67 B. BAYAR PAKAI DAUN

35 15 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Masa abang dikatain, demit," protes Agha, setelah Radjini mematikan sambungan telepon.

"Ini loh, Wilma yang mulai."

"Bilang Wilma untuk ke sini besok membantumu untuk menyiapkan segala keperluan usaha dari rumah," pinta Agha.

"Besok, cepat banget?" tanya Radjini.

"Memangnya mau kapan? Biar kamu cepat punya kesibukan," ujar Agha. Dirinya sungguh khawatir jika perhatian Radjini akan teralihkan oleh pesan-pesan asing jika sampai tidak memiliki kesibukan.

"Iya sih. Besok aku mau belanja ya, Bang? Abang mulai ke resort besok?"

"Iya. Seperti yang aku bilang. Pak Javier akan datang, membantu membereskan yang tidak beres."

"Syukurlah, aku lega kamu nggak sendiri. Sebenarnya aku kasihan, Bang sama kamu. Soalnya aku sendiri nggak paham soal bisnis itu," balas Radjini.

"Iya Sayang. Kamu yang penting fokus pada rumah, aku dan Niha saja. Di luar itu, menjadi urusanku."

*

Malam semakin larut, rumah pun sudah sunyi, suara televisi dari kamar yang ditempati kedua orang tua Agha pun sudah tidak terdengar lagi. Hanya suara gemericik air dari kolam ikan di samping kamar Agha dan Radjini saja yang memecah keheningan malam.

Radjini terjaga dalam kegelapan. Ia memang sengaja tidak menghidupkan lampu, cahaya yang masuk ke kamar berasal dari sinar bulan yang menelusup sela gorden yang sedikit terbuka. Ia merasa haus dan menghela kesal, teringat jika semalam tidak menyiapkan air di samping tempat tidur.

Radjini memindahkan tangan Agha yang melingkar di atas perutnya dan segera bangkit.

"Mau ke mana?" tanya Agha masih dengan memejamkan mata. "Jangan pergi."

"Mau ambil minum, aku haus."

"Oh, cepat balik ya."

"Iya."

Selesai berkata begitu dan baru juga melangkah menuju pintu kamar, Radjini menghentikan langkah begitu menyadari ada suara mobil lewat dan berhenti. Ia pun melirik jam dinding yang menunjukkan pukul satu malam.

"Siapa yang berhenti ya? Kayaknya nggak mungkin Bapak punya tamu malam-malam gini?" gumamnya.

Radjini mendekati jendela dan mengintip dari sela gorden.

Alisnya pun bertaut melihat siapa yang turun dari mobil milik Willy. "Untuk apa wanita itu ke sini? Apa dia mau merebut Bang Agha?" gumamnya sedikit lebih keras.

"Siapa yang mau merebutku?"

"Mila, mantan istrimu," jawab Radjini ketus.

"Mila? Ngapain dia ke sini, dari mana dia tahu kita tinggal di sini?" tanya Agha yang kini terjaga sepenuhnya dan duduk menatap sang istri yang memasang wajah masam.

"Mana aku tahu, kamu mungkin sengaja mau temukan kami, ya 'kan?!" ujarnya ketus dan pergi dari kamar menuju dapur.

Radjini tidak menghiraukan erangan protes Agha yang mengatakan bahwa bukan dirinya penyebab wanita itu bisa di sini.

"Sayang, aku tidak bersalah," protes Agha yang sudah menyusul Radjini.

"Hah! Ngomong aja sama tembok!"

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang