Bab 5 : The Abandoned Prince

8 2 3
                                    

CYRIL sudah berada di dalam kamar saat pertama kali matanya terbuka. Kamar yang sangat tidak asing dan sudah setahun ia tinggalkan. Dengan cepat, ia bangun dan duduk di pinggir kasur. Cyril memikirkan apa yang terjadi kepada dirinya saat ingin menyerang Matheus. Tidak ada yang menyerang dirinya, tetapi tiba-tiba pingsan. Padahal, ia dalam keadaan prima. Jadi, tidak mungkin lelaki bertubuh kekar itu bisa pingsan begitu saja.

Saat teringat kembali tentang adik-adiknya, Cylir berlari ke arah pintu. Ia menggedor-gedor pintu karena terkunci. Ia berteriak memanggil orang yang mungkin sedang berjaga di depan. Cyril merasa harus mencari tahu apa yang terjadi dan memastikan putri dan pangeran kesayangannya tetap aman.

Bagaimana keadaan Bastian dan para panglima? Apakah mereka juga ikut tertangkap? Aku tidak bisa membiarkan mereka terseret dalam urusan ini, batin Cyril.

Tidak ada tanggapan dari luar, Cyril kembali duduk di atas kasur. Ia mencari di mana pedangnya. Tidak ketemu. Ya, siapa yang akan mengurung seseorang bersama dengan senjatanya? Tidak ada orang bodoh yang akan melakukan hal seperti itu. Namun, ia harus segera menemukan pedang itu untuk menyerang kembali Matheus.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka. Muncul dua orang prajurit bertubuh kekar. Salah satu prajurit tersebut berkata, "Yang Mulia Raja ingin bertemu dengan Anda."

Cyril heran karena dengan mudahnya Matheus ingin bertemu dengannya. Apakah orang itu tidak ingat bagaimana Cyril bernafsu ingin membunuhnya? Tanpa berpikir lama, Cyril bangkit dan berjalan mengikuti para pengawal tadi.

Tiba di istana raja, kedua pengawal memberitahukan kedatangan Cyril. Pintu kamar langsung terbuka. Yang mengejutkan, di dalam sana juga ada ratu dengan pakaian tidur. Hati Cyril kembali bergejolak. Tidak mungkin ibunya menjadi istri orang tua itu.

"Apa yang sedang Yang Mulia Ratu lakukan di sini?" desis Cyril.

"Ini kamar raja dan ratu, Pangeran, kau tidak lupa, 'kan?" jawab Ratu yang membuat Cyril membeliak.

"Ibu bukan istri orang tua itu!"

"Benar, sekarang suamiku adalah Yang Mulia Raja Matheus."

Kepala Cyril seperti dihantam oleh palu troll mengetahui fakta yang baru saja keluar dari mulut ratu. Ia tidak bisa menerima apa yang baru saja ia dengar. Bagaimana bisa ibunya dengan pengkhianat tua itu? Lalu, bagaimana nasib kedua adiknya?

"Di mana Elaine dan Edgar?"

"Oh, Elaine sudah menikah dengan anak kedua Keluarga Gracewell dari daerah Stoneville."

"Bukankah anak kedua keluarga itu dikenal terlalu ramah dengan para wanita? Bagaimana ibu bisa menyerahkan Elaine kepada laki-laki seperti itu?" seru Cyril.

Cyril tidak mengerti pemikiran ibunya saat ini. Ibunya seperti mengalami metanoia yang sangat bertolak belakang dengan yang ia tahu sepanjang hidupnya. Ibunya seperti orang asing sekarang. Bahkan, wanita berambut coklat bergelombang itu tidak memperlihatkan emosi di wajahnya.

Cyril menoleh saat mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam kamar. melihat laki-laki berambut dan berjenggot perak masuk, ia dengan cepat menyerbu orang itu. Emosi di dalam dirinya sudah seperti muntaha lava gunung berapi.

Sebelum mencapai Matheus, tubuh Cyril terjungkal ke belakang dan menatap meja. Melihat anaknya terjatuh, sang Ratu bergeming. Ia hanya melihat dengan wajah dingin. Cyril berdiri dan menyerang lagi, tetapi tubuhnya terpental sebelum sampai kepada Matheus.

Matheus sedikit heran kenapa Cyril masih menyerangnya saat ini. Ia pikir saat ini sang pangeran akan menjadi sekutunya seperti perempuan yang duduk diam itu.

Cyril terlihat berdiri lagi dengan tertatih setelah membentur tembok dengan keras. Napasnya terengah-engah. Ia tidak tahu kalau Matheus memiliki kekuatan mana sebesar ini. Bahkan, orang tua itu tidak menggerakkan sedikit pun tangannya untuk mengeluarkan kekuatan. Ia menyerang hanya dengan pandangan mata.

Saat melihat ke sekeliling, matanya menangkap benda yang ia cari-cari. Pedangnya ada di meja di sebelah Ratu. Cyril harus dengan cepat meraih pedangnya sebelum Matheus melemparnya kembali. Dengan kuda-kuda yang kuat, secepat macan ia berlari ke arah Ratu yang berdiam seperti patung.

Mengetahui Cyril akan mengambil pedangnya, Matheus menggerakkan tangannya untuk mengambil pedang tersebut. Namun, Cyril yang mengetahui pergerakan itu langsung melompat dan meraih pedang yang sudah melayang.

Matheus berdecih. "Aku bisa melukai ibumu jika kau menyerang sekarang."

Cyril bergidik. Ia melihat ibunya memegangi lehernya dan hampir kehabisan napas. Apa yang dilakukan Matheus kepada ibunya?

Saat perhatiannya teralih, Matheus mulai menyerang Cyril menggunakan sihirnya. Keluar kilatan keperakan dari tubuh Matheus—seperti petir—mengarah ke arah pedang yang digenggam Cyril. Tubuh Cyril seketika menegang dan tersengat saat terkena serangannya. Kulit tangan yang memegang pedangnya terkelupas.

"Kau kira bisa mengalahkanku? Jangan bermimpi, Nak. Seorang kesatria tidak mungkin bisa mengalahkan archmage," ejek Matheus.

Cyril terbelalak. Ia tidak mengira orang tua itu seorang archmage. Selama ini, orang itu begitu lihai menyembunyikan kekuatannya. Tubuhnya terasa perih, ia masih belum bisa bergerak dan berdiri kembali. Tidak lama, dua orang pengawal masuk.

"Bawa dia ke penjara bawah tanah dan umumkan jika putra mahkota sekarang dicopot gelarnya sebagai pangeran dan bangsawan. Ia sekarang menjadi tahanan kerajaan karena menyerang raja."

Sebelum pengawal meraih tubuhnya, Cyril mengumpulkan kekuatan dan meraih pedangnya kembali. Ia menyerang pengawal dengan sekali tebas lalu menghancurkan jendela dan kabur secepat mungkin.


The Winchester's OdisseyOnde histórias criam vida. Descubra agora