7.BUTTERFLY NECKLACE

72 36 52
                                    

Vote dan komen

Warning ⚠️⚠️⚠️

Dilarang keras untuk plagiat ‼️

Plis tandai typo

🌼🌼🌼

Hayllen terkejut saat tiba-tiba seseorang mengambil alih kalung yang dia pegang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hayllen terkejut saat tiba-tiba seseorang mengambil alih kalung yang dia pegang. orang itu menyibak rambut Hayllen kemudian memasangkan kalung dengan liontin kupu-kupu di lehernya. Hayllen memegang kalung itu menatap dengan sendu.

Haya, Lang mau ngasih kalung ini buat kamu meski nanti bukan aku yang akan memasangkan nya di leher cantik kamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haya, Lang mau ngasih kalung ini buat kamu meski nanti bukan aku yang akan memasangkan nya di leher cantik kamu.

Mata sendu itu menatap pantulan dirinya dari cermin matanya melihat sosok Langga yang juga sedang melihat kearah cermin dari belakang nya, sudut bibir Hayllen terangkat membentuk sebuah senyum.

Tak dapat di jelaskan betapa senangnya Hayllen melihat orang yang sangat dia rindukan selama ini berdiri tepat di belakangnya, entahlah jika ini mimpi atau pun hanya khayalan nya Hayllen tak masalah Hayllen sangat merindukan sosok yang tengah tersenyum itu.

Hayllen membalikkan badannya untuk memastikan apa yang dia lihat nyata atau hanya khayalan nya semata.

"Kalo butuh bantuan bilang"

"By the way kalung Lo bagus"

Hancur sudah.

Lenyap. Orang yang selama ini Hayllen rindukan memang tak aku mungkin bisa kembali lagi. Orang yang sedari tadi berdiri di belakang Hayllen yang tersenyum itu adalah Renzi, Renzi juga lah yang tadi membantu Hayllen memasang kalung dan itu bukan Langga.

Hayllen sadar dia memang masih belum sepenuhnya sembuh dari sakit buktinya Hayllen tadi mulai berhalusinasi.

Cukup lama Hayllen terdiam sambil menatap Renzi dengan tatapan kosong sampai Renzi menjentikkan jari tepat di wajah Hayllen yang membuat Hayllen tersenyum kecut.

"Ah ini hadiah terakhir dari teman aku, kalung ini berharga banget buat aku"ucap Hayllen sambil jari-jemarinya memainkan liontin kupu-kupu itu.

Renzi mengangguk paham, kemudian dia mengeluarkan sebuah kotak Ponsel dari kantong Hoodie nya menaruh kotak itu di atas meja.

Hayllen menatap bingung dengan kotak ponsel dengan logo apel yang tergigit itu kenapa Renzi menaruhnya di meja.

"Ponsel buat Lo"

Kening Hayllen berkerut bingung. Tidak mungkin Renzi membelikan dia ponsel kan?, Hayllen cukup tidak enak pada Renzi. Renzi mengizinkan Hayllen tinggal di sini Hayllen sangat berterima kasih sekarang Renzi malah ingin memberikan dia ponsel mahal ini.

"Ga bisa Ren, aku ga enak sama kamu, kamu udah belikan untuk aku pakai, tas, sepatu, skincare dan sekarang kamu ngasih aku ponsel ini semua terlalu berlebihan, kamu izinin aku tinggal di sini aja aku udah makasih banget-"

Renzi menatap Hayllen dengan sorot mata yang sudah untuk di artikan yang membuat Hayllen terdiam tak melanjutkan kembali ucapan nya.

"Tinggal bilang makasih doang"

Mulut Hayllen sedikit terbuka akan perkataan dari Renzi 'tinggal bilang makasih doang' yang benar saja barang yang Renzi berikan untuk Hayllen terlalu berlebihan apa lagi Hayllen bukan siapa-siapa bagi Renzi hanya orang asing.

