~ GHS ~

1.6K 141 20
                                    

~o0o~
"Jika Aku mati maka aku akan mati dalam keadaan Aku mencintaimu "

~Angkara Cardiff Ocean~

Tangisan Ayanha menggema di keadaan yang tak bisa dibilang baik itu dirinya memeluk erat lengan robotik milik Aglea, Aglea adalah robot yang ia buat namun sudah hancur berkeping-keping seperti ini. Ayanha menyeka air matanya dengan kasar jika Aglea saja kondisinya begini lantas bagaimana dengan temannya yang lain.

"Aku egois aku berlari paling dulu tadi," ucap Ayanha.

Dengan kaki yang di paksakan untuk berjalan Ayanha mencari keberadaan mereka satu persatu di reruntuhan bangunan itu. Ayanha menajamkan pendengaran nya saat mendengar suara erangan kesakitan yang perlahan melemah. dengan langkah lunglai Ayanha menghampiri si pemilik suara itu.

"Selatan," ucap Ayanha lirih saat melihat kondisi Selatan yang tertimpa reruntuhan bangunan.

"Ay, D-dia u-udah mati." tanya Selatan dengan lirih seraya terus menahan sakit yang menimpa nya.

Ayanha tak hentinya menangis kondisi mereka jauh dari kata baik, dengan sisa tenaga Ayanha mencoba mengangkat puing reruntuhan itu namun nihil semua nya hanya sia-sia.
"Kau bertahan, aku lagi berusaha untuk mengeluarkan kita semua dari sini," ucap Ayanha frustasi.

"Percuma, selamatin yang lain. aku lelah." ucapnya lirih.

"BAJINGAN, KAU BICARA APA," tangis Ayanha menggema.

"Makasih Ayanha udah bongkar kebusukan mereka," ucap Selatan dengan mengusap air mata Ayanha menggunakan satu tangannya yang tak terhimpit reruntuhan.

"M-maaf udah j-jadi brengsek. t-tolong selamatin yang l-lainnya," ucapnya yang semakin lirih membuat Ayanha tak tahu harus apa.

Dengan mata yang tak hentinya mengeluarkan air mata Ayanha memohon dengan sangat.
"Pliss bertahan atau aku akan membenci mu," Ayanha menangkup wajah Selatan yang terdapat banyak luka.

"Ay, k-kalau aku mati, aku akan m-mati tanpa penyesalan" lirihnya dengan mata yang perlahan tertutup.

"ARGHHHHHH," tangis Ayanha pecah, kini tragedi ini memakan korban. GHS adalah gua kegelapan.

Ayanha bangkit lalu berjalan ke sembarang Arah untuk mencari sesuatu disamping nya terdapat mayat personil kepolisian. Ayanha meraba-raba mencari sesuatu dan ia menemukannya sebuah pistol. Ayanha bangkit lalu menekan pelatuk pistol itu dan menembakkan nya ke udara pertanda
S. O. S.

"tolong bantu kami secepatnya," lirih Ayanha dan menembakkan pistol itu lagi ke udara.

Di sisi lain ditengah kerumunan yang semakin membludak itu. para petugas keamanan yang bertugas di luar dengan cepat mengambil tindakan saat mendengar suara tembakan dari dalam dengan pola S.O.S. mereka segera bergegas memeriksa kondisi usai kejadian peledakan itu. dengan segera mereka masuk kedalam dengan peralatan lengkap dengan tim medis.
dengan tangan yang menyatu bunda Ayanha tak hentinya berdoa.

"Tuhan, tolong selamatkan Anakku dan semua yang ada di dalam," pintanya dengan sangat memohon.

Dengan cahaya yang remang-remang Ayanha berusaha mencari keberadaan yang lainnya lagi, sudah cukup Selatan yang pergi jangan ada yang lain lagi. dengan sisa tenaganya Ayanha berusaha mencari keberadaan mereka. lagi dan lagi Ayanha mendengar suara rintihan dengan segera Ayanha mencari sumber suara itu dan pemandangan pilu lagi-lagi ia dapatkan.

"Angkara," lirihnya.

"Ay, itu kau?" tanya nya dengan lirih ditengah gelapnya malam.

