05. Perfect Pain

131 17 6
                                    

Ruangan itu hening dengan dua insan manusia berbeda jenis kelamin saling merapikan baju yang sempat tergolek di lantai. Elena menarik tisu yang ada di atas meja, mengelap genangan keringat di sekitar wajah dan leher. Sementara Kaisar beranjak menuju sebuah pintu yang di baliknya merupakan toilet. Suara pancuran air terdengar, Kaisar mungkin sedang mencuci wajahnya.

Sorot mata Elena tertuju pada makanan yang belum tersentuh. Meski ia sempat memohon untuk berhenti dengan alasan lapar, Kaisar tak peduli. Pria itu terus menyentuhnya, akan tetapi peraduan mereka berjalan cepat. 

Kaisar keluar dengan wajah basah, ia menarik tisu dan menghapus jejak air di wajahnya. Lelaki itu kembali duduk di sofa, berjarak tak jauh dari tempat Elena berada.

"Bukankah kamu sedang kelaparan?" Kaisar bertanya dengan lirikan tajam pada Elena yang terdiam.

"Aku makan di kantin saja."

Kedua tangan Kaisar melipat di depan dada. Melihat Elena yang enggan bersitatap dengannya. Wanita yang usianya terpaut cukup jauh darinya itu hanya menatap lurus ke depan. "Menurutmu apa yang akan orang katakan saat melihatmu makan setelah keluar dari ruangan ku? Mereka pasti berpikir bahwa aku tidak memberimu makan."

Elena merasa hampa, melihat makanan di depannya tanpa daya. Sudut matanya berkaca-kaca, namun dia tetap mencoba menyembunyikan kelemahan di hadapan Kaisar yang dingin. "Apa peduli mereka?" ucapnya pelan, suaranya hampir sirna.

Kaisar mengabaikan rasa lapar yang menggerogoti perut Elena. Ekspresinya tetap dingin, tanpa belas kasihan. "Kau pikir aku peduli dengan omong kosongmu? Makanlah!" ucapnya dengan nada tajam, bagai suara angin menusuk.

Elena mencoba menahan gemetar di bibirnya. Dengan hati yang berat, ia mengambil sendok, tetapi tangan Kaisar mendekatinya dengan kasar. "Lakukan dengan benar," desisnya tanpa ampun.

Sesaat setelah gigitan pertama, Elena bisa merasakan kehadiran Kaisar yang begitu menghimpitnya. Suasana ruangan terasa beku, hingga setiap suara kunyahan Elena terdengar seperti gema kesendirian. Kaisar terus memandanginya dengan tatapan tajam, seolah menilai setiap gerakan.

"Apa kamu bahagia sekarang?" ucap Kaisar, suaranya seolah mengejek. Elena hanya mampu mengangguk kecil, mencoba menyembunyikan kelemahannya di hadapan pria yang telah merampas segala harga dirinya.

Kaisar ikut menyantap makan siangnya. Ruangan itu penuh dengan ketegangan, menghadirkan perasaan hampa dan kehancuran di hati Elena yang semakin rapuh.

"Ibu mengundang  kita untuk makan malam di rumah mereka hari ini." Kaisar kembali bicara. Akan tetapi Elena tak menjawab apapun. Ia hanya fokus pada makanan yang ia masukan ke dalam mulut. Rasanya hambar di lidah. Entah karena makanan benar-benar hambar atau karena kesedihan yang membuat Elena tak bisa merasakan makanan itu dengan benar. Ia tak tahu.

"Kalau sudah selesai, kembalilah ke ruanganmu!" ucap Kaisar. Ia kembali fokus pada piring yang masih berisi banyak nasi dan lauk.

Elena meminta izin untuk pergi ke toilet dengan suara lemah. Kaisar mengangguk tanpa menoleh, sementara Elena meninggalkan meja dalam diam. Di dalam toilet, Elena mencoba meredakan gelisahnya. Ia menatap cermin yang menampilkan dirinya yang berantakkan.

Fokus matanya mengarah pada dua buah tanda merah yang baru hadir di sekitar leher. Elena menghela nafas berat, ia tak membawa foundation atau pun bedak, bahkan lipstik pun tidak. Elena memutuskan untuk membiarkan rambutnya terurai, namun percuma, masih nampak jika dilihat dari depan. 

Kedua tangan Elena berpegangan erat pada pinggiran wastafel, ujung-ujung jarinya memerah. Ketika Elena keluar dari ruangan Kaisar, maka ia harus menguatkan hati untuk menghadapi tatapan sinis serta cemoohan orang-orang.

Pintu toilet dibuka. Kaisar masih berada di tempat yang sama, lelaki itu tampak tenang menyantap makan siangnya. 

"Aku harus kembali ke ruangan ku sekarang," ucap Elena. 

Kaisar melirik pada makanannya yang tersisa banyak. "Habiskan dulu makananmu!"

"Sebentar lagi jam istirahat berakhir. Aku tidak bisa berlama-lama di sini."

Garpu dan sendok diletakkan di atas piring. Kaisar menuangkan air putih ke dalam gelas, lantas minum, agar tenggorokkan terasa lebih nyaman. 

"Tidak ada yang berani memarahi istri atasannya sendiri. Cepatlah makan jika kamu ingin segera keluar!" Teguran pria itu terdengar tegas. Tatapannya yang tajam dan dingin membuat Elena merasa sulit untuk bertindak. "Elena!" panggil Kaisar ketika perempuan itu enggan bergerak. Akhirnya, Elena patuh, kembali duduk untuk menyelesaikan makanannya.

Setelah Elena menyelesaikan makanannya dengan cemas, ia berdiri dengan ragu-ragu, merapikan pakaian yang kusut dan memperbaiki rambutnya yang terurai. Kaisar, dengan ekspresi tanpa ampun, mengambil kunci dari atas meja dan membuka pintu, memberikan isyarat tak terucapkan agar Elena segera keluar dari ruangannya.

Dengan hati-hati, Elena melangkah keluar dari ruangan Kaisar, merasa terpapar oleh sorotan tatapan tajam rekan-rekan kerjanya yang berada di luar sana. Mereka tercengang melihat Elena dalam keadaan seperti itu, dengan baju kusut dan tanda merah mencolok di lehernya. Beberapa di antara mereka tidak bisa menahan diri untuk mencemooh Elena dengan kata-kata pahit dan hinaan yang menusuk.

"Wow lihat cara berpakaiannya itu! Tadi masih rapi ketika masuk ruangan si Bos."

"Kamu lihat tidak lehernya. Pasti habis dicupang sama Pak Kai."

"Astaga, tidak tahu malu. Memang sih pengantin baru tapi tidak perlu terang-terangan begitu. Apalagi kita semua tahu kalau dia merebut calon suami sepupunya sendiri."

Elena merasa kecewa dan terhina oleh perlakuan mereka, tetapi dia memilih untuk menahan diri dan tidak menanggapi celaan mereka. Dia mempercepat langkahnya menuju ruangannya, mencoba untuk menutupi rasa malu dan kesedihannya di balik ekspresi wajah yang tegar. Meskipun hatinya hancur oleh perlakuan mereka, Elena tetap bersikap tenang dan berserah diri pada takdirnya yang sulit di tempat kerja ini. 

Maaf ya kemarin aku lupa update 🙃Jgn lupa vote dan komennya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Maaf ya kemarin aku lupa update 🙃
Jgn lupa vote dan komennya.

Perfect PainWhere stories live. Discover now