44. TEKAD AGHA

70 16 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Radjini mengerutkan dahi begitu menyadari barang bawaan Wilma tak lagi berada di tempat. Prasangka pun muncul, Radjini yakin jika wanita itu pasti mengurungkan niatnya untuk menemani dirinya dan Niha. Wajah Radjini menjadi murung meski dalam hati menyadari bahwa tidak semua orang bisa menerima keadaannya yang merupakan penyintas gangguan kejiwaan. Apalagi selama ini dirinya dan Wilma hanya bertemu tak lebih dari 3 jam, itu pun hanya berurusan dengan pekerjaan.

Radjini kini, semakin menyadari bahwa partner bisnis belum tentu bisa menjadi teman. Begitu pula teman belum tentu bisa menjadi partner bisnis apalagi keluarga sendiri. Masih untung jika orangnya memang tulus dan jujur. Hanya sayangnya, dunia yang semakin tua ini ketulusan merupakan barang langka.

"Mama ..." panggil Niha.

Radjini mengerjab dan kembali memusatkan perhatian pada sang anak yang masih berbalut handuk pink kecil dan kini sedang loncat-loncat di atas ranjang.

"Ya, Nak?"

"Mamam ... Mama."

"Oh iya, Niha pake baju dulu baru kita mamam, ya," buruk Radjini berusaha melupakan kekesalan hatinya dengan kepergian Wilma yang sudah diyakininya tidak akan kembali lagi.

'Halah ... beli makanan cuma alasan saja. Sudah pasti dia takut aku seperti tadi lagi.'

Perasaannya sangat sedih tetapi Radjini pun sadar tidak semua orang bisa menerima keberadaannya. Terutama suaminya yang Radjini ingat dan tak salah dengar kemarin sudah bermain serong di belakangnya di masa lalu, lalu ingkar. Kenyakinan ini semakin kuat, seperti Agha yang selalu kukuh tidak mau menceraikan dirinya sudah pasti karena pria itu sadar bahwa dengan berselingkuh tentu saja dirinya tidak perlu diceraikan.

Radjini paham, untuk orang berpengaruh seperti keluarga Danayaksa yang terhormat, perceraian merupakan aib dan jelas bisa mencoreng reputasi keluarga itu. Namun, Radjini jelas tidak akan tinggal diam. Ia akan menyelesaikan semua urusannya dan yang paling utama saat ini adalah mendapatkan modal untuk membatalkan kerjasama antara dirinya dengan Agha.

"Sudah," ujar Radjini begitu selesai mengikat rambut Niha. "Ayo mamam."

Niha dengan lincah mengangguk dan merosot turun dari ranjang dan menuju balkon.

Radjini yang memperhatikan seraya meraih tas jinjing berwarna biru tua mengikuti sang anak. "Hati-hati, Nak," ujarnya begitu Niha mencapai salah satu kursi dan berusaha naik dengan sendirinya.

"Bica!"

"Duh ... pintarnya anak, mama."

"Pyntal?"

"Iya, Niha pintar. Sekarang makan dulu ya. Duduk yang benar," balas Radjini seraya mengkoreksi Niha yang berlutut di atas kursi.

Radjini melihat sekitar dan menghela napas panjang. Ia tak mendapati kursi bayi, permintaannya. "Adek, mama suapin aja ya?"

"Ndak au," balas si Kecil seraya menggeleng yakin seraya mencomot sosis di wadah biru muda yang baru dibuka oleh Radjini.

Radjini sudah mempersiapkan semuanya sebelum membawa pergi Niha tadi pagi. Ia tidak suka jika harus banyak singgah di tempat asing dan pada akhirnya bertemu dengan orang-orang yang mengenaknya tetapi dirinya sendiri tidak ingat. Ingatannya pulih masih dengan secara perlahan dan Radjini jelas tidak ingin mentalnya kembali terganggung, mengingat saat ini ada Niha bersamanya. Semangat Radjini untuk benar-benar sembuh harus berhasil!

"Ya sudah. Duduk yang benar. Mama siapkan." Radjini mengalah dan pada akhirnya ia makan bersama dengan sang anak. Dengan sup kepiting buatannya serta lauk sosis untuk Niha dan tempe goreng serta sambal bawang dan rebusan sawi hijau untuk dirinya.

"Enyak Ma," kata Niha seraya mengulurkan potongan sosis pada ibunya.

Radjini tersenyum terharu mendapatkan pujian tulus dari sang anak.

Setelah makan Radjini segera berkemas dan membiarkan Niha untuk menonton kartun favorit anak itu. Radjini kembali meraih ponsel dan seraya menghela napas panjang.

"Benarkan udah satu jam lebih. Masa nggak muncul-muncul juga. Ya kali beli seblak di Ujung Kulon apa," gumamnya mengingat kembali kepada Wilma. Meski dirinya kesal tetapi dalam hatinya ia masih berharap Wilma akan kembali dan tidak membiarkan Radjini hanya berdua saja dengan Niha.

Apalagi malam sudah akan datang dan suasana semakin sepi mencekam di luar sana. Suasana tenang seperti ini memang yang disukai oleh Radjini tetapi sejak kesadarannya mulai datang, saat ini adalah di mana dirinya berada sendirian hanya bersama makhluk kecil.

GORESAN LUKA LAMAWhere stories live. Discover now