Ayanha menyeka darah yang keluar dari sudut pelipis Angkara.
"Aku mohon bertahan," pinta Ayanha dengan mata terpejam.

Percayalah berada di kondisi ini adalah hal yang tak pernah Ayanha inginkan dan tak akan  pernah ia harapkan. malam ini semuanya terasa pergi dan pulang, malam ini adalah malam penuh kegelapan dan Ayanha harap ini hanya mimpi belaka.

"Bantuan segera datang, bertahan lebih lama lagi Angkara," ucap Ayanha dengan kepala Angkara ada di pangkuannya.

Angkara memang tidak tertimbun reruntuhan seperti Selatan namun luka yang ia dapat cukup parah. Angkara menyentuh pelipis Ayanha lalu menekan luka itu dan membuat Ayanha meringis kesakitan.
"Kau terluka," ucapnya.

"Aku baik-baik saja, kau yang lebih terluka jadi ku mohon bertahan Angkara,"

"Ay. aku brengsek," ungkap nya dan Ayanha mengakui itu Angkara adalah laki-laki paling brengsek.

"Iya. kau brengsek, sangat brengsek." sahut Ayanha.

"Maaf membuatmu kecewa, dan maaf membuat mu terluka," ungkap nya dengan terbatuk darah.

Ayanha menyatukan kening mereka, air matanya tak hentinya turun jika bisa memutar waktu sungguh Ayanha akan memilih tidak bertindak apapun.
"Tolong bertahan," pintanya dengan lirih.

"bunga abadi, itu arti nama mu," ucap Angkara saat Ayanha hendak membalas dengan segera telunjuk Angkara menempel pada bibir ranum Ayanha.

"Ayanha love you until the next life and until the moon loses its light." ucap Angkara lalu perlahan menutup matanya.

Ayanha menangis histeris rasa sakitnya tak bisa Ia jabarkan. Angkara berhasil merenggut semuanya dan membawanya pergi di keabadian. Ayanha memeluk tubuh Angkara yang tak bernyawa itu. sesekali menciun pucuk kepalanya.

"Aku membencimu." ucap Ayanha dengan air mata yang kian mengalir deras.

Ditengah keheningan malam itu ditemani dengan dia yang telah pergi, raga Ayanha seakan semakin kian hancur satu persatu orang yang ia kasihi jiwanya telah pergi. Ayanha menoleh kebelakang saat sebuah tangan menepuk bahunya pelan.

"Ay, ikhlasin semuanya." ucap Vivara menatap Ayanha yang jauh dari kata baik.

"Mereka pergi Var," lirih Ayanha.

Vivara tak bisa menahan tangisnya dengan penuh rasa iba ia memeluk Ayanha dari samping.

"Ini udah takdirnya, kita cuma bisa berdoa untuk jiwa mereka," nasehat Vivara sembari membawa Ayanha untuk mengobati lukanya.

"Yang lain sudah di evakuasi, semuanya selamat walau luka-luka, Angkara sama Selatan juga akan dievakuasi." ucap Vivara saat mengetahui tatapan bertanya Ayanha.

malam ini adalah malam dengan penuh melodi suara sirine, alunan itu akan membawa kenangan buruk sepanjang masa untuk Ayanha. GHS adalah mimpi buruk yang tiada habisnya. Ayanha menatap tubuh seseorang yang ditutupi kain putih itu dengan tatapan kosong. angin bertiup dengan kencang malam ini dan menyebabkan kain itu tersingkap menampakkan wajah pucat seseorang yang tidak lagi bernyawa.

Selamat jalan Angkara Cardiff Ocean dan beristirahatlah dalam damai Selatan Louisville quito. Kalian adalah pahlawan GHS kalian adalah kisah yang tertulis dalam sejarah dan kalian adalah dua laki-laki yang tangguh. dan Abadilah dalam dimensi ruang dan waktu.

REST IN PEACE

Angkara Cardiff Ocean
&
Selatan Louisville Quito

________TBC_______

*love you until the next life and until the moon loses its light.

: mencintaimu sampai di kehidupan selanjutnya dan sampai bulan kehilangan sinarnya.

Genius High SchoolWhere stories live. Discover now