11. Bantuan

290 60 2
                                    

Happy Reading 📖
-------------------

"Yakin dia disini Kak?"

"Iya. Tadi pagi gue chat katanya disini."

Rose celingak-celinguk di koridor fakultas MIPA. Dirinya tidak sendiri, melainkan bersama Soraya untuk menemaninya menemui sang pujaan hati.

Siapa lagi kalau bukan Devan. Sudah hampir setengah jam mereka berdiri disana dan tidak menemukan keberadaan pria itu.

"Aduh Kak. Gue deg-degan." Ujar Rose panik.

"Tenang. Lo pasti bis-EH DEVAN!"

Jantung Rose semakin memacu kencang kala menemukan sosok yang baru saja Soraya panggil. Ya ampun sudah lama Rose tidak melihatnya. Karena berurusan dengan Jeffrey membuat Rose menghentikan kegiatan stalkingnya sementara waktu. Alhasil selama tidak melihat Devan, Rose hanya bisa memandangi foto pria itu di laman Instagram pribadinya.

Devan keluar dari ruang kelas. Sebagai mahasiswa mendekati semester akhir membuat Devan sangat sibuk. Belum lagi projek yang tengah dilaksanakannya bersama dosen. Lantas Devan yang mendengar namanya dipanggil kontan menoleh dan mendatangi kedua gadis tersebut.

"Soya. Ngapain disini?" Sangat to the point untuk ukuran sepupu yang bisa dibilang jarang bertemu.

Tanpa babibu Soraya langsung mendorong Rose mendekat, "Ada yang mau ketemu sama lo nih."

"H-hai Kak."

Devan menatap Rose lamat. Pria itu diam sembari mengingat-ngingat gadis di depannya.

"Kamu..."

Rose memudarkan senyum. Cukup kecewa ternyata Devan tidak mengingat namanya. Padahal Rose sering menyapa Devan saat pria itu masih aktif di organisasi.

"Saya Rose, Kak. Junior Kak Devan di UKM Seni."

"Oh iya Rose. Sorry saya lupa."

"Sama junior sendiri malah lupa." Cibir Soraya.

Rose lantas mengulurkan sebuah amplop kearah Devan, "Ini undangan musyum buat Kakak. Kak Devan kan pernah jabat jadi ketua sebelumnya, jadi saya diminta antar ini ke Kakak."

"Ya ampun. Gak usah repot-repot Rose. Padahal kamu bisa kasih tau saya lewat chat." Ujar Devan sembari membuka surat yang masih terbungkus rapi tersebut, "By the way thanks ya."

Senyum Devan kelewat manis membuat Rose melongo di tempat. Dan ini juga adalah dialog terpanjang Rose dengan Devan selama gadis itu menjadi pengagum. Beruntungnya...

"Ekhm. Kalau gitu kami pamit ya Dev."

Dan belum ada sedetik, Soraya menepuk dahinya pelan, "Astaga gue lupa. Gue mau ketemu Pak Budi. Lo bisa tebengin Rose balik gak Dev? Dia tadi kesini bareng gue soalnya."

Soraya mengerjapkan mata berulang memberi kode pada Rose. Walaupun tidak ada briefing sebelumnya, tapi untung saja Rose peka.


Sahabat terdabest emang:)


"Boleh. Ini juga mau langsung pulang. Ayo Rose sekalian." Angguk Devan santai.

"Eh tapi gak apa-apa Kak?"

"Gak apa-apa. Yuk, mobil saya ada di depan."

Devan berjalan telebih dahulu meninggalkan Rose dan Soraya. Keduanya berhigh-five ria sebelum Rose menyusul Devan menyamakan langkah.


Lo hutang Dior blush sama gue.


Setidaknya Rose masih bisa membaca gerakan bibir Soraya sewaktu gadis itu melambaikan tangan. Rose pun membalas oke dengan jarinya.

SekuterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang