Kilas balik ; Terbunuhnya sang dewi

490 61 1
                                    

Hallo guys! Jangan lupa follow, vote dan tinggalkan jejak dikomentar, ya! Selamat membaca🕊️

******

Jaehyun mendengarkan ucapan Donghyuck dengan seksama. Ia mulai bersimpuh dihadapan anaknya itu sembari mengusap lembut pundak Donghyuck.

"Ada apa? Katakan dengan jelas."

"Mama dalam ancaman, apakah ayah tidak mendengarkannya? Kita belum menang."

"Namun, bagaimana bisa?"

"Ayah.. Ke kamar sekarang!" seru Donghyuck membuat Jaehyun berlari kalang kabut. Ia memasuki kamarnya dan benar! Taeyong sudah tak ada disana. Hanya ada Giselle yang tengah tertidur pulas.

"Donghyuck... Dimana istri saya..?"

"Saya tidak tau, ayah."

Jaehyun terdiam. Ia mulai mencari sekeliling istana namun, percuma. Tidak ada yang ditemukan sama sekali! Taeyong tak ada disana.

"Tae...," lirih Jaehyun dengan air mata yang meluruh. Tubuhnya nyaris terkulai lemas. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa ia kehilangan belahan jiwanya? Ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya setelah ini.

"Ayah, bukan waktunya untuk menangis," ucap Donghyuck membuat Jaehyun lagi dan lagi terdiam.

"Donghyuck mama kamu menghilang! Bagaimana bisa kamu tidak menangis?!"

"Karena menangis tidak menyelesaikan semuanya."

"Donghyuck.."

"Saya masih ingat bagaimana saya menangis namun, saya dicambuk seolah saya melakukan dosa besar. Jadi, untuk  apa saya menangis? Saya hanya tidak akan membuang air mata untuk siapapun."

DEG...

Sungguh! Jaehyun saat ini terkubur didalam penyesalan dan rasa takut yang senantiasa menyelimuti hatinya. Semua rasa takut nan kecemasannya sudah menjadi nyata.

"Kemana kau akan pergi?"

"Mencari mama. Bukan menangis seperti orang gila."

Hening.

Jaehyun membisu kala melihat Donghyuck begitu tekad tanpa air mata yang membahasinya sedangkan dia, dia sudah kehilangan arah!

Sedangkan disaat-saat seperti ini, Jaehyun senantiasa mengingat bagaimana dan apa saja yang ia lalui bersama permaisurinya.

"Lee.. Ayah mohon, menangislah," mohon Jaehyun namun, Donghyuck lagi dan lagi abai. Ia tak peduli akan ucapan sang ayah. Karena yang ia pedulikan hanyalah semua perbuatan nan tugas dia hanyalah menjadi karma untuk pada manusia berdosa.

"Simpan permohonanmu, ayah. Air mata bodoh ini tidak akan terjatuh sampai kapanpun."

"Donghyuck.."

Donghyuck hanya memalingkan wajahnya. Ia mulai mengeluarkan sebilah pedang dan menancapkan pedang itu tepat ditanah negeri Axilory yang asri.

"Donghyuck! Apa yang kau lakukan?!"

"Mematikan seluruh tanaman beracun."

Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now