12

310 49 9
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

✧✧✧

Mungkin, obrolan yang Yibo lontarkan kepada Zhan sepanjang perjalanan tidak terlalu menarik bagi sopir dan sekretarisnya. Nyatanya, pria Wang memberikan seluruh atensi dengarnya pada Zhan saat yang termuda berceloteh.

Sekitar lima belas menit mobil melaju, hingga berhenti di depan tempat makan berbintang yang Yibo pilih sebagai tujuan untuk makan siang. Selama itu pula, Yibo tidak pernah bosan mendengar semua apa yang Zhan utarakan.

Secuil dari bagian hati Yibo telah Zhan curi tanpa sadar. Melalui kisah yang bagi pemuda Xiao itu biasa saja, Yibo benar-benar menaruh perhatian. Zhan dengan segala kebaikannya sungguh mulia di mata Wang Yibo. Di samping fakta bahwa dia kehilangan orang tua di usia yang cukup belia, Zhan seolah tumbuh dengan banyak kasih sayang dan cinta selama ini.

Manik matanya jernih, seterang purnama di angkasa yang luas. Tutur katanya sopan, melantunkan kata dengan lembut seolah itu adalah lullaby bagi Yibo. Dia bisa membayangkan seapik apa keluarga Xiao sebelum menyisakan satu-satunya keturunan mereka. Melalui kaligrafi Chinese yang Zhan perlihatkan lewat beberapa gambar, dia berhasil mengambil lebih banyak bagian hati Yibo.

Ada beberapa video yang Zhan pertontonkan, memperlihatkan dirinya tengah mengores kuas di atas lembar putih panjang. Telapaknya menggores tinta dengan lembut, menciptakan sebuah karya yang bermakna. Ada juga beberapa lukisan digital yang Zhan tunjukkan, semuanya dapat membuat kekaguman Yibo bertambah.

Xiao Zhan benar-benar serupa berlian seperti yang Yibo sampaikan.

“Meneruskan keahlian papa.”—Itu adalah jawaban dari labium Zhan saat Yibo menanyakan sebuah alasan. “Papa punya bisnis kecil, menerima pembuatan kaligrafi Chinese. Sejak aku kecil, bisnis itu sudah ada, sehingga aku juga banyak belajar. Skill dalam melukis yang aku miliki juga lahir dari sana.”

Yibo mengangguk-angguk kecil, mengerti dengan penuh apa yang Zhan uraikan. Dia juga demikian, meneruskan bisnis keluarga Wang yang telah ada sejak dulu bahkan sebelum Yibo terlahir. “Lalu mama?” Tanya Yibo tertarik, dia tidak lagi menggenggam alat makan ketika menatap Zhan dengan teduh.

“Mama,” Zhan menjeda, turut meletakkan sendok dan garpu di atas piring. “Beliau pemain musik, seperti Guqin. Tapi, bakat itu tidak aku miliki karena cukup susah.”

I know.” Yibo tersenyum begitu lembut, membuat kelopak matanya ikut menyipit. “Aku bisa Guqin, sedikit. Dan memang susah. Butuh waktu ‘kan untuk mempelajarinya.”

Atas hal itu, Zhan mengangguk menyetujui. “Andai kata mama tidak pergi lebih cepat, mungkin saya juga memiliki bakat itu.”

Yibo menelan saliva, dia diam selama beberapa waktu untuk mempertimbangkan. Setelah meneguk air putih dalam gelas, Yibo kembali membuka suara. “Orang tuamu meninggal karena penyakit, ‘kan? Penyakit apa?”

Redamancy ✧ YiZhan Where stories live. Discover now