01 Perfect Pain

239 26 0
                                    

01 Perfect Pain

.

Elena menatap nanar pada tamu undangan yang hadir di pesta pernikahan yang amat megah serta meriah. Ia duduk bersanding dengan seorang pria tampan yang kini berstatus sebagai suaminya. Bibirnya tersenyum kaku menimpali pertanyaan para tamu undangan yang menatap heran padanya. Jelas mereka mempertanyakan soal wajah dari mempelai wanita yang amat berbeda dengan yang terpampang di undangan. 

Usai berhasil memasang wajah senang palsu karena dijepret bersama tamu. Pikiran Elana melayang pada kejadian tak terduga yang menimpanya hari ini. Dimana dua orang yang dihormatinya memohon agar dapat menggantikan posisi anak mereka yang menghilang di hari pernikahan. 

Keluarga Jatmika yang dikenal amat terpandang tak ingin wajah mereka tercoreng karena putra pertama mereka ditinggalkan oleh sang calon istri. Mau ditaruh dimana harkat dan martabat mereka sebagai keluarga yang terpandang kelas atas. 

"Tolonglah Bibi dan Paman mu, Elena. Kali ini saja. Menikahlah dengan Kaisar, gantikan Clara!" 

"Tapi, aku sudah memiliki Revan, Bi. Bagaimana dengan hubungan kami kalau aku menikah dengan calon suami Clara?"

Ayu menarik napas berat, kedua matanya memerah dan berembun. Ia hampir menjatuhkan air mata di hadapan Elena yang seketika dilanda pusing karena suatu permasalahan yang tiba-tiba dilemparkan padanya.

"Kali ini saja. Bibi berjanji pernikahan kalian hanya dilakukan dalam satu tahun. Pernikahan ini hanya status, Elena. Kamu tetap bisa berhubungan dengan Revan," pungkas Ayu. Mau bagaimana pun harus ada pernikahan hari ini juga. Jika tidak, maka usaha farmasinya tidak akan mendapat aliran dana dari keluarga Jatmika. Lagi pula, keluarga Jatmika yang memiliki ego tinggi tak ingin dipermalukan, mau tak mau pernikahan harus tetap berjalan.

Melihat wajah ragu keponakannya, Ayu memegang kedua bahu Elena, "Bibi tahu ini berat buatmu. Hanya kamu yang bisa Bibi andalkan untuk sekarang. Elena, selama ini Bibi dan Paman mu tak pernah meminta balasan apapun saat membesarkan kamu. Tapi, untuk kali ini saja kami memohon padamu sebagai balas budi untuk menggantikan Clara."

Elena merasa penuh kebimbangan. Dalam hati membenarkan seluruh perkataan bibinya tersebut. Kedua orang tua itulah yang membesarkan dirinya sejak ia berusia tiga tahun. Saat itu diceritakan bahwa kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sebagai saudara satu-satunya yang tersisa, Abimanyu selaku adik ayah Elena memboyong satu-satunya korban selamat untuk tinggal bersama. Membesarkannya, menyekolahkannya hingga berhasil mendapat gelar sarjana, tepat tiga tahun yang lalu.

"Aku akan menghubungi Revan. Aku harus meminta izin padanya," balas Elena seraya mengambil ponsel dari tas putih yang ia bawa. Beberapa kali, ia menghubungi, akan tetapi selalu tak diangkat. Seingatnya hari ini Revan tak memiliki jadwal apapun di rumah sakit. Terakhir kali bertemu kekasihnya itu juga mengatakan bahwa ia akan menghadiri acara pernikahan Clara dan Kaisar.

"Bagaimana Elena?" tanya Ayu harap-harap cemas.

Elena menggeleng lemah, "Tidak diangkat Bi."

Seorang wanita paruh baya dengan gaun berwarna mauve yang amat elegan dengan beberapa payet indah menghentikan Ayu yang akan berbicara. Wanita itu adalah Devita, ibu dari mempelai pria. Devita hadir dengan raut dingin dan menusuk, meski demikian ia tetap berusaha tampil anggun dan elegan. 

Devita menatap tajam Ayu, "Anakmu telah merusak kepercayaan keluarga kami. Sekarang, kamu harus mempertanggungjawabkan kepergian calon mempelai wanita ini. Apa yang telah terjadi?"

Ayu merasa tertekan oleh tatapan tajam Devita, "Maaf, Devita. Aku tidak bermaksud membuat putra mu kecewa. Kami menghadapi masalah, dan berjanji akan memperbaikinya."

