Maret 2015

168 9 0
                                    


Kaki jenjang itu melangkah dengan tergesa berlari sedikit tergesa saat gerbang sudah berada didepan mata, sedikit lagi waktu bel akan berbunyi, rain berhasil melewati gerbang semenit sebelum gerbang benar benar tertutup rapat.

Rain tersenyum, hari ini adalah tahun pertama baginya menginjak sekolah sebagai siswa jenajang menengah atas.

Rain merupakan anak biasiswa yang beruntung bisa terpilih melanjutkan pendidikan disekolah elit ternama di Jakarta.

Berkat kegigihan dan kerja kerasnya dalam belajar rain mendapat peringkat tiga paralel di sekolahnya dulu dan berhasil masuk sekolah impiannya tentunya menjadi anak beasiswa, rain bersyukur meskipun hanya biaya semester yang ditanggung tidak dengan biaya makan siang dan sarapan.

Rain bersyukur, baginya belajar dan mendapat peringkat adalah yg paling utama baginya.

Dengan senyum cerah dan langkah yang begitu yakin rain berjalan memasuki sekolah barunya, tapi semakin rain masuk ke koridor sekolah langkahnya mulai ragu dan senyumnya mulai luntur, bagaimana dia berbeda dengan siswa lain.

Dirinya menunduk ketika pandangan beberapa siswa melihatnya dari bawa sampai atas, rain merasa beberapa siswa mulai berbisik tentangnya.

Rain sadar pakaiannya saja yang baru itupun dari pihak sekolah yang memberikan tapi untuk tas dan sepatu yah rain rasa mungkin itu yang jadi pertanya orang-orang yang saat ini melihatnya. Rain berbeda diantara sekumpulan berlian.

Bernafas lega ketika sudah nyaman duduk di kelas barunya, rasanya begitu menyesakkan selama perjalanan menuju kelas tadi dimana para siswa memandangnya, rain tidak tau kelasalahnnya dimana sampai-sampai para siswa memandangnya seperti tadi.

"Hah~~.... Ini baru hari pertamaku tapi kenapa rasanya begitu berat" menghela nafas berat dan mulai menidurkan kepalanya di atas meja dengan pandangan yang ia bawa lurus menatap jendela yang berhadapan langsung dengan lapangan yang biasa kakak kelas gunakan untuk berolahraga.

Jadi kelas rain berada di lantai satu karna masih siswa baru dan kelas dua ada tingkat ke dua dan kelas tiga ada di tingkat ke tiga.








...Jam pertama ...

Jam pertama pelajaran untuk tahun ajaran baru telah di mulai para siswa sudah mulai sibuk dengan buku masing-masing.

Beda dengan Sekolah lain, yang sekolah hari pertama biasanya tidak belajar , tapi sekolah yang di tempati rain berbeda hari pertamanya sudah di fullkan dengan belajar dan tugas yang banyak.




....Jam istirahat....

Rain saat ini tengah berada di perpustakaan karna memang ada tugas yang diberikan oleh guru tadi saat jam kedua.

Rain memilih untuk mengerjakan tugas daripada ke kantin karna rain sudah membawa bekal dan sempat memakannya tadi dikelas sebelum keperpustakaan.

Rain tengah sibuk mencari buku yang di cari di berbagai rak hingga matanya menemukan buku yang di cari ada dirak paling ujung dan paling atas, rain tersenyum saat sudah berada didepan rak dimana buku itu ada. namun senyumnya berubah jadi gerutuan kecil saat tangannya tidak sampai pada buku yang ingin di ambilnya, rain terus berusaha dengan berjinjit agar setidaknya bisa mencapai ujung bukunya saja, demi tuhan tangan rain sudah keram dan kakinya pun pegal.

sibuk dengan gerutuan dan usahanya rain dikejutkan dengan tangan yang lebih besar menggapainya dengan mudah.

" Kenapa tidak meminta bantuan jika tidak bisa menggapainya" ucapnya sambil mengambil buku yang tadi rain ingin ambil.

Rain segera berbalik dan terkejut saat orng yang ada didepannya memandangnya.

Rain sempat terdiam sesaat melihat orng didepannya, bagaimana rain dihadapkan langsung dengan dada bidang saat berbalik rain tentu terkejut dan itu tidak luput dari pandangan orng itu.

Rain mendongak hinggak tatapan mereka bertemu namun rain segera menunduk kembali dan mengambil bukunya dengan kaku mengucapkan terima kasih dengan suara yang lirih dan pergi begitu saja.
" T- erima kasih kak " hanya itu saja dan rain langsung pergi dengan terburu-buru.

Pemuda yang menolong rain tadi hanya diam mematung dan menatapnya tajam. Membuat Rian merasa tak nyaman.  Jadi setelah mengucapkan terima kasih rain segera keluar dari perpustakaan.

Dan jenan hanya mampu membalas "iya .... Tentu " pada udara didepannya.

Melirik ke rain yang saat ini sudah buru- buru keluar dengan buku di tangannya. Jenan tersenyum kecil merasa lucu melihat pria mungil itu, bagaimana dengan gugup berterima kasih dengan suara yang begitu lirih.

Dan kebetulan bodoh mana pula jenan sianak berandal ini ada diperpustkaan sekolah, tolong cubit jemian saja, bagi yang meragukan sifat jenan. Jenan itu teladan jika bosan dikelas saja.

Jenan sebenarnya bosan dengan sekolah, harus bertemu kembali dengan buku dan guru yang membosankan, jadi sesaat sebelum jam istirahat jenan lebih dulu lari menuju perpustakaan untuk tidur tentu saja, kenapa harus repot belajar disaat yang punya sekolahnya saja adalah ayahnya, fikiran jenan sudah mulai sombong.

Saat sedang tidur jenan tikejutkan dengan gerutuan seseorang memang tidak keras tapi masih terdengar oleh telinganya yang peka. Jenan mencari asal suar itu dan jenan menemukannya, bagaimana pemuda yang diyakininya pasti siswa baru angkatan tahun ini.

Bagaimana pemuda mungil itu terus berusaha menggapai buku dengan tangan mungilnya dan berjinjit tapi tetap Sia-sia, jenan menikmati itu bagaimana orang itu akan tetap berusaha tanpa meminta bantuan.

Berusaha menggapai tapi ternyata tidak sampai juga.  orng itu tidak meminta bantuan membuat jenan lelah sendiri jadi dia berinisiatif membantu, hanya membantu tidak lebih.

Setelah kejadian tak terduga tadi,
Jenan tidak pernah berhenti senyum sedari kembali dari perpustakaan sampai temannya di buat heran dengan kelakuan temannya itu.

Jemian teman sebangku jenan sudah tidak tahan dengan kelakuan jenan menepuk pundak temannya itu dengan tidak manusiawi. " Nyengir Mulu Lo dari tadi kering tu gigi" jenan hanya menatapnya malas kemudian melanjutkan acara senyum senyumnya lagi"  Bree stress kayaknya si jenan nih sakit, lupa makan obat. turut prihatin ya" ucapnya kepada teman satunya yang berada di bangku belakang yg juga sama bingungnya dengan kelakuan jenan saat ini. Dia bergidik ngeri apa jangan-jangan jenan kesambet hantu perpus ya?

Jenan tidak tau kapan lagi ia akan dipertemukan pemuda itu, kenapa matanya terlihat begitu memikat, ada banyak bintang juga begitu teduh. Suaranya juga begitu lembut. Membuat jenan merasa melayang.

Seperti nyanyian saat ia ingin tertidur, suara itu begitu terdengar lirih seperti nyanyian pengantar tidur.














15 Maret itu ternyata adalah awal dari takdir yang tak pernah jenan sangka dalam hidupnya.



Dream (noren)Where stories live. Discover now