16| Long distance

1.3K 54 0
                                    





Keduanya baru sampai di rumah pukul lima sore. Taman tempat mereka sepedaan lumayan dekat, Biru anteng liatin Caramel jalan di depan dengan sepatu roda yang Minggu lalu Jeffrey belikan.

Masih dalam gendongan Jeffrey, sesekali Biru jahil nusuk pipi Jeffrey dengan jari telunjuk. laki-laki itu masih bungkam, gak tahu kenapa.

“Oma!”

Dapat Biru lihat kerutan kecil di kening Jeffrey, langkahnya yang akan menaiki anak tangga pun tak jadi. Jeffrey lantas menyusul Caramel yang tadi lari ke arah dapur, sedetik kemudian wajah keruhnya berubah datar.

Biru ikut menatap depan.

Seorang wanita yang mengenakan dress di bawah lutut itu terlihat tak asing, pahatan wajahnya sangat mirip dengan sosok laki-laki yang saat ini tengah menggendongnya.

“Jeffㅡ ”

Bibir wanita itu kembali mengatup, tanpa bicara apapun Jeffrey melengos pergi begitu saja. Masih membawa Biru dalam gendongan. Keduanya meninggalkan area dapur, kembali melangkah ke tujuan awal, kamar.

Setibanya di sana, laki-laki itu mendudukkannya di atas ranjang. Keadaan hening dengan rahang Jeffrey yang terlihat mengeras.

Dalam diamnya, dengan telaten Jeffrey membersihkan lukanya.
Biru melirik takut-takut, jarinya saling meremat gugup.

“Ssh!”

“Sakit banget?” Jeffrey refleks mendongak, tissue basah yang dia pakai untuk membersihkan luka di lutut Biru menggantung di udara.

“Dikit,”

“Tahan, ya? Tinggal saya kasih plester.”

Biru mengangguk, beberapa menit kemudian laki-laki itu selesai dengan kegiatan mengobati lututnya.

Jeffrey mengulurkan tangan mengacak rambut Biru, masih dengan posisi berlutut di bawah membuat laki-laki itu dapat melihat jelas Biru yang tersentak kaget atas perlakuannya.

“Kenapa gitu?”

“Gak papa,” Biru menggeleng. Tapi sayangnya Jeffrey terus menatapnya, menuntut. “Mas Jeffrey tadi agak serem aja kalo marah.” Cicitnya.

Gak ada respon dari si empu. Biru gelagapan takut salah bicara, dia mau kabur tapi dengan cepat Jeffrey lebih dulu menahan. Seiring langkahnya yang mendekat, hembusan nafas pun perlahan menerpa kulit leher.

Jeffrey merengkuh tubuhnya dari belakang, menyenderkan dagu serta sedikit memberi kecupan kecil di sana.

“Saya takut kamu kenapa-napa tadi, saya lalai jaga kamu.”

Sebenarnya bukan itu yang ingin dia dengar, melainkan tentang wanita tadi. Biru ingin mendengarnya dari Jeffrey langsung, berharap laki-laki itu mau suka rela membagi cerita dengannya. Akan tetapi, lagi-lagi Biru sadar posisi. Dia bukan siapa-siapa.

“Cuma luka gores.” Biru balik badan, mengelus lembut pipi Jeffrey dengan sedikit keberanian yang tersisa. “Aku mau mandi, kalo Mas Jeffrey mau ke bawah duluan aja.”

“Kaya gini dulu,”

Jeffrey menahan pinggangnya, Biru terdiam sejenak sebelum kepalanya mengangguk. Menanti apa yang akan Jeffrey lakukan.

Di hadapan Biru, Jeffrey tanpa ragu melepas kaos putih yang melekat di tubuhnya. Mengikis jarak, dia arakan tangan gadis itu untuk menyentuh perutnya langsung.

“Biㅡ ”

Jeffrey terkekeh, dia dengan sengaja menahan tangan Biru untuk tetap menyentuhnya.

“Mas Jeffrey...”

𝘿𝙄 𝘾𝙐𝙇𝙄𝙆 𝙈𝘼𝙎 𝘾.𝙀.𝙊Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin