Kalung sihir

399 52 0
                                    

Hallo guys! Jangan lupa follow, vote dan tinggalkan jejak dikomentar, ya! Selamat membaca🕊️

******

Suara itu membuat Donghyuck terhenyak. Sosok hitam besar dengan taring, mata merah menyala dengan api yang mengitari dirinya. Sosok yang paling ditakuti oleh makhluk manapun. Dan sosok itu perlahan menyerupai Renjun. Hanya saja, matanya merah seperti darah.

"Siapa kau?"

"Aku adalah dia yang terkurung didalam kalung sihir ratusan tahun lamanya. Aku tidak menyakitinya. Tapi aku adalah amarahnya, aku adalah akhir dan awal dari alam semesta. Seperti itu jugalah dia tercipta. Dia air, sedangkan aku api."

"Pergilah. Saya yang akan menjaganya."

"Aku adalah amarahnya, aku adalah rasa kecewanya, aku adalah dendam yang ia simpan didalam sehingga menjadi seburuk ini. Kau tau..? Apabila memang dia bisa melepaskannya, aku akan menghilang secara perlahan."

"Jadi apa yang kau inginkan? Katakan saja."

"Aku hanya ingin dia mengakhiri perang didalam dirinya sendiri. Akhiri dendam didalam hatinya. Lampiaskan semua amarah sehingga aku menghilang. Aku juga lelah terperangkap disana. Walaupun aku api.. Aku tidak akan membakar apabila tidak ada dahan kering yang siap untuk dimusnahkan."

Donghyuck bergeming. Ia memikirkan cara agar sosok yang berada dihadapannya ini menghilang.

"Kapan dia akan terbangun?"

"Mungkin esok hari. Aku tidak tau. Aku akan kembali setelah ini. Atau menghilang, karena dia hanya melampiaskan semuanya. Bukan berarti lukanya sembuh sepenuhnya."

"Donghyuck.. Aku permisi. Maaf apabila lancang menganggumu."

Donghyuck tak menjawab. Ia membiarkan sosok itu menghilang lalu duduk ditepi ranjangnya. Setelah berpikir panjang, ia berjalan ke ruangan untuk menyelesaikan berkas-berkas yang sudah terlantar sejak lama.

"Yang mulia, apakah semua surat ini akan anda balas?"

"Tentu. Lebih baik kau selesaikan pekerjaanmu. Laporan keuangan dan yang lainnya, serahkan kepada saya."

Wendy tak kunjung bergerak. Ia masih berpikir. Mengapa Donghyuck itu masih hidup? Bukankah serangan itu parah?

"Untuk apa kau diam disana?"

"Ah m ─ maaf yang mulia, s ─ saya segera melaksanakan perintah anda!" sahut Wendy dengan terbata-bata.

Donghyuck hanya terkekeh lalu menatap sedikit tajam ke arah Wendy. Semua aura-aura negative mampu Donghyuck rasakan dan itu tak memungkirinya untuk mengelak.

"Jikalau sudah selesai, katakan. Saya akan ke aula menemui tangan kanan saya," tukas Donghyuck lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut lalu menemui Jeno yang tengah berbincang dengan Jisung.

"Ayah, hari ini.. Saya akan kembali ke tempat itu. Jadi, sampaikan salam saya kepada mama apabila dia sudah bangun nanti."

"Baik."

Donghyuck hanya menatap datar kepergian putranya lalu kembali menatap ke arah Jeno.

"Jeno, saya ingin menanyakan sesuatu."

Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now