"Lo ingat ya, semua ini ga gratis" Renzi tersenyum tipis kemudian melangkah keluar dari kamar Hayllen tapi beberapa langkah Renzi berhenti menoleh sedikit menatap wajah Hayllen.

"Mulai sekarang Lo bakal tinggal di rumah ini sendiri" Ucap Renzi melanjutkan langkahnya berjalan pergi ke kamar miliknya.

Hayllen terdiam masih mencerna perkataan dari Renzi setelah tersadar Hayllen berlari dari kamar nya.

Dengan langkah cepat seperti anak kecil yang akan membeli es krim Hayllen menuruni tangga dengan cepat dan lincah.

Berlari ke arah kamar Renzi yang pintunya tidak tertutup memperlihatkan Renzi yang mengemasi barang-barang nya ke koper.

Hayllen menatap Renzi dengan napas yang terengah-engah kerena habis berlari dari kamar atas.

"Renzi maksud kamu tadi apa" ucap Hayllen masih dengan terengah-engah.

Renzi tidak menghiraukan Hayllen dia masih memindahkan pakai nya kedalam tas Renzi yakin Hayllen tidak tuli sampai tidak mendengar apa yang dia katakan tadi.

Renzi menutup tasnya kemudian melangkah melewati Hayllen begitu saja.

"Gue bilang, Lo tinggal di sini sendiri"

Mata Hayllen mengerjap polos dengan apa yang baru di dengar, "kamu gila Ren, ini rumah kamu, kamu tinggal di sini kalo kamu ga nyaman aku tinggal di sini kamu boleh kok usir aku. Aku bisa kok cari tempat tinggal lain aku juga mungkin bisa kerja" ucap Hayllen lirih Hayllen merasa tidak nyaman jika harus tinggal di rumah yang bukan miliknya.

Renzi tersenyum miring yang sangat susah di artikan.

"Dasar bego, Lo itu ga punya apa-apa kalo gue usir Lo mau kemana?, Lo mau ngekos uang Lo dari mana dari daun?, Lo ga bisa kerja tolol, Lo ga punya ijazah SMA apa lagi Lo itu coblosan rumah sakit jiwa. Gue tau ini rumah gue dan gue ga mau di tuduh zina kerena tinggal berdua dengan cewe asing yang bukan siapa-siapa gue" kelakar Renzi dengan nada dingin khas milik nya yang mengintimidasi.

Kaki Hayllen melemas mendengar ucapan yang keluar dari mulut Renzi, hati Hayllen berdenyut nyeri ini kali pertama Hayllen mendengar Renzi berbicara panjang lebar yang begitu membuat menyakitkan.

"Makasih perhatiannya Ren" Hayllen mengusap pipinya kasar membalikkan badannya berlari ke kamar nya untuk menenangkan perasaan Nya.

Pintu kamar Hayllen tutup dengan kasar Hayllen langsung membaringkan tubuh mungil nya di kasur, pipi putih bersih Hayllen di banjir oleh air mata.

Tidak seharusnya Hayllen tidak perlu sakit hati mendengar apa yang Renzi katakan itu benar tapi kenapa rasanya sangat menyakitkan sekali. Hayllen memejamkan matanya untuk menenangkan hati dan pikiran nya tak lama Hayllen tertidur dengan air mata di pipinya.

Di sisi lain Renzi mengedar motor sport di jalan ibu kota Jakarta dengan sangat ugal-ugalan yang membuat pengendara lain menyumpah-serapah tingkah gila Renzi yang mengedar motor nya dengan sangat cepat.

"Maaf Len, mulut gue emang jahat kalo ngomong" motor Renzi melesat sangat cepat menuju apartemen milik Bagas.

"Maaf Len, mulut gue emang jahat kalo ngomong" motor Renzi melesat sangat cepat menuju apartemen milik Bagas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HAYALAN S2Where stories live. Discover now