bunga mawar yang layu

124 10 0
                                    

" kak jenan aku turun disini saja" rain tidak enak jika harus merepotkan jenan terlalu banyak.

"Oh rumahmu disini?". Jenan memberhentikan mobilnya ketika rain mengatakan turun disini.

"Hmm sebenarnya bukan, tapi aku turun disini saja tidak apa kok" jawab rain dia gugup karna tiba-tiba mobil ya berhenti dan jenan menatapnya lekat.  "kenapa mau turun disini kalau rumahnya belum sampai?" Jenan tentu bingung kenapa rain ingin turun sedangkan rumahnya bukan didaerah sini.

"Aku tidak mau merepotkan kakak itu saja" lirihnya

"begitukah? Baiklah turunlah tapi jangan salahkan aku kalau saat kau turun dan jalan sendirian biasanya jam sore didaerah sini agak yaah menakutkan seperti ada begal, anjing liar atau semacamnya, jadi kalau kau masih ingin turun juga tidak masalah sih" jawabnya sambil melihat ke arah rain.

"Benarkah?". Jenan tersenyum puas karna sepertinya berhasil membohongi rain dan rain yang terlihat mulai ragu untuk turun dan takut, tapi jawaban rain selanjutnya membuatnya terkejut.

"Ehm...tidak masalah kak aku akan menjaga diri kalau ada apa-apa aku bisa melarikan diri kok, terima kasih karna sudah mau mengantarku ya kak aku turun disini saja dan sampai jumpa lagi".

Belum sempat jenan memproses semua jawaban rain dia justru dikejutkan dengan pintu mobilnya yang tertutup dan memandang rain yang mulai masuk lewat gang sempit itu. "Yang benar saja anak itu menolak aku yang mengantarnya? Siswa populer dan tampan ini? tciih kita lihat saja sampai mana dia akan bertahan untuk lewat disitu saat hari mulai gelap dan tidak kembali padaku, baiklah kita akan menunggu sampai rain datang mencari ku ?"

Jenan akhirnya bersandar pada jok mobil dan menunggu rain keluar dan berlari kearahnya lihat saja.

Rain sebenarnya tidak pernah melewati gang ini sebagai jalan pintas menuju rumahnya hanya saja tidak ada jalan lain karna rain tidak ingin berurusan dengan kak jenan.

"Oke rain tenang dan fokus tidak ada apa-apa di depan sana cukup jalan saja sampai menemukan ujung lorongnya". Rain terus berjalan sampai hampir sampai tapi dia harus menelan ludahnya gugup saat didepannya disuguhkan pemandangan beberapa pemuda dengan penampilan urakan dan botol minuman, rain tidak yakin ini akan berakhir baik jika menerobos sekumpulan pemuda itu.

Rain memutar arah untuk kembali sebelum dia dikejutkan dengan suara dibelakangnya." Mau kemana?" Rain terkejut dia tidak ingin berbalik rain dengan cepat melangkahkan kakinya tapi suara dibelakang semakin keras dan sepertinya semakin dekat dengannya, tidak ada cara lain.

Rain berlari dengan kencang matanya memerah dia sudah hampir menangis. Menangisi hidupnya yang akan mati konyol Jika didapat oleh para preman itu.

Disisi lain, jenan terus saja gelisah ditempatnya menunggu, apakah rain akan datang atau tidak, apakah rain sudah sampai?.

"tidak ada pilihan lain aku harus memastikannya sendiri" jenan turun dari mobil dan berlari masuk dalam gang untuk mencari rain.

"Hiks... Aku takut bagaimana orang itu jahat dan membunuhku hiks..."

Rain terus berlari menghindari orang yang yg masih saja mengejarnya.

"berhenti disana anak manis"

saat rain berlari tiba-tiba saja tangannya ditarik ketempat yang gelap, rain yang takut  memukul sembarang orang itu. "Hei ini aku tenang saja jangan panik".

Jenan mencoba menenangkan rain yang memberontak dengan menarik rain lebih dekat dan mendekap mulut itu. Posisinya saat ini cukup ambigu dimana rain harus dipeluk tanpa jarak dengan wajah yang sangat dekat dengan wajah jenan meskipun gelap namun masih samar dalam penglihatan dan rain bisa mengenali bahwa itu memang benar jenan dari bau parfum yang di ada pada tubuhnya.

beda dengan rain beda pula dengan jenan yang malah salah fokus pada bibir mungil itu saat tangannya sudah tidak membekap lagi mulut rain.

jenan dengan teliti memperhatikan bagaimana wajah itu memerah karna menangis dengan nafas yang tidak teratur bekas air mata yang ada dipipi rain jenan hapus dengan pelan sampai pada ibu jarinya mengelus pelan bibir bawah rain,membuat rain mau tidak mau harus menatap wajahnya yang begitu dekat. "K-kak apa mereka sudah pergi" tanya rain.

"Iya mereka sudah tidak ada lagi" jenan menjawab sekananya saja lagian sepertinya preman itu memang benar sudah pergi karna sudah tidak terdengar lagi orang itu berbicara disekitar mereka.

Rain bernafas lega tapi sepertinya hanya sebentar karna jenan malah mengangkat dagunya agar rain berhadapan dengannya lagi.

Dan lebih membuatnya terkejut lagi karna jenan malah mendekatkan wajah mereka." K-kak apa yang ingin Kakak lakukan-- hmmph..." rain benar-benar terkejut  bagaimana tiba-tiba jenan mengecupnya dan itu dibibirnya.

Bukannya berhenti jenan justru menikmati itu, rain mencoba menghindar dengan menolehkan wajahnya kekiri tapi tangan jenan justru menahan tengkuknya dan menekan kepala rain kemudian meraih bibir itu lagi tapi bukan hanya dikecup tapi sudah mulai disesap dan dilumat. rain berusaha memberontak dan hanya berakhir sia-sia.

Rain meremas baju seragam jenan didepan dada saat jenan justru semakin menikmati ciuman itu dan mulai melumat dengan tidak sabaran bibir atas dan bawah rain sampai rain kesulitan mengambil nafas.

"Hngghhh....hmmmp~~"
Mendengar lenguhan indah rain bukannya berhenti dan sadar jenan justru rasanya semakin kehilangan akal.

Bibir itu terus saja dijamahnya tanpa rasa puas sampai menyadari kalau rain mulai kehabisan nafas.

"Rain maafkan aku karna lancang, aku..aku tidak tau sejak kapan rasa ini hadir sejak pertama kali bertemu diperpustkaan aku jadi sering memikirkan mu dan memperhatikan mu". Keduanya masih menempel tanpa jarak dan rain hanya mampu menatap jenan tanpa bisa berkata apa-apa ini terlalu mendadak baginya. "Aku sepertinya jatuh cinta padamu".....

" Kak lepas aku harus pulang" rain dengan paksa melepas pelukan jenan dan berjalan tergesa untuk pulang, rain masih linglung dan tidak bisa bicara ini terlalu mendadak dan tidak masuk akal, mereka bahkan baru bertemu dua kali saat diperpustkaan dan hari ini. tapi kejadian barusan juga bukan mimpi bagi rain, ini nyata.

Sedangkan jenan hanya menatap kepergian rain dengan sendu karusnya dia lebih bersabar lagi untuk mendekati rain, dan lihat hasilnya rain justru pergi dan enggan menatapnya...

"Sepertinya aku salah mengambil tindakan" mereka akhirnya pulang dengan jalan yang berbeda....



Rain tiba dirumahnya sekitar pukul 19.00 malam, rain berjalan kaki ke rumahnya karna jarak komplek dengan gang tadi memang dekat hanya perlu belok sekali lagi baru komplek perumahan rain akan terlihat.

Rain segera melepas sepatu dan menuju kamarnya melepas seragam dan kekamar mandi untuk berganti pakaian.

"Hari ini begitu berat bagiku, ada banyak sekali kejutan didepan mataku". Rain masih kepikiran soal kejadian tadi dimana jenan menyelamatkannya dan menciumnya, rain memegang bibirnya sendiri, rasanya masih ada dan terasa sampai saat ini, itu sulit dilupakan.

rain menggelengkan kepalanya apa yang baru saja dia fikirkan. "Rain tidur, kenapa kamu malah memikirkan kejadian tadi, Kakak jenan itu benar-benar tidak tau malu dan mesum" rain kesal kenapa dia diam saja tadi saat jenan dengan seenak jidat menciumnya!!!

Dream (noren)Where stories live. Discover now