15. Trauma

281 57 1
                                    

Happy Reading 📖
------------------

"Jeffrey punya trauma masa kecil. Umurnya baru tujuh tahun waktu itu."

Ruby mulai menceritakan keadaan Jeffrey pada Rose di dapur pukul dua pagi. Mereka memutuskan mengobrol di luar, membiarkan pria itu beristirahat agar tidak terganggu.

"Trauma apa Mbak? Kecelakaan?" Tanya Rose penasaran.

"Bukan, tapi pelecehan dan juga kekerasan."

Detik itu juga mata Rose membulat sempurna sangat terkejut dengan fakta tersebut.

Sedari kecil Jeffrey sudah tersorot oleh kamera mengingat ibunya adalah aktris besar pada masanya. Jeffrey selalu dibawa kemana-mana saat syuting dan banyak media berpendapat kalau Jeffrey akan meneruskan bakat Stefania Alatas bila sudah besar nanti.

Seperti halnya Jeffrey sekarang, wajah Stefania dulu kerap menghiasi sampul majalah dan televisi. Berbagai penghargaan pun didapatkan sebagai prestasi dalam dunia entertain.

Melihat seseorang sukses tentu pasti ada saja yang iri dengan pencapaian tersebut dan membuka peluang untuk bertindak jahat. Tepatnya di hari Stefania tengah disibukkan dengan syuting salah satu film, Jeffrey yang ada di lokasi dibawa kabur oleh orang yang tidak dikenal. Tentu saja penculik meminta tebusan dan juga ancaman.

Selama dua hari Jeffrey disiksa, dilecehkan, dan tidak diberi makan. Selepas polisi berhasil meringkus penculik yang ternyata adalah salah satu pembenci Stefania atau sekarang biasa disebut haters, Jeffrey ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Sekujur tubuhnya membiru akibat perlakuan tidak mengenakkan dari sang penculik.

Beritanya tidak pernah sampai ke media karena Stefania dan suaminya ingin melindungi Jeffrey dari kamera wartawan.

"Butuh waktu bertahun-tahun sampai Jeffrey bisa lupa sama kejadian itu. Tante Stefi rutin bawa Jeffrey buat terapi. Sejak itu juga, semua akses dari dunia luar dibatasi. Karena gak mau kejadian yang sama terulang mereka lebih banyak ngurung Jeffrey di rumah." Jelas Ruby sedih.

Ruby memang baru mengenal Jeffrey selama setahun belakangan tapi dia tentu harus tahu kondisi dari atasannya tersebut. Alhasil dengan sangat hati-hati Ruby memperlakukan Jeffrey. Meskipun pria itu memang sangat menyebalkan tapi Ruby dan Jonathan tetap menahan diri mengingat Jeffrey yang bisa mendadak kambuh kapan saja.

"Awalnya Tante Stefi gak setuju kalau Jeffrey jadi artis. Tapi Jeffrey kekeuh dan ya dengan perjuangan sendiri tanpa embel-embel bantuan Tante, Jeffrey bisa kayak sekarang."

"Kalau memang Jeffey udah lupa tapi kenapa kejadian ini bisa keulang lagi?" Tanya Rose mencoba mengulik lebih dalam.

"Trauma gak akan bisa sembuh total Rose. Pasti bakal ada aja bekasnya walaupun sedikit. Yang bisa kita lakuin cuma jaga supaya ingatan itu gak datang lagi." Ujar Ruby sembari menghela napas, "Terhitung sejak Jeffrey debut ini udah ketiga kalinya yang untungnya gak sampai ketahuan media. Dia biasa kepancing gara-gara ulah fans yang bar-bar. Tau sendiri fans nya kayak gimana. Itu bisa beresiko bikin otak Jeffrey menstimulasi buat dia ingat kejadian itu."

Pantas saja semua artikel yang membahas Jeffrey adalah mengenai prestasi sekaligus skandalnya kini. Rose sama sekali tidak pernah menemukan berita mengenai penculikan dan trauma yang pria itu idap.

"Ini alasan kami semua gak setuju kalau Jeffrey dibiarin sendirian tanpa pengawalan. Waktu pertama kali dia kambuh, agensi nyediain bodyguard sampai sepuluh orang buat jagain dia. Tapi mau gimana, yang namanya Jeffrey kalau udah ngomong harus diturutin. Dia bilang gak suka diintilin dan gak nyaman, ya jadi semua terserah dia. Tapi jadi gini kan."

"Terus sekarang gimana? Lo udah lapor ke agensi Mbak? Kalau orangtua Jeffrey?" Tanya Rose lagi mengundang Ruby menggeleng pelan.

"Kalau sampai mereka tau bisa abis gue sama Jo. Bukan potong gaji lagi, tapi langsung pecat tanpa pesangon. Dan untuk orangtua, Jeffrey udah pesan kalau dia kumat lagi mereka jangan sampai tau. Jeffrey gak mau mereka khawatir."

SekuterWhere stories live. Discover now