13. Hampir Saja

294 58 2
                                    

Happy Reading 📖
-----------------

Hari berganti, sinar mentari pun menyambut melewati celah-celah jendela yang tidak tertutup oleh gorden. Sepertinya pemilik kamar lupa karena semalaman begadang untuk menyelesaikan konten terbaru dalam rangka mengumpulkan pundi-pundi cuan.

Alhasil sosok perempuan yang tengah tertidur dengan mulut terbuka lebar di lantai itu sama sekali tidak terganggu meskipun kamar yang ditempatinya seperti kapal pecah dengan berbagai merek skincare tergeletak dimana-mana.

Sedang enak-enaknya melalang buana di mimpi, tiba-tiba gadis itu harus dibangunkan oleh suara nyaring dari ponselnya. Decakan mulai terdengar dan sangat terpaksa tetap diangkat apalagi setelah tahu siapa yang menelpon. Bisa diteror terus kalau sampai telpon tersebut dianggurin.

"Halo."

"Lama banget sih! Lumutan gue nunggunya." Protes oknum di sebrang sana.

Meskipun nyawa masih diawang-awang tetapi Rose berusaha untuk tetap merespon, "Apaan? Kalau gak penting gue tutup."

"Ehh jangan dong. Calm down bestie." Ujar si penelpon yang ternyata adalah Lily. Sahabat berponinya itu terkekeh sangat sadar akan suara Rose yang terdengar serak khas bangun tidur, "Gue cuma mau ngingetin jangan lupa hari ini kita pergi apply proposal PKL jam sembilan."

"Iya."

"Inget, lo jangan tidur lagi. Gue tau lo orangnya ngebo." Tambah Lily.

"Ckk! Iya Munaroh. Udah ah, bye!"

Rose mengusap wajahnya kasar sebelum bangkit dan berjalan gontai keluar dari kamar. Dilihatnya jam di dinding, masih pukul tujuh pagi. Ini mah Lily kepagian ngingetinnya.

Kalau tidur lagi yang ada Rose nanti malah kelolosan, persis seperti yang Lily katakan sebelumnya. Baiklah karena masih banyak waktu, untuk mengisinya Rose memilih bergegas menuju dapur.

Kebetulan juga suara gemercik air terdengar karena kamar mandi terletak dekat dapur. Itu pasti Reno, dia ada kuliah pagi ini.

Sebagai kakak yang baik dan dipercayakan oleh orangtua di Bandung untuk mengurus adik tercinta, maka Rose akan membuat sarapan untuk Reno sebelum pergi. Tinggal kopek-kopek bawang dan bahan lain kemudian ditumis dengan nasi jadi satu.

Rose begitu serius memasak, sampai...














"AKHHHH!!!"














Refleks Rose menutup mata kala mendapati sesosok pria yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan modal handukan doang.

Kalau itu Reno maka Rose tidak akan seheboh ini. Melainkan itu adalah makhluk penghuni unit sebelah.

Mendengar teriakan Rose jelas membuat oknum tersebut a.k.a Jeffrey ikut tersentak.

"Kenapa sih teriak-teriak? Kaget tau."

"Lo ngapain disini?!" Pekik Rose sembari menunjuk dengan sutil di tangannya.

Wajah Rose seketika memerah. Apa pria ini tidak punya malu memperlihatkan badan topless seperti itu? Dasar orang gila!

"Ohh itu, numpang mandi. Keran kamar mandi gue mati dari semalem." Ujar Jeffrey sangat santai sambil cekikikan.

Rose menggeram kesal. Lupakan badan Jeffrey yang bagus karena amarah Rose lebih besar dibanding minatnya pada pemandangan tersebut.

"Gimana bisa masuk? Lo lompat lewat balkon? Gila ya!"

Pria itu pun menggeleng cepat, "Eitss gue gak seburuk itu. Gue masuknya baik-baik, lewat pintu. Dibukain Reno."

SekuterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang