10. Naksir?

331 71 3
                                    

Happy Reading 📖
--------------------

Nasib tinggal berdua dengan adik yang lebih banyak tidak bisa diandalkan membuat Rose harus ekstra sabar.

Contohnya sekarang dimana Reno pagi-pagi sekali sudah pergi kuliah dan meninggalkan kekacauan yang dia buat baik di ruang tamu maupun dapur. Stik PS yang ditaruh sembarangan dan juga sampah berserakan dimana-mana menjadikan Rose yang memang tidak ada kelas hari ini memilih giat bersih-bersih.


PLAK!!!


"Kamu jahat!"

Rose terpaku karena begitu membuka pintu unit, matanya disuguhkan adegan seperti di sinetron dimana kejadian sang wanita yang bercucuran air mata setelah menampar pemeran pria langsung pergi begitu saja tanpa berkata apapun.

Wah selama ini Rose hanya menonton itu di TV, tapi sekarang malah bisa melihat langsung. Gratis lagi!

Dan itu terjadi tepat di samping unitnya, dengan Jeffrey sebagai pemeran utama. Untuk perempuannya yang sudah berlalu sepertinya Rose pernah lihat. Mungkin salah satu aktris ftv.

Bunyi tamparan tadi begitu nyaring. Pasti perih banget tuh!

Jeffrey yang masih memegangi pipinya lantas menoleh pada Rose yang sedari tadi memperhatikan. Jelas sekali kalau gadis itu tengah menahan tawa.

"Oops sorry, gak sengaja liat." Ujar Rose cengengesan dan mengangkat kantong plastik hitam di genggaman, "Gue cuma mau buang sampah."

Jeffrey menatap Rose nyalang karena gadis itu bukannya pergi malah berbalik dan kini tersenyum mengejek. Sepertinya begitu puas melihat drama di pagi hari buta yang Jeffrey buat.

"Pasti sakit ya? Atututu kacian...tapi tenang, gue gak akan sebar ke siapa-siapa. Biar ini jadi rahasia kita berdua. Oke?"

Dan Jeffrey hanya bisa merengut karena suara tawa Rose dari kejauhan dapat pria itu dengar.

Sial! Kenapa gadis itu harus lihat adegan tadi sih? Jeffrey kan jadi keki!

*****


Ting-tong!


Suara bel apartement Rose berbunyi. Gadis itu segera membuka pintu dan menemukan seorang perempuan yang nampak kebingungan menatapnya.

"Cari siapa Mbak?"

Ruby, gadis itu nampak kebingungan akan sosok yang muncul dari balik pintu.

"Anu. Itu. Saya cari..." Ruby menghentikan kalimatnya sembari mengetuk layar ponsel hendak menghubungi seseorang. Perasaan benar alamatnya disini.

Sadar bahwa gadis di depannya ini nampak was-was, Rose kemudian menatap Ruby dari atas sampai bawah. Menggunakan dress fitbody sebatas paha dan jas yang disampirkan pada bahu membuat gadis itu terlihat sexy dan elegan. Melihat dari penampilannya sepertinya Rose tahu dia mencari siapa. Apalagi setelah kejadian beberapa saat yang lalu.

"Cari Jeffrey ya Mbak?"

Alis Ruby terangkat. Begitu Rose menyebutkan nama Jeffrey, gadis itu menunjukkan ekspresi lega yang artinya dia tidak sedang salah tempat.

"Iya."

"Unit Jeffrey disebelah Mbak. Nomor 114."

"Owalah. Maaf ya, saya kirain yang ini."

Rose mengangguk. Setelah memberikan salam Ruby langsung beralih pada unit sebelah dan tidak butuh waktu lama untuk Jeffrey membukakan pintu.

"Lama banget nyampenya. Udah laper nih!"

"Sorry. Tadi gue nyasar ke sebelah. Untung Mbak nya baik ngasih tau kalau unit lo disini." Ruby lantas membawa barang belanjaannya menuju dapur. Akibat sibuk harus menjadwal ulang kegiatan Jeffrey di kantor membuat Ruby baru bisa datang sekarang. Sekalian juga membawa makanan dan mengisi kulkas milik pria itu.

"Mbak? Yang mana?" Tanya Jeffrey sembari ikut membuka salah satu plastik. Kue bugis kesukaannya menjadi yang pertama pria itu comot.

"Itu, cewek yang tinggal di sebelah."

"Maksud lo si Rose? Lo ketemu Rose?" Jeffrey berdiri dari duduknya tidak santai.

"Oh namanya Rose."

"Terus tadi lo bilang apa?" Bukan hanya ngegas, Jeffrey bahkan terlihat panik sendiri. Sementara itu Ruby tetap stay cool dengan melanjutkan kegiatannya mencuci buah.

"Gak bilang apa-apa. Cuma nunjukin unit lo doang."

"Ckk! Dia pasti salah paham. Lagian Mbak ngapain pakai baju kurang bahan kayak gini sih?!" Jerit Jeffrey kesal dan langsung ngibrit ke keluar.

Sontak melihat Jeffrey yang pergi tanpa alas kaki membuat Ruby menaikkan alisnya keheranan.

"Lah apaan sih. Gak jelas banget."

*****

Ting!

Tong!

Ting!

Tong!


Rose dengan cepat berlari menuju pintu karena seseorang di depan sana terus saja menekan bel unitnya tidak sabaran.

Ingin sekali Rose berteriak begitu melihat wajah Jeffrey di layar intercom. Kalau Rose biarkan saja Jeffrey akan semakin keras membunyikan bel. Alhasil, gadis itu membuka pintu dan menghadiahi Jeffrey dengan tatapan garang.

"Apaan?!"

"Yang tadi kesini itu Mbak Ruby, manager gue." Ujar Jeffrey to the point.

Rose sama sekali tidak mengerti maksud dan tujuan Jeffrey mengatakan itu sampai harus membunyikan bel berulang kali. Korelasinya dimana ya?

"Terus?"

"Yaa gue mau mastiin supaya lo gak salah paham."

Ah...Rose mengerti sekarang. Ini pasti karena kejadian tadi pagi. Tapi Rose tetap datar tidak perduli.

"Kalau pun gue salah paham kenapa? Kok jadi lo yang susah?"

"Eh iya juga ya..."

Benar. Jeffrey baru sadar. Rose dan Jeffrey kan tidak ada hubungan apa-apa. Toh namanya juga sudah jelek kan di hadapan gadis itu. Jadi untuk apa Jeffrey harus susah-susah klarifikasi seperti sekarang?

Malas meladeni Jeffrey yang kini masih diam melongo seperti orang dongo, Rose pun menutup pintu dengan kasar, "Jangan ganggu gue lagi. Gue sibuk."

Tidak menghiraukan pintu yang sudah tertutup rapat tepat di depan mukanya, Jeffrey masih terus berpikir kenapa dia melakukan hal itu? Sebenarnya ada apa dengan Jeffrey? Sepertinya efek lapar membuatnya jadi kehilangan fokus sampai melakukan tindakan aneh diluar kebiasaan seperti sekarang.

"Oh jadi dia cewek itu."

"Hah?"

Diam-diam ternyata Ruby mengamati dari sebelah begitu penasaran atas apa yang sedang dilakukan pria itu dengan gadis yang ditemui Ruby sebelumnya.

"Jonathan udah cerita sama gue. Cantik Jeff." Ujar Ruby bersedekap dada begitu santai namun ekspresi jahil itu tentu tidak bisa berbohong. Kalau tahu Rose perempuan yang diceritakan Jonathan sebagai makhluk terlangka di bumi karena berhasil membuat Jeffrey tidak berkutik, sudah pasti Ruby ajak pelukan tadi.

"Lo naksir sama dia ya?"

Hampir saja Jeffrey tersedak setelah kembali melanjutkan kegiatan memakan kue bugis di dapur. Pria itu melotot horor. Asumsi dari mana itu?

"Dih enak aja! Gak banget! Bukan tipe gue! Apaan body kayak papan triplek gitu!"

TBC

-------------------
Happy weekend and see you next week👋

Don't forget to vomment 👉🌟🌟🌟

SekuterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang