9.FORGET THE PAST

65 36 49
                                    

Vote dan komen

Warning ⚠️⚠️⚠️

Dilarang keras untuk plagiat ‼️

Plis tandai typo

🌼🌼🌼

Hayllen memegang kepalanya yang terasa berdenyut, Hayllen merasa kepalanya dan juga telapak tangan kanannya di perban

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hayllen memegang kepalanya yang terasa berdenyut, Hayllen merasa kepalanya dan juga telapak tangan kanannya di perban.

Hayllen terdiam untuk beberapa saat melihat kamar bernuansa Putih yang terlihat sangat nyaman mata Hayllen tertuju pada sebuah dinding yang tertempel banyak Poto seorang gadis dengan kepang dua.

Dengan langkah yang sempyongan Hayllen perlahan mendekati Poto itu air mata tak dapat Hayllen bendung.

Tangan Hayllen mengusap sebuah poto sang gadis yang tengah asik memakan es krim vanilla dengan tersenyum lebar.

"Ini foto aku kan"monolog Hayllen tersenyum getir.

Betapa bahagianya Hayllen di foto itu tersenyum dengan lebar sungguh Hayllen merindukan masa-masa dia menghabiskan waktu bersama Langga.

"Lo udah sadar, jangan diri dulu kondisi Lo belum benar-benar membaik"

Deg

Jantung Hayllen berdebar darah Hayllen berdesir dua kali lebih cepat suara ini suara yang begitu familiar di telinga Hayllen.

Dengan cepat Hayllen berbalik tubuh Hayllen membuka matanya dengan sendirinya menetes air mata.

Hayllen menggeleng tak percaya berlari ke dalam pelukan Langga.

"Langga kangen hiks, kamu pergi kemana bilang sama aku Lang kalo aku baru bangun dari mimpi buruk aku kan" Hayllen memeluk erat tubuh orang yang sangat dia rindukan dengan penuh harap Hayllen berharap bahwa semua yang di alami itu hanya mimpi hingga di tersadar dari mimpi itu ketika terjatuh dari tangga.

Tubuh Duwi bergetar. Duwi tidak pernah berpelukan dengan perempuan lain selain adiknya Karin itu pun sangat jarang.

Duwi berusaha menenangkan diri nya sebelum dia mengangkat kedua tangan nya membalas pelukan Hayllen.

"Maaf ya gue bukan Langga, gue kembaran Langga nama gue Duwi Persixel Sakala, gapapa kok Lo boleh peluk gue anggap aja gue ini Langga keluarin semua yang selama ini Lo pendam tanpa kembaran gue " ucap Duwi sambil mengusap punggung Hayllen pelan.

Deg

Hati Hayllen rasa terhimpit batu yang besar sehingga membuat nya susah untuk bernafas hal yang sama seperti hari sebelumnya bahwa Langga memang tak akan bisa kembali.

Hayllen memeluk Duwi semakin erat dia benar-benar membayangkan bahwa Duwi adalah Langga.

Langga yang selama ini dia rindukan.

Langga yang selalu menghantui pikiran dan hati Hayllen.

"Langga... Aku mau kamu kembali!. Lang aku cepa a-aku mau nyerah, aku mau kamu peluk aku yang erat ... dunia ini kejam Lang buat perempuan selemah aku, orang yang dulu aku anggap pahlawan dengan jahat melecehkan aku. Se-semua orang benci aku Lang kecuali kamu, ayah, dan bunda tapi kenapa kali pergi ninggalin aku sendiri" nafas sesak dada Hayllen naik turun dia semakin erat memeluk Duwi yang wajah nya begitu mirip dengan Langga.

Tanpa Hayllen juga sadari Duwi menetes air matanya mendengar ucapan Hayllen yang begitu menyayat hati dengan tubuh yang juga bergetar Duwi mengerat pelukan nya untuk Hayllen.

Cukup lama Hayllen memeluk Duwi untuk menghabiskan rasa rindunya pada sosok yang telah lama pergi.

Hayllen melepaskan pelukannya menatap nanar wajah Duwi yang pahatan wajahnya sama persis dengan Langga beda hanya di warna kulit, warna kulit Duwi lebih terlihat putih pucat.

Hayllen meraih jemari Duwi. Hayllen sadar bahwa sedari tadi badan Duwi bergetar Hayllen tidak tau mengapa.

"Makasih udah ngerti perasaan aku" lirih Hayllen yang mendapat anggukan dari Duwi.

"Gapapa udah seharusnya. Lo lanjut istirahat aja dulu tunggu Karin datang bawa makan buat Lo"

Hayllen menurut dia menidurkan kembali tubuhnya di kasur saat ingin memejamkan mata Karin datang membuka pintu membawa nampan dengan semangkuk bubur dan segelas air.

"Kak Haya, makan bubur nya ya kak baru Habis itu minum obat" Karin mengambil sebuah kursi duduk di samping kasur tempat di mana Hayllen yang sudah duduk dengan posisi bersender pada tembok.

Karin menyuapi Hayllen dengan telaten dan hati-hati setelah bubur itu habis Karin memberikan beberapa pil obat Hayllen tak langsung mengambil nya melainkan menatap nya dengan nanar.

Terdengar hembusan gusur dari hidung mancung Hayllen saat melihat obat yang di tangan Karin baru dia mengambil dan menelan obat itu.

"Kak Haya istirahat aja dulu di sini nanti Bang Renzi yang jemput kakak pulang" ucap Karin sambil menyimpan kembali mangkuk bubur ke nampan.

Hayllen mengangguk kemudian membaringkan tubuhnya ke kasur kemudian memejamkan mata.

Karin terdiam beberapa menit melihat wajah Hayllen yang terpejam dunia sangat kejam buat gadis selemah Hayllen dan juga dirinya ada saja Karin tidak menderita tumor otak pasti semua baik-baik saja andai Abangnya Langga tidak sakit leukemia akut pasti dunia kak Haya tidak akan sehancur sekarang.

Karin tersenyum getir melihat Hayllen yang sudah terlelap tidur "cepat sembuh kak Haya" ucap Karin pelan kemudian meninggalkan Hayllen sendiri di kamar.

Hayllen membuka kembali kedua matanya Hayllen tadi tidak benar-benar tidur dia hanya menutup kedua matanya Hayllen turun dari kasur melangkah ke balkon kamar Langga menatap jalanan kota dari atas balkon mata Hayllen menatap langit dengan tatapan sendu.

Hembusan angin meniup wajah Hayllen mata Hayllen tak berkedip menatap langit biru. langit terlalu luas hingga tak bertepi bisa kah Hayllen terbang dan tinggal di awal saja tanpa harus merasakan luka dan duka.

Jiwa Hayllen begitu berisik tak mungkin baginya untuk mengabaikan kata hati Hayllen harus jujur dan dapat menerima kenyataan Langga dan dirinya memang tak bisa bersama seperti syair lagu tanpa irama.

Tangan Hayllen mengusap liontin kupu-kupu kenangan terakhir dari Langga perlahan senyum Hayllen terbit yang menandakan bahwa Hayllen sudah menerima kepergian Langga.

Tangan Hayllen mengusap liontin kupu-kupu kenangan terakhir dari Langga perlahan senyum Hayllen terbit yang menandakan bahwa Hayllen sudah menerima kepergian Langga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


HAYALAN S2Where stories live. Discover now