terakhir kali

112 15 0
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak keadaan jenan yang mampu melewati masa kritisnya dan pulangnya rain tanpa semua orang sadari, kini semua dapat bernafas lega saat dokter mengatakan hanya butuh waktu sebentar lagi untuk jenan bisa bagun dari komanya. Baik yuna dan suaminya begitu mensyukuri itu, tak terkecuali sang tunangan yang juga begitu bahagia atas berita yang disampaikan dokter. Marko dan jemian sama halnya. Namun hari itu juga mereka melupakan keberadaan rain yang secara tidak langsung yang telah membantu jenan melewati masa sulitnya, kehadiran rain saat itu entah mungkin dapat jenan rasakan hingga membuatnya bisa memberikan respon tubuhnya secara reflek.

Dan baru menyadari ketika jemian bertanya keberadaaan rain Yang sejak keluar dari ruang rawat tak pernah lagi terlihat. Yuna sempat mencari sebelum bertemu sena di lorong rumah sakit dan mengatakan rain pulang lebih dulu karna urusan pekerjaan nya yang belum selesai, tentu saja itu adalah kebohongan sena untuk mencegah ibu jenan mencari rain, karena sena yakin rain pasti masih berada ditaman. Yuna percaya meskipun sedikit ragu. Ia akhirnya kembali bersama Sena.












____

Pukul sembilan pagi yuna sudah berada diruang rawat jenan, ia tadi pagi hanya pulang sebentar untuk mandi dan sarapan setelahnya kembali lagi kerumah sakit untuk menemani jenan. Sena sudah menawarkan diri tapi yuna tidak mau, biar dia yang merawat anaknya sendiri. Yuna menolak dengan penolakan sedikit halus, mau bagaimanapun sena adalah tunangan anaknya meski yuna sendiri tak menyetujuinya.

















____

Semua pakaiannya telah dimasukan kedalam koper dan juga ransel yang akan ia bawa juga, tak hanya itu semua barang-barang yang ada dirumahnya sudah ia simpan baik-baik. Setelah tak ada lagi yang harus persiapkan rain bersandar pada kursi sofa ruang tamunya.

Menutup mata dan menghela nafas panjang. Ia sudah memikirkan ini baik-baik ini sudah keputusan yang terbaik. Tak ada jalan lain.

Tak lama mobil yang ia sewa berhenti didepan gerbang rumahnya. Rain bergegas mengambil barangnya. Namun sebelum beranjak ia berhenti sejenak melihat sekali lagi kamarnya, setidaknya untuk terakhir kali.

Memilih mengambil barangnya segera rain tak ingin terlarut dalam kesedihannya terlalu lama.

"Maaf karna lama menunggu pak" rain berucap maaf karna sudah membuat supir taxi itu menunggu.

"Tak masalah nak, apakah barangnya hanya ini saja" tanyanya, setelah memasukan beberapa barang dan koper yang rain bawa.

"Sudah pak" kata rain, ia segera masuk kedalam mobil.

Saat supirnya telah duduk didepan, rain membuka kaca mobil itu, melihat sekali lagi rumah yang sudah menjadi saksi hidupnya selama ini, semua kenangan yang ia buat bersama ayah dan ibunya telah rain simpan baik-baik dalam ingatannya.

Dan satu nama terakhir yang telah menetap dihatinya. Dan akan ia simpan disudut hatinya. Meskipun senyum rain tak luntur namun matanya tak bisa berbohong, matanya telah berkaca-kaca setetes air matanya jatuh, ia akan merindukan semua yang telah ia lewati di sini.

Maafkan aku.....


Dengan itu mobil rain perlahan menjauh dari pekarangan rumahnya, mulai membelah jalanan untuk menuju ketempat rain tuju selanjutnya.





















_____

Ruangan itu sudah tak semenakutkan saat rain pertama kali masuk, berjalan mendekat pada sosok yang saat ini masih betah menutup matanya.

"Hai" rain menyapa dengan senyum yang tak luntur pada ranumnya.

Iya, tujuan rain selanjutnya yaitu adalah rumah sakit tempat jenan dirawat. Ia sudah memastikan bahwa ibu jenan tak ada didalam ruangan. Jadi ia bergegas masuk sebelum ibu jenan kembali dan melihatnya.

Dream (noren)Where stories live. Discover now