15

312 46 7
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

✧✧✧

Langit sudah berubah menjadi keunguan saat kelopak Wang Yibo terbuka. Maniknya menangkap cahaya jingga dari separuh mentari yang telah menenggelamkan diri, meninggalkan semburat cakrawala di ujung barat Beijing.

Tampilan itu begitu indah, mempertontonkan mahakarya Sang Pencipta yang mampu membuat insan tidak berkedip. Yibo bisa saja menaruh segenap kagumnya pada perpaduan warna itu, namun pandangannya justru teralihkan oleh ciptaan Tuhan yang tidak kalah sempurna.

Xiao Zhan terpejam dalam dekapan Yibo. Wajah letih pemuda itu sedikit berminyak, selaras dengan rambutnya yang mengilat akibat lepek oleh keringat. Kulit mereka masih saling menempel, tidak terlindungi oleh seutas fabrik kain sebab dia melucutinya beberapa jam lalu.

Yibo menundukkan wajah, mengecup kening Zhan dengan senyum simpul. Dia turut menyisiri surai legam dengan lembut, memandang tanpa kedip pada wajah Zhan yang begitu cantik. Yibo menyukainya, baik saat Zhan di bawahnya atau tidak. Pemuda Xiao itu seakan memiliki magis tersendiri untuk membuat Yibo takluk. Sekali lagi, Yibo memberikan kecupan sayang. Dia semakin mengeratkan dekapan saat yang termuda menggeliat dari tidurnya.

Tatapan mereka bertemu setelahnya. Saling memandang dengan sorot yang letih, namun tetap ada binar cemerlang yang menghiasi. Siluet keduanya saling memantul, baru menghilang saat kelopaknya mengedip. Dan Xiao Zhan lekas berbalik memunggungi Yibo setelah sadar akan posisi mereka.

“Kenapa berbalik?” Yibo bertanya, sembari kembali melingkarkan lengannya di atas pinggang yang termuda, juga menghirup aroma tubuh Zhan dari ceruk lehernya yang hangat.

Diam menjadi jawaban, Zhan hanya menggeliat menyamankan posisi sebelum menggunakan lengannya sebagai bantalan.

Di depan manik mereka, senja masih belum beranjak. Tersisa sedikit cahaya sebelum gelapnya malam mengambil alih. Saat ini, dunia tengah menonton mereka, dipaksa iri oleh dua insan yang tengah bergelung di dalam selimut yang sama.

Yibo tidak mempermasalahkan kesunyian itu, dia turut menikmati cahaya jingga yang perlahan mulai memudar. Sesekali mencium pundak telanjang Zhan, lantas tersenyum saat menyadari ada warna keunguan akibat ulahnya tadi.

Xiao Zhan benar-benar surga bagi Yibo. Usia mereka terpaut jauh, namun Zhan berhasil membawa ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelum ini. Bahkan tanpa kata layaknya kali ini, Zhan mampu menenangkan Yibo secara luar biasa.

“Zhan,” Panggilan lembut dari Yibo hanya menerima dengungan ringan. Meski demikian, Yibo tahu bahwa yang termuda mendengarnya dengan fokus. Maka Yibo melanjutkan, turut mengeratkan pelukan dan mendaratkan kecupan pada puncak kepala Zhan saat dia bersuara. “Mari tinggal bersama.”

Keheningan untuk yang kedua kali kembali terbit. Kalimat Yibo tidak mendapat jawaban cukup lama dari yang termuda. Yibo berniat kembali merangkai kata, tapi Zhan telah lebih dulu mengubah posisinya menjadi berbaring dan itu menghentikan Yibo.

Redamancy ✧ YiZhan Where stories live. Discover now