Devita mengepalkan tangannya, "Janji tidak cukup, Ayu. Kamu harus membuktikan keseriusanmu. Apa rencanamu untuk mengatasi ini? Keluarga ku tidak akan menerima perlakuan tidak beretika seperti ini."

Ayu berusaha menjelaskan rencananya dengan penuh kerendahan hati, mencari jalan keluar dari situasi yang semakin sulit. Ayu menarik lengan Elena agar lebih dekat padanya,  "Perkenalkan ini Elena, keponakan ku. Dia akan menggantikan Clara dan menikah dengan Kaisar jika kalian setuju. Kami telah berunding, Elena setuju untuk menjalani pernikahan ini selama setahun."

Elena terperangah dengan penuturan Ayu. Ia bahkan belum mengatakan keputusannya. Elena ingin menyerukan tentang kebohongan Ayu pada Devita, namun ibu dari Kaisar tersebut langsung setuju dan menarik Elena menuju ruang berhias.

"Dandani dia dengan cepat!" titah Devita tanpa memperdulikan ekspresi tak terima Elena. Lagi, ketika ia akan berbicara, Devita meninggalkan ruangan tersebut dan menghilang entah dimana.

Hingga akhirnya, Elena resmi menjadi istri seorang Kaisar Jatmika, pria berusia 33 tahun yang sukses menjadi Chief Executive Officer di perusahan yang berjalan dalam bidang alat elektronik rumah tangga milik keluarga Jatmika. Tentu jabatan tersebut diraih atas pemberian sang Ayah pada anak tertua. Sementara, anak lelaki kedua lebih memilih terjun ke dunia otomotif. 

Acara pun selesai lebih cepat dari yang direncanakan. Jam tiga sore, Elena telah berada satu mobil dengan Kaisar yang juga duduk di kursi penumpang bagian tengah. Mobil yang membawa mereka dijalankan oleh seorang supir keluarga Jatmika.

Hening. Selama perjalanan tak ada yang bersuara. Elena yang baru pertama kali sedekat ini dengan Kaisar merasa amat canggung. Walaupun dulu Clara sering mengajak Kaisar makan malam bersama di rumah keluarganya. Apalagi mengingat bahwa Kaisar merupakan bos tempatnya bekerja. Elena makin merasa tertekan karena menikah dengan atasannya yang terkenal pendiam. Bahkan ia terpaksa mengkhianati pujaan hatinya, Revano Putra. 

Mobil  memasuki pagar yang dibuka oleh seorang satpam, lalu berhenti pada pekarangan depan rumah besar bergaya Amerika modern. Melihat rumah tersebut, terbesit sebuah obrolan Elena bersama Clara ketika bersantai di pinggir kolam renang yang ada di rumah keluarga Budiawan.

"Aku dan Kai sedang membangun rumah impian kami. Beruntung Kai selalu mengabulkan semua permintaanku. Rumah gaya Amerika impian ku akan terwujud, Elena," seru Clara tampak senang. 

Tak ada rasa iri dalam diri Elena. Ia ikut merasakan euforia kebahagian saat mendengar curahan hati Clara dan membalas, "Syukurlah. Kamu sangat beruntung mendapatkan Kaisar."

Bibir Clara tersenyum, kebahagian dalam dirinya menyebar membuat Elana ikut merasakan hal yang serupa.

"Turun!" 

Suara berat itu berhasil membuyarkan lamunan Elena. Ia dapat melihat Kaisar yang berjalan terlebih dahulu dan memasuki rumah. Dengan susah payah, Elena keluar dengan gaun pengantin yang cukup berat. Ia menghela napas saat berhasil memijak lantai bebatuan, kemudian berniat mengambil koper yang ada di bagasi mobil.

"Tidak perlu Nona! Biar saya bawakan." Supir tadi buru-buru menghalangi Elena, meminta perempuan muda itu masuk terlebih dahulu.

"Terima kasih Pak," ucap Elena dengan senyum tulus. Ia melangkah masuk seraya merutuki gaun yang menyulitkan pergerakannya. Ketika kakinya berhasil memasuki rumah itu, Elana berpikir bahwa setelah ini kehidupannya akan sangat berbeda.

 Ketika kakinya berhasil memasuki rumah itu, Elana berpikir bahwa setelah ini kehidupannya akan sangat berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update tiap jum'at ya!

Di karya karsa udh sampai part 6. Silakan mampir ke sana dan follow hehe buat yg mau-mau aja kok!

Btw jangan lupa vote 🫶

Perfect PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang