23| Alasan dari semua hal

796 44 30
                                    

Kepulan asap menyebar memenuhi balkon sebuah apartemen elite ibukota, di temani pemandangan indah yang memanjakan mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepulan asap menyebar memenuhi balkon sebuah apartemen elite ibukota, di temani pemandangan indah yang memanjakan mata. Si pemilik berharap suasana hatinya ikut membaik, membaur dengan suasana yang ada.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu perasaan kesal itu masih ada. Kalimat Biru tadi siangㅡ Biru bakalan janji buat setia sama suami Biru ㅡ bukankah gadis itu menyuruhnya mundur secara tak langsung? Dia kurang apa? Kaya? Ganteng?

“Lo cuma cemburu, lagian Biru hamil anak lo. Dia gak bisa kemana-mana, apalagi tinggalin lo. ”

Jeffrey menoleh, itu suara Doni si asisten. Sembari sibuk mengerjakan laporan, dari meja sebrang laki-laki yang satu bulan lalu resmi menempati apartemen ini ikut berujar.

“Lo pikir gue sebego apa sampe gak tau makna kata yang di ucapin gadis gue?”

Doni bergidik, dia sebenarnya jijik dengan pemilihan kata yang Jeffrey lontarkan. Namun kembali lagi, dia ingat dia hanya menumpang di apartemen ini jika salah kata saja sangat memungkinkan orang gila di depannya ini akan mengusirnya dengan sadis.

“Lo cari hotel, gue mau tidur di sini! ”

“Siaㅡ ”

Doni hampir mengumpat, namun segera dia urungkan saat Jeffrey menyerahkan kunci mobil beserta kartu hitam laki-laki itu padanya.

“Buat gue? ”

Jeffrey mengernyit. “Parkiin mobil, tadi gue parkir sembarangan. Kalo ketahuan petugas, mobil gue di tilang, bayarnya pake kartu itu. Thanks. ”

“Jeffrey anying!”

“Apa? ”

“Artinya siap laksanakan, Pak bos! ”

Jeffrey mengangguk acuh.

Doni selamat, beruntung bosnya itu tidak minat memperpanjang masalah. Buktinya Jeffrey langsung masuk ke kamar setelah meninggalkannya yang nelangsa, pikirkan saja. Di jam dua malam, dia harus cari hotel.

“Pak bos! Gue tidur di sofa aja ya?! ” teriaknya meminta izin, pasalnya Jeffrey selalu geli kalo harus satu ruangan dengan orang lain.

Jeffrey dengar, namun dia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk menanggapi candaan Doni. Dia ngantuk ingin cepat membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Satu menit.

Dua menit...

Tiga menit...

Sepuluh menit.

Jeffrey sulit tidur. Bahkan dia sudah mengganti posisi tidurnya berkali-kali, dia tetap kepikiran.

“Kenapa Tania ngotot buat jodohin Biru? Apa Pak Raka se-istimewa itu?” Jeffrey bergumam menatap langit-langit, matanya sudah memberat namun sulit sekali untuk tertutup.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝘿𝙄 𝘾𝙐𝙇𝙄𝙆 𝙈𝘼𝙎 𝘾.𝙀.𝙊Where stories live. Discover now