18. Sellina

18 5 2
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Apakah gadisku sudah bangun?" Tanya seorang pria yang duduk di meja kerjanya.

"Nona sudah bangun tuan, saat ini ia sedang sarapan" jawab wanita paruh baya yang semula berada di kamar yang Sellina tempati.

"Hmm, kau boleh keluar" usir pria tersebut tanpa melihat wanita paruh baya di depannya.

Wanita itu menundukkan kepalanya, lalu keluar dari ruangan tersebut. Saat sudah menutup pintu ruangan sang tuan, pelayan itu berbalik saat berbalik dia dikejutkan dengan keberadaan gadis yang tuannya bawa itu.

"Ah nona, tuan ada di dalam" pelayan itu bergeser dari hadapan pintu tersebut, agar tidak menghalangi jalan Sellina yang hanya menatapnya datar.

Sellina tidak menjawabnya, gadis itu memilih untuk langsung membuka pintu ruangan tersebut. Saat sudah memasuki ruangan tersebut, Sellina merasakan aura yang sangat mencekam.

"Apa lagi yang kau butuhkan Dona" tanpa melihat siapa yang datang, seorang pria yang duduk di kursi kerjanya itu bertanya pada orang yang membuka pintu sembarangan tadi.

"Aku Sellina, bukan orang yang kau sebutkan tadi" dengan nada yang dia datar'kan, Sellina berusaha agar tidak menggetarkan tubuhnya saat mendengar suara pria tersebut.

Pria tersebut lalu mendongak, setelahnya dia menatap wajah Sellina yang terlihat sangat tegang itu. Lalu dia tersenyum, ah gadisnya ini sangat menggemaskan batinnya. Ternyata dia tidak salah memilih waktu untuk membawa sang gadis ke sisinya itu.

"Siapa kau? Dan dimana ini?" Sellina melihat sekeliling ruangan yang dia tempat itu.

"Tentu saja kau di rumahku sayang" ucap pria tersebut dengan senyuman yang sangat menggoda.

Sellina menatap pria di depannya cukup tajam, sebenarnya siapa pria tersebut dan mengapa pria itu menculik dirinya. Dia'kan tidak memiliki keluarga untuk dimintai tebusan.

"Haish, apa yang kau pikirkan sayang. Aku hanya ingin kau berada di sisiku dan tentang pikiran mu yang seolah aku kekurangan uang itu sangat tidak mungkin, mana mungkin aku meminta tebusan karena menculik dirimu".

"Apa motif mu sebenarnya, aku ingin pulang dan apaan dengan aku yang harus berada di sisi mu?" Sellina mengetatkan rahangnya karena terbawa emosi.

Pria itu tidak menjawabnya kembali dan malah menatap gadisnya itu dengan pandangan yang sulit untuk dijelaskan.

Sellina yang kesal pun akhirnya keluar dari ruangan pria tersebut. Niat hati ingin menemukan tempat untuk melarikan diri, dirinya malah tersesat di rumah atau bisa dikatakan mansion karena terlalu besar untuk ukuran sebuah rumah.

***

Sedangkan di lain sisi, terlihat seorang pria berlari menuju ruangan yang cukup megah yang di hiasi oleh berbagai permata yang sangat cantik.

Pria itu berlari ke arah meja yang terdapat seorang pria tua yang menatap pria tersebut dengan dingin.

"Tuan, tuan Aaron sudah mengetahui identitas nona dan kini nona sudah berada di tangannya" pria itu menundukkan kepalanya dan menjelaskan semua yang dia ketahui.

"Ternyata dia sudah bergerak" balas pria tua itu mengangguk-anggukkan kepalanya

"Apa maksudmu? Ailie diculik oleh Aaron?" Ucap salah satu pria yang sedari tadi hanya melihat dan menyimak.

"Benar tuan muda" balas pria yang memberikan informasi tadi.

"Apa!" Teriakan seorang wanita yang baru saja memasuki ruangan tersebut.

"Apa yang terjadi dengan putriku?" Wanita itu berjalan dengan tubuh yang bergetar mendekati posisi sang suami dan anak lelakinya.

"Putriku sudah di tangan pria itu? Kenapa kalian ceroboh, Ailieku sudah berada di tangannya kenapa kalian hanya diam saja. Selamatkan putriku, bawa putriku kembali" tetesan air mata tak terasa mengalir di pipinya.

Theo yang melihat sang istri cukup terpukul, kemudian Theo memeluk tubuh sang istri untuk menenangkannya.

"Tenanglah, Ailie akan kembali bersama kita" Theo mengusap punggung sang istri.

"Aku sudah pernah bilang, jika kita harus segera membawa Ailie kembali. Tetapi kalian tidak pernah mendengarkan ucapanku sama sekali, dan sekarang Ailie ku" Leon sengaja menjeda ucapannya, lalu dia keluar dari ruangan tersebut.

Bagaimana pun caranya dia harus segera membawa adiknya kembali, cepat atau lambat. Namun, saat akan keluar tubuh Xavier tiba-tiba menjadi sangat kaku.

"Jangan bertindak gegabah, jika adikmu ingin selamat bodoh" suara dingin terdengar dari seorang pria tua yang berada di kursinya.

Sedangkan Xavier, dia berusaha membalikkan tubuhnya dan menatap wajah sang kakek dengan tajam. Xavier merasa sangat bersalah kepada Sellina, bagaimana dia bisa lengah seperti ini.

Theo yang melihat sang istri dan putranya, dia merasa sangat tidak becus sebagai kepala keluarga. Dia merasa sangat hancur ketika putri kecilnya diculik.

"Tenanglah Vier, kita akan memikirkan cara agar adikmu bisa kembali" Theo berusaha menenangkan putra-nya.

***

____________________________________

Jangan lupa untuk vote and komennya ^^

Terima kasih, bye-bye 👋🏻

SELLINA {On Going}Where stories live. Discover now