26D KEKHAWATIRAN

68 14 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Kembali Agha menunduk dan mendekatkan mulutnya berbisik, "Jangan digigit bibirnya. Biar aku saja."

"A...abang kenapa gini?" tanya Radjini terbata, gugup masih melingkupi diri tetapi lidah tak bisa menunggu untuk bertanya.

"Kenapa apanya?" tanya Agha dengan polosnya.

Radjini menoleh ingin memastikan jika Agha memang tidak paham dengan yang dirinya maksud. Bisikan menggoda ini sungguh membuat Radjini tidak tahan. Kembali memori saat Agha menenangkan dengan memangkunya tiba-tiba kembali hadir menghantarkan kehangatan.

Sisi wajah Radjini lalu ditangkup oleh tangan lebar Agha yang lain dan tangan itu menuju tengkuk Radjini. Mengikis jarak dan mendaratkan kecupan lembut. Agha tidak tinggal diam saat Radjini seperti terkejut dengan gestur sekaku papan. Agha mengusap bibir bawah Radjini dengan lidahnya.

Radjini hendak memprotes kegiatan intim itu tetapi langsung dimanfaatkan oleh Agha untuk melancarkan kuluman. Ya, lidah Agha bermain menjelajah relung mulut Radjini hingga dirinya gelagapan kehabisan napas.

Agha melepaskan bibir Radjini hingga saliva mereka saling melepaskan diri dan bibir wanita itu sedikit membengkak oleh ulahnya. Agha segera tersenyum melihat Radjini yang bergetar di pelukannya.

"Nah sekarang lebih baik, bibirmu sudah tidak sekering tadi," ujarnya masih berupa bisikan dengan tatapan tak beralih dari bibir Radjini.

Otak Radjini seolah kosong, ada rasa dahsyat menjalari dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu pada pusat dirinya terasa berdenyut nyeri saat tubuhnya meremang dan belum berhenti bergetar. Radjini terbuai hingga lulutnya terasa lemas dan seperti ada kupu-kupu membelai dari dada sampai ke perutnya serta gundukan di depan dadanya itu ikut berdenyut saat bergesekan dengan tubuh Agha. Sensitif sekali!

"Abang, malu. Ini masih di halaman," bisik Radjini mengingatkan sekaligus menegur dirinya sendiri yang seperti perempuan murahan berbagi saliva di halaman rumah seperti tidak ada kamar khusus saja. Astaga!

'Apa kamar?!' Benaknya menjerit seketika kalut kembali ia teringat akan dirinya bertanya soal 'melayani'.

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang