Hanya sebatas ilusi..?

602 78 1
                                    

Hallo guys! Jangan lupa follow, vote dan tinggalkan jejak dikomentar, ya! Selamat membaca🕊️

******


Sampai dengan detik ini, Renjun tidak tau siapa yang tiada. Ia mencoba bertanya kepada Donghyuck namun, tak ada jawaban yang pasti.

"Hyuck.."

"Ada apa sayang? Kenapa kamu gelisah sekali, hm?"

"Hyuck.. Tolong katakan kepadaku.. Siapa yang tiada..?"

"Hanya kerabat. Sudah, jangan terlalu dipikirkan, ya."

Renjun menggelengkan kepalanya. Ia menepis tangan Donghyuck karena Renjun tau. Apabila kerabat, tidak mungkin semua harus terselimuti duka seperti ini.

"Hyuck.. Kamu ingat dengan kita pertama kali bertemu? Aku disaat itu masih seorang anak kecil yang dijanjikan sebuah kebahagiaan oleh sang raja. Dan raja itu akan berjanji menjadikan aku permaisuri satu-satunya.."

"Tentu. Aku sudah menepati janji itu, sayang.. Ada yang salah dengan itu? Katakanlah, aku akan memperbaiki kesalahanku."

"Pertemuan itu singkat sehingga kita dipertemukan kembali kala aku sudah remaja dan kau sudah didalam usia pernikahan. Hyuck.. Apakah kamu tidak ingin mengatakan sebuah kejujuran kepadaku..? Kenapa kau tidak mengatakan yang sejujurnya saja, Hyuck? Kau cemas aku akan terjatuh, menangis seperti orang gila akan hal itu?"

"Renjun...."

"Katakan, Hyuck... Aku hanya akan hancur dihadapanmu. Bukan dihadapan yang lain."

Donghyuck memejamkan matanya erat. Ia membuka sebuah penutup mata berwarna hitam yang menutupi mata Renjun lalu, Donghyuck mulai memegang pundak permaisurinya.

Hening. Renjun tak mengucapkan sepatah katapun. Ia hanya mendongak menatap lekat mata Donghyuck dengan sayu. Air matanya terjatuh tanpa aba-aba.

Mulutnya membisu setelah Donghyuck langsung memeluk raganya yang lemah itu. Harapan akan kebahagiaan itu seketika lenyap.

"Hyuck..."

"Menangislah, tidak apa.. Hanya ada aku, Renjun.. Hanya ada aku.."

"Aku tidak bisa menangis.."

Donghyuck hanya memejamkan matanya erat. Menciumi punggung tangan permaisurinya berulang dengan bersimpuh dihadapan permaisurinya yang ia dudukkan tepat diatas ranjang.

"Renjun-ssi.."

Renjun hanya tersenyum tipis dengan air mata yang meluruh. Selama ini dia belum pernah dekat langsung dengan sang Ibunda.

"Hyuck.. Kamu telihat kuat dihadapan semua orang, namun satu kelemahanmu Hyuck, kamu lemah apabila berada dihadapanku.. Tidak masalah, menangislah. Aku tau kau merindukan mendiang mama," lirih Renjun dengan mengusap pipi Donghyuck dengan tangan lentiknya itu.

"Hyuck.. Yang perlu kamu ketahui, kita hanya cukup saling menguatkan sesama. Tidak apa, sayang," imbuhnya membuat tangisan Donghyuck pecah sehingga membasahi pangkuannya dan lihatlah? Donghyuck rapuh.

Renjun hanya tersenyum. Mengusap kepala sang raja dengan menyandarkan tubuhnya diranjang. Memejamkan matanya sekilas karena menahan mual yang terus menerus datang selama 1 minggu sebelum duka ini menyelimuti seluruh negeri.

"Renjun-ssi.."

"Iya, ada apa sayang?"

"Kau baik-baik saja, sayang?"

Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now