20A HANYA ABANG YANG BOLEH

123 17 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Sarapan pagi ini terasa sangat sunyi, Radjini pun merasa sedikit tida berselera karena masih banyak tanda tanya. Banyak pertanyaan yang berkecamuk, sampai ia pun bingung mana dulu yang akan ia tanyakan kepada Agha. Rasanya juga ingin untuk menunda ke Bandung karena ingin membereskan urusan di sini. Apalagi Sukanti mengabarkan kalau Tigor sempat lewat depan rumah Marwan. Seingat dan setahu Radjini, sebelum Tiur dan Tigor tahu tempat tinggalnya. Mereka tidak pernah terlihat lewat sana karena memang juga arah kantor, kedai buah dan rumah mereka berbeda arah.

Tantri mengkode ke arah Agha, karena Radjini hanya mengaduk-aduk nasi di piringnya. Sedari tadi hanya beberapa suap masuk ke mulutnya sementara Tantri sudah akan tambah di sendok nasi yang ketiga. Agha hanya membalas dengan mengedikkan bahu karena memang tidak paham dengan yang sedang dirisaukan istrinya. Agha masih belajar untuk menyelami isi pikiran Radjini dengan versi baru ini.

"Nasi gorengnya kenapa hanya dibolak-balik, apa masih panas?" tanya Windy yang sudah menahan pertanyaan sedari tadi. Ia pun segan dengan keberadaan Agha sebenarnya. Sikap pria itu yang lebih banyak diam kecuali berbicara dengan Radjini, seolah tak mempedulikan sekitar. Windy juga masih tidak habis pikir jika Radjini memiliki suami bule seganteng ini tapi bahasanya lebih banyak logat sundanya. Terlihat memang kualitas unggul blesteran.

Radjini mendongak bersitatap dengan Windy. Matanya tampak kosong, seperti orang melamun.

"Kamu kenapa?" tanya Windy dengan suara lembut dan meraih tangan Radjini.

"A ... aku bingung."

"Kenapa?" Kali ini pertanyaan berasal dari Agha.

"Kepalaku penuh."

"Makan dulu yuk. Isi kepalanya didiamin dulu," ujar Tantri yang kemudian nyengir karena reaksi Radjini yang mengerutkan dahi menatap Tantri.

"Maksudnya didiemin gimana?"

"Sudahlah. Kamu makan dulu setelahnya apapun yang ingin kamu tanyakan aku siap menjawabnya," ujar Agha yang duduk tepat di samping Radjini alih-alih di kepala meja seperti kebiasaan di rumah.

"Kalau acara ke Bandung ditunda dulu gimana?"

"Makan dulu ya. Nanti kita bahas lagi. Kamu perlu banyak tenaga untuk berpikir. Ayo makan," bujuk Windy.

Radjini yang menoleh ke arah Agha seolah menunggu persetujuan. Agha mengangguk dan beban yang menghimpit hatinya terasa sedikit ringan. Apalagi pria itu tersenyum tipis dengannya.

GORESAN LUKA LAMAWhere stories live. Discover now