri menuju kediaman milik Min Yoongi seonbae-nim. Karena kebetulan ini adalah weekend, Jiya datang sekaligus mampir ke toko pakaian yang belum sempat mereka datangi kemarin. Kini dengan menenteng dua paper bag, Jiya menekan bel dan berdiri tepat di hadapan mesin intercom. Tidak ada jawaban, gerbang juga tidak terbuka. Agak ragu, takutnya Yoongi sekeluarga tidak ada di rumah. Mau menghubungi kontak Yoongi tetapi belum punya.

Jiya menekan lagi bel tersebut, sepertinya memang tidak ada orang di dalam rumah mewah ini. Pasalnya gadis itu tak menemukan satu pun tanda-tanda adanya makhluk hidup di hunian ini.

"Apa aku pulang saja?" Jiya menimang-nimang keputusannya antara pulang atau menunggu sampai sekitar lima belas menit lagi.

"Permisi!" Sekali lagi Jiya mencoba berbicara pada mesin intercom, mana tahu ada jawaban dari sana.

"Ya, cari siapa."

"Aw aku terkejut." Pura-pura Jiya terkejut saat indera pendengarannya menangkap suara dari belakang tubuhnya, bukan dari mesin intercom.

"Cari siapa kak?"

"Mau cari Min Yoongi, pak. Apa dia ada di rumah?"

Pemilik suara yang muncul tiba-tiba dari belakang tubuh Jiya adalah Yoongi, dia tertawa ringan sebab merasa Jiya pandai menandingi selera humornya yang tidak seberapa itu. Kebetulan Min baru pulang dari membeli pupuk di toko persimpangan daerah kediamannya. Ia menutup tawa dengan senyum gummy sembari mencolek dagu Jiya. Genit sekali, seperti paman mesum di klub malam kemarin. Sesudah membuka pagar, mereka berdua berjalan beriringan menuju pintu. Mengikuti arah tatapan Jiya yang menyoroti pupuk yang telah ia beli, Yoongi berdehem dan menggaruk kepalanya yang tertutupi topi.

"Untuk menanam pohon." Jawab Yoongi kendati si pujaan hati belum melayangkan tanya.

"Menanam pohon apa?"

"Ada beberapa tanaman yang akan aku tanam, tapi yang paling aku prioritaskan itu pohon mangga. Ehm, kau bawa apa?"

Jiya mengangkat paper bag itu tepat ke hadapan wajah Yoongi, "Ini pakaian untukmu. Kau coba dulu ya nanti."

Pria Min hanya mengangguk tanda mengiyakan, sejujurnya ia tak suka dengan model pakaian usulan Jiya. Tapi ya apa boleh buat, demi kesayangan ia rela mengalah. Apapun asal Shin Jiya senang, Yoongi juga ikut senang. Baru kali ini Yoongi belajar apa artinya mengalah.

Tak sabar Jiya menunggu pria itu muncul dari kamar dengan penampilan rapi bagai pria matang pada umumnya. Tiga jenis kemeja dengan warna pastel yang berbeda-beda, tidak lupa celana bahan untuk menyempurnakannya, tiga pasang pakaian itu yang sempat Jiya beli menggunakan uang yang yang pernah ditransfer oleh Yoongi. Ingatkan Jiya nanti untuk meminta ganti rugi pada pria beruang itu.

"Sst, Jiya." Yoongi memanggil, hanya kepala yang ia munculkan dari balik kamarnya.

"Bagaimana Yoon? Sini coba aku lihat, cocok tidak pakaian itu padamu?"

Akan tetapi Yoongi bersikeras untuk meminta Jiya mendekat, ia ingin dibantu memakaikan, tak sudi bila harus memakai pakaian itu sendiri. Maka dengan berat hati Jiya datang, mengancingkan kemeja yang telah tersangkut di tubuh prianya. Sejujurnya hendak protes, hanya mengancing kemeja saja mengapa harus menyuruh Jiya? Seperti anak manja.

"Kancing dengan benar, cantik."

"Kancing sendiri kau." Wajah Jiya sudah terpasang sinis, sepertinya Yoongi sengaja sekali melakukan ini padanya. Hendak menggoda ya? Perut saja masih berbentuk donat, menggoda konon.

SMITTEN BY YOUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora