17

270 48 9
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

✧✧✧

Langit sudah menggelap, hanya tampak hitam sepanjang garis khatulistiwa sebab bulan sedang beristirahat. Ditemani cahaya temaram dari lampu jalan dan sorot mobilnya, Yibo berkendara dalam hening. Dia membelah jalanan yang sedikit lenggang dengan lesu, berusaha fokus pada kemudi selagi telinganya menikmati alunan musik yang keluar dari tape dengan sia-sia. Pikiran Yibo berkecamuk, dia mungkin terlalu egois. Tapi, niatnya hanya tidak ingin menyakiti siapa pun.

Dia tidak terbiasa dengan kehilangan. Hal ini benar-benar terasa baru sehingga membuat Yibo sulit untuk bereaksi. Langkah kakinya gontai, menyusuri keramik penthouse yang beberapa lalu ditinggalkan. Tidak ada eksistensi siapa pun sepanjang sudut mata memandang, Yibo bisa memaklumi karena ini sudah malam. Tapi, ketika siluet Xiao Zhan juga tidak terlihat, dia mulai merasa panik.

Langkah Yibo tergesa saat menaiki anakan tangga, dia semakin merasa kalut saat tidak ada siapa pun di dalam kamar. Lantai dua sepenuhnya sepi tanpa ada ada insan di sana. Dengan kaki panjangnya, Yibo kembali turun. Berlari kecil menuju kamar tamu dan membuka pintu dengan kasar.

Ada Xiao Zhan di dalamnya yang terkejut dengan kedatangan Yibo yang tiba-tiba. Terlebih suara pintu yang dibanting kasar membuat Zhan mengangkat pandangan dengan cepat dari layar MacBooknya. “Kenapa tidak ketuk pintu seperti biasanya?” Gerutu Zhan, merasakan jantungnya bertalu lebih cepat.

Yibo tidak menjawab, hanya menghela napas dan memotong jarak di antara mereka. Dia menarik Zhan berdiri, lalu mendekap pemuda itu erat sambil memasrahkan kepalanya di pundak yang termuda. Zhan tidak menolak, tidak juga memberontak. Hanya membiarkan pelukan Yibo semakin mengerat seiring hirupan napas yang panjang.

Mine.” Yibo mengatakannya setelah memberikan kecupan di kulit leher Zhan. Dia berusaha menghirup aroma vanilla dari tubuh yang termuda, memberi jiwanya sebuah ketenangan. Setelah dirasa puas, Yibo menguraikan dekap. Dia menatap manik Zhan lekat, mengagumi bola mata cokelat cemerlang itu. “Matamu selalu cantik. Bahkan semakin cantik setiap kali aku melihatnya.”

Senyum Zhan terbit di tengah temaram lampu baca, pipinya merona dan mungkin Yibo akan menyadari hal itu jika dalam pencahayaan yang baik. “Aku akui itu.” Dan Zhan masih percaya diri seperti pertemuan pertama mereka. Pria Xiao itu cukup senang mengetahui fakta bahwa Yibo masih menggilai manik matanya.

“Jangan pernah berpaling dariku,” Tukas Yibo. “Orang lain belum tentu menyukai matamu juga. Hanya aku yang bisa.”

Gigi rapi Zhan terlihat saat tarikan bibirnya semakin lebar, dia mendadak merasa gemas akan hal itu. Dan dengan cepat Zhan menyadari sesuatu, “Are you tipsy?” Tanyanya kemudian.

Kepala Yibo menggeleng beberapa kali, “Aku hanya minum sedikit, still sober.” Pikirnya kembali ke beberapa waktu lalu. Yibo mengusak rambut dengan kasar saat keluar kamar. Tidak ada lagi eksistensi Lusi di mana pun. Dia kemudian menuju lift, memencet tombol dan beberapa saat kemudian pintu terbuka di lantai paling bawah kediaman.

Redamancy ✧ YiZhan Where stories live. Discover now