04

313 62 16
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

✧✧✧

Nama LOYIBOARD tertulis besar sepanjang garis manik Xiao Zhan memandang. Ditengah terik mentari yang bersinar, dia berdiri menjulang di bawah nama perusahaan berwarna emas itu. Kemarin siang, Zhan menerima panggilan untuk wawancara lanjutan dengan pemberi beasiswa melalui universitas. Demi keberlangsungan studinya, maka Xiao Zhan memutuskan untuk datang.

Bunyi menggema kecil pada lobby yang luas ketika sepatu kets Zhan menginjak marmer pertama. Dia disambut dengan ramah oleh security berjas hitam dan diarahkan ke meja resepsionis. Sepanjang mata memandang, dia dibuat takjub. Ornamen mahal dengan nuansa emas mendominasi seluruh ruang. Benar-benar perusahaan mahal, pikirnya.

Sejatinya, Zhan sudah cukup terbiasa dengan alur ini. Pertama kali dia mengunjungi agensi, dia harus mengonfirmasi janji temu. Tidak sembarang orang bisa masuk sebelum identitas dan tujuannya terkonfirmasi dengan jelas. Selepas menyebutkan tujuan kepada wanita di balik meja resepsionis, Zhan diminta untuk menunggu beberapa saat.

Dia mengedarkan pandang, beberapa kali mendapati lalu lalang pekerja yang dibalut suit dengan name tag yang menggantung pada leher. Memperlihatkan dengan jelas di mana mereka mencari uang. Di sudut ruang, ada empat atau lima orang yang tengah berbincang di sofa panjang, bertukar sendau gurau yang lirih agar tidak mengganggu manusia lain.

Lima menit berlalu, Zhan kembali membawa manik untuk melihat-lihat sebelum jatuh pada eksistensi wanita yang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu tampak berbeda, jalannya anggun dengan rupa yang elok. Suit senada membalut tubuhnya yang jenjang dengan sepatu hak tinggi yang menggema ketika kaki melangkah. Zhan tersenyum, menyambut tarikan sudut bibir wanita yang kini sudah di depannya itu.

“Maaf, membuatmu menunggu.” Kata wanita itu. Suaranya merdu, Zhan seolah tengah mendengarkan lulabi pengantar tidur. “Saya Zhao Lusi. Kepala departemen hukum, sekaligus mewakili Bapak Wang menghubungi CAFA untuk meminta waktu Anda, Tuan Xiao. Terima kasih sudah menerima undangan dan hadir hari ini.”

Lagi-lagi, bibir Zhan tertarik ke atas dengan kepala yang dianggukan. “Dengan senang hati saya datang, Ibu Zhao.” Kakinya kemudian melangkah, mengikuti ajakan Lusi yang menuntunnya menuju lift.

Seperti agensinya bernaung, ada tiga atau empat lift pada satu koridor. Lusi menempelkan id cardnya lalu melakukan pemindaian wajah. Zhan menyadari bahwa ini adalah satu-satunya lift yang berbeda dengan lainnya. Lantas terbesit dalam pikiran Zhan bahwa pemilik perusahaan ini bukanlah sembarang orang.

“Maaf atas kemendadakkan ini,” Suara wanita itu kembali mengalun, menggema dalam bilik kotak ketika mereka di dalam lift yang menuju lantai dua puluh satu. “Tapi, saya pastikan bahwa Anda lolos sebagai penerima beasiswa.”

Zhan membalas kontak mata Lusi sebelum tersenyum, “Saya harap demikian, Ibu Zhao.”

Pikirannya melayang buana, kembali mengingat email dari universitas kemarin siang. Dalam pesan tertulis bahwa Bapak Wang Yibo, selaku CEO LOYIBOARD meminta wawancara lanjutan sebagai syaratnya untuk pemberian beasiswa. Zhan sejujurnya menggerutu, bagaimana jika dalam wawancara kali ini dia justru gagal. Tapi, sedikit banyak kalimat dari Lusi menenangkannya.

Tidak berlangsung lama, ketenangan itu mendadak terbang dari dalam dirinya ketika pintu lift terbuka. Tidak lagi banyak insan dalam lantai ini yang dapat Xiao Zhan temui, hanya ada satu security di samping tempatnya keluar dan satu pria lain yang sepertinya adalah sektretaris dari pemilik perusahaan.

“Bapak Wang ada? Tolong sampaikan bahwa Xiao Zhan sudah datang dan meminta izin untuk masuk.”

Zhan hanya berdiam diri, menunggu untuk diberikan instruksi. Dia kembali menggedarkan pandang, menyadari bahwa nuansa ruangan ini sangat berbeda dengan lobby. Perpaduan hijau dan hitam lebih mendominasi, hanya ada beberapa warna emas yang tampak, terutama pada nama dari perusahaan yang tergantung pada dinding di balik punggung sekretaris dengan telepon di telinganya itu.

Pria itu kemudian tersenyum, “Bapak mengizinkan, Nona Zhao. Tapi, Anda diminta masuk lebih dulu.”

Jantung Zhan kembali berbedar cemas. Harapan akan hal baik seketika melonjak dalam relungnya. Terlebih ketika melihat siluet seseorang di dalam ruang saat Lusi membuka pintu, Zhan merasakan perutnya seakan dililit oleh sesuatu. Gelojak ingin berbalik dan ke kamar kecil sungguh besar, terlebih ketika Lusi menyelesaikan urusan dan memintanya untuk masuk, Zhan benar-benar dikuasai oleh kegelisahan.

Dia menarik sudut bibir kaku, “Terima kasih, Ibu Zhao.” Kata Zhan sedikit kikuk. Menelan saliva yang terasa kering, Zhan memberanikan diri untuk membuka pintu. Dia baru akan memberi salam ramah ketika eksistensi itu berbalik, menampakkan wajahnya yang membuat Zhan tidak bisa untuk melanjutkan langkah.

✧✧✧

Beberapa map coklat menumpuk di meja kerja Yibo, dia sudah selesai dengan dua map tebal, tapi masih ada tiga lainnya yang belum tertanda tangani. Yibo kembali melirik arloji, dia tersenyum ketika telepon di atas meja berbunyi. Yibo jelas tahu panggilan di balik itu.

Okay, minta tolong antarkan ke ruanganku, ya, Sayang.” Pintanya, lantas mendengus pada Lusi yang menggerutu akan panggilan itu. Tunangan Yibo tidak pernah suka segala romantisasi di  lingkungan kerja. Wanitanya sangat menjunjung tinggi profesionalitas. Sementara Yibo sering menggodanya dengan hal itu sehingga membuat Lusi kesal.

Bibirnya tersenyum oleh satu hal. Yibo menunggu dengan antusias akan kedatangan orang itu. Dia cukup tidak sabar untuk segera bertemu, bahkan kini rasa-rasanya waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.

Yibo juga tidak perlu mempertimbangkan lagi saat sektretarisnya meminta izin. Tapi, menebak bahwa Lusi masih ada di luar sana, hati Yibo seolah tidak ingin menyakitinya. Maka dia meminta sang wanita untuk masuk, lantas menyambutnya dengan rentangan tangan besar berniat memeluk.

Masih seperti biasa, Lusi menolak dengan segala alasan tentang profesionalitas. Tapi, masa bodoh bagi Yibo, dia tetap memeluk sang wanita kendati mendapat pukulan lirih pada dada.

“Maaf, Pretty.” Bisik Yibo setelahnya, membuat pukulan Lusi mendadak berhenti

“Untuk apa?”

Yibo menggeleng, mengecup singkat puncak kepala Lusi. “Sekadar meminta maaf karena aku ingin.”

“Tidak dimaafkan!” Lusi kembali meronta, berusaha keras melepaskan pelukan Yibo. “Kamu tidak profesional! Aku tidak suka.” Akunya kemudian, lantas membenarkan letak suit yang sedikit berantakan. “Waktu kita di rumah, sekarang waktumu untuk tamumu, Bapak Wang. Aku pamit.” Lanjut wanita Zhao, lantas keluar setelah membubuhkan satu kecupan pada pipi Yibo.

Bibir Yibo kembali tertarik untuk tersenyum. Wanitanya sungguh manis, tapi Yibo tetap tidak bisa untuk memberinya cinta yang diidamkan. Bukan tanpa alasan, Yibo sudah mencoba berulang kali dan berakhir gagal. Lusi dalam pandangan Yibo adalah seorang sahabat juga adik perempuan. Maka sebagai yang tertua, Yibo akan mengusahakan apapun untuk kebahagiaan wanita itu.

Berbanding terbalik. Fakta bahwa Yibo menaruh suka pada Xiao Zhan saat pertemuan pertama mereka, dia biarkan. Yibo masih membutuhkan validasi atas hal itu, takut perasaannya hanya didasari oleh nafsu belaka. Terbukti ketika Zhan membuka pintu ruangannya, gambaran kegiatan panas mereka langsung terlintas dalam pandangan.

Finally, we meet again, Pretty Angel.”
[]

✧✧✧

Akhirnya-akhirnyaaa, haha. Lanjut chapter berikutnya yaa buat bahas kontrak wkwk

Redamancy ✧ YiZhan Where stories live. Discover now