apa rumah itu wujud?

138 11 0
                                    

Laki-laki itu berlari dengan sangat pantas dan sesekali melihat ke arah belakangnya. Dia terus berlari dalam keadaannya yang terlalu berantakan seperti sedang dikejar oleh seseorang. Dia menyeberangi jalan tanpa melihat apapun. Saat mendengar suara klakson mobil yang kuat dia terhenti di tengah jalan dan melihat ke arah mobil itu

"Iya, ambil aku sekarang tuhan. Aku sudah tidak sanggup lagi duduk di dunia yang kejam ini" batin laki-laki itu

Tapi malangnya, mobil itu berhenti sebelum mengenai dirinya. Pemilik mobil itu keluar dengan riak wajahnya yang begitu kaget saat menghampiri dirinya

"Apa kau tidak apa-apa?"

Soalan daripada laki-laki itu bagaikan angin di telinganya. Dia hanya menatap jalan kosong sehingga dia tiba-tiba mengeluarkan air matanya. Pemilik mobil itu begitu kaget saat melihat laki-laki itu tiba-tiba saja menangis

"Hei? Kau kenapa?" Soal pemilik mobil itu

Pemilik mobil itu coba untuk menenangkan laki-laki di hadapannya ini. Dia memerhatikan kondisi laki-laki itu.

"Ayo ke rumah sakit. Aku akan menanggung biaya nya" ujar pemilik mobil itu dan menarik tangan laki-laki itu untuk masuk ke dalam mobilnya

Saat laki-laki itu sudah selamat di dalam mobilnya. Dia mulai menjalankan mobilnya untuk ke rumah sakit.

......

Saat mereka tiba di rumah sakit, laki-laki itu terus mendapatkan rawatan.

"Renjun" panggil dokter yang merawat laki-laki itu

Saat merasa dirinya di panggil, Renjun berjalan ke arah dokter itu dengan riak wajahnya yang khawatir

"Bagaimana kondisinya kak?" Soal Renjun, pemilik mobil itu

"Dimana kau menemukan nya?" Soal Dokter itu

"Aku hampir melanggar nya karena dia tiba-tiba saja melintas. Tapi untungnya aku sempat menghentikan mobil ku jika tidak mungkin aku sudah di kantor polisi sekarang"

"Dengar sini, Renjun. Sepertinya kau harus membawa dia ke psikiatris karena dia kelihatan tidak sehat"

"Hah? Emangnya kenapa?"

"Tatapannya begitu kosong dan saat aku melihat pergelangan tangannya, terlalu banyak garisan yang menunjukkan dia coba untuk membunuh dirinya"

Renjun yang mendengar tidak dapat menyembunyikan kagetnya

"Tapi aku tidak bisa membawanya begitu saja kak. Bagaimana jika orang tuanya khawatir?"

"Bicarakan secara baik dengannya. Sepertinya dia memerlukan bantuan"

Selepas berbicara dengan Renjun, dokter itu terus pergi daripada sana dan meninggalkan Renjun di hadapan ruang inap laki-laki itu. Renjun melangkah masuk kedalam dengan perlahan dan mendekati laki-laki. Renjun melihat wajah laki-laki itu dipenuhi dengan luka sama ada yang baru ataupun lama sehingga meninggalkan bekas. Renjun duduk di kursi yang ada di samping ranjang laki-laki itu dan menatap laki-laki itu diam

"Hai? Nama aku Renjun. Maaf ya tadi aku hampir langgar kamu soalnya" ujar Renjun coba untuk berbicara dengan laki-laki itu

Laki-laki itu hanya diam dan tidak menatap Renjun sama sekali

"Nama kamu siapa? Bisa kenalan gak?" Soal Renjun mencoba lagi

Selama beberapa menit, laki-laki itu tidak menjawab Renjun dan hanya diam saja

"Udah lewat nih, besok aku ke sini lagi ya. Kamu jangan kemana-mana ya" ujar Renjun kemudian bangun untuk keluar daripada ruang inap laki-laki itu. Sebelum Renjun melangkah keluar, dia dihentikan dengan suara perlahan laki-laki itu

"Jeno" ujar laki-laki itu

Renjun melihat ke arah laki-laki itu sambil tersenyum kemudian dia mengangguk perlahan

"Sampe ketemu besok ya, Jeno" ujar Renjun sambil tersenyum

.....

"Selamat pagi" sapa Renjun pada suster yang kebetulan baru saja keluar daripada ruang inap Jeno

"Pagi, mas" ujar suster itu membalas senyuman Renjun

Renjun masuk ke dalam ruang inap Jeno dan tersenyum ke arah laki-laki itu

"Hai, Jeno. Gimana semalam? Tidurnya lena gak?"

Jeno menatap Renjun lama sebelum dia menggelengkan kepalanya. Renjun duduk di kursi dan melihat ke arah Jeno

"Kenapa? Ranjang gak selesa ya? Mau aku tukar sama kamar yang lain?" Soal Renjun

Lagi-lagi Jeno hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan dari Renjun. Melihat kondisi Jeno, Renjun tersenyum dan mengangkat tangannya untuk mengusap rambut laki-laki itu supaya dia lebih tenang tapi yang terjadi malah sebaliknya. Jeno menghindari Renjun dan menatapnya ketakutan

"Maaf, maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi" ujar Jeno berulangkali

Renjun yang melihat itu kaget dan coba untuk memegang tangan Jeno tapi Jeno hanya menghindari Renjun

"Jeno, hei. Aku gak bakalan lakuin apa-apa kok. Tenang aja"

"Maaf, maaf. Maafin aku, tolong berhenti" Teriak Jeno tanpa henti seperti sedang dipukul oleh seseorang

Renjun yang melihat itu semakin khawatir dan mulai keluar daripada sana untuk memanggil dokter. Saat dokter dan suster datang, Renjun diminta untuk tunggu di luar. Perasaan bersalah mulai menghantui Renjun. Dia takut jika apa yang dia lakukan, akan membuat Jeno sakit

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Feb 23 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Twins?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora