Bab 6: Pelarian

2 1 0
                                    

CYRIL menerjang jendela kaca untuk melarikan diri. Ia sadar tidak akan bisa mengalahkan Matheus sekarang. Sang pangeran tidak ingin mati sebelum membalaskan dendam keluarganya.

Cyril melompat dari atap ke atap dengan tubuh yang terluka karena serangan Matheus dan goresan kaca. Ketika melihat ke bawah, banyak prajurit yang berlarian dan mendongak ke arahnya. Rupanya mereka sedang memburu dirinya sekarang karena telah menjadi pengkhianat kerajaan.

Cyril sampai di ujung istana Barat. Ia melompat ke tanah untuk melanjutkan pelarian ke hutan istana. Hutan itu biasa digunakan untuk berburu oleh keluarga kerajaan atau saat ada acara berburu yang diadakan setiap tahun yang diikuti semua ksatria atau bangsawan. Cyril sangat mengenal isi hutan tersebut, makanya ia akan berlari dan keluar istana dari sana.

Saat akan masuk ke dalam hutan, langkah Cyril dihentikan oleh ksatria kerajaan. Yang membuatnya kaget, di antara mereka ada anak buahnya, Markus Amares. Dalam ingatannya, hari saat dirinya pingsan, semua panglima ada di pihaknya. Jadi, kenapa sekarang Markus Amares ada di pihak kerajaan?

"Pangeran Cyril, Anda ditetapkan menjadi pengkhianat kerajaan karena menyerang Yang Mulia Raja," kata Markus dengan wajah dingin.

Cyril menelengkan kepala ke kanan dan menjawab, "Tuan Amares, jadi sekarang Anda ada di pihak Matheus?"

"Saya adalah ksatria kerajaan, sudah tugas saya melindungi raja!"

"Jangan salahkan aku jika harus melukaimu!" ujar Cyril pahit.

"Saya akan menangkap Anda, Pangeran."

Pertarungan dimulai. Cyril dikepung oleh prajurit. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengalahkan prajurit level rendah. Namun, ia sedikit kewalahan saat berhadapan dengan Markus Amares. Selain karena kemampuan sang panglima tidak jauh levelnya dengan Cyril, sang pangeran juga tidak ingin melukai orang yang pernah berjuang bersama selama satu tahun.

"Aku tidak ingin melukai Anda, jadi biarkan aku pergi, Tuan Amares," pinta Cyril sambil terengah-engah.

"Saya tidak akan membiarkan pengkhianat lolos begitu saja," jawab Markus Amares tanpa mengedipkan mata.

Markus Amares mulai menyerang, suara raungannya bersahutan dengan denting pedang beradu. Cyril menangkis setiap ayunan pedang Markus Amares. Ia hanya menghindar tanpa melakukan serangan balik.

Cyril sudah mulai kelelahan. Mau tak mau, ia harus menyerang Markus Amares agar segera kabur dari istana sebelum prajurit bantuan datang. Akan tetapi, Cyril tidak bisa melukai temannya. Ia yakin ada yang tidak beres terjadi pada laki-laki berambut gelombang itu, sama seperti ibunya.

Saat fokusnya terpecah, lengan Cyril terkena sabetan pedang Markus Amares. Karena segera menghindar, serangan itu hanya menggores sedikit kulit kecokelatan pangeran. Melihat tidak ada niatan menyerah dari lawannya, Cyril akhirnya mulai menyerang.

Serangan Cyril yang bertubi-tubi bisa dihindari dan ditangkis oleh Markus Amares. Namun, sang panglima itu mulai terlihat kepayahan. Ketika akan meluncurkan serangan terakhir, ada serangan jarak jauh yang mengganggu.

Benar saja, pasukan bantuan sudah tiba di tempat pertarungan. Ada panglima tinggi ksatria kerajaan yang ikut datang, Sir Thompson, dari pasukan pertama. Akan sangat merepotkan jika Sir Thompson ikut terlibat.

Sir Thompson salah satu senior dan guru yang Cyril hormati. Orang itulah yang melatih Cyril sewaktu kecil hingga bisa menjadi pemimpin pasukan keempat. Degan keadaan tubuhnya yang baru saja terkena serangan dari Matheus, ia tidak yakin bisa melawan seniornya tersebut.

"Berhenti sekarang, Pangeran!" ujar Sir Thompson dengan tenang.

Cyril memasang kuda-kuda dan memedang pedangnya lebih erat. Ia mulai mengumpulkan auranya untuk menghadapi dua ksatria senior di hadapannya. "Aku tidak ingin melawan Anda dan Tuan Amares, Sir Thompson. Biarkan aku pergi dari sini."

Pandangan Sir Thompson mengeras. Ia mengangkat pedangnya yang sudah muncul aura biru keperakan. Angin kecil bertiup mengelilingi tubuh laki-laki seusia Raja Aldrich tersebut. Ia menyerang sang pangeran yang berubah statusnya menjadi buronan.

Cyril menangkal serangan aura pedang Sir Thompson yang meluncur ke arahnya dengan pedangnya yang juga diliputi aura biru. Kemudian, Cyril mengembalikan serangan aura ke arah lawan. Sir Thompson dan Markus Amares menghindari serangan Cyril dengan lincah. Berbeda dengan prajurit biasa yang langsung kocar-kacir.

Tenaga Cyril nyaris habis meladeni dua lawannya. Ia hanya bisa melakukan serangan jarak jauh seperti ini. Jika menyerang mereka jarak dekat, sudah pasti akan kalah. Namun, melakukan serangan jarak jauh juga menguras tenaga karena banyak mengeluarkan aura. Ia harus memikirkan cara untuk bisa melarikan diri dari sini.

"Pangeran!" Terdengar pekikan Bastian Rosewood yang datang dengan menunggangi kuda.

Melihat itu, Cyril segera mengerahkan banyak aura untuk melakukan serangan besar. Ia mengeluarkan aura dengan ukuran besar ke arah lawan. Saat serangannya melesat, Bastian Rosewood meraih tubuh Cyril memasuki hutan.

Kuda melaju dengan cepat ke dalam hutan yang gelap karena bulan hanya tinggal separuh. Namun, mereka tidak ada waktu untuk bersantai. Mungkin saja para prajurit akan segera menyusul. Jadi, mereka berdua harus segera keluar dari wilayah istana.

"Bastian, apa yang terjadi dengan Tuan Amares dan orang-orang di istana?" tanya Cyril saat napasnya sudah teratur.

"Saya tidak tahu, Pangeran," jawab Bastian Rosewood tidak yakin, "waktu itu saya maju menopang tubuh Anda saat pingsan. Kemudian, kami semua ikut pingsan. Saat saya sadar, Tuan Amares, Tuan Rockwood, dan Tuan Leonhart sudah ada di pihak mereka. Mereka seperti dicuci otak saat pingsan?"

"Hanya kamu yang tidak?" tanya Cyril penasaran.

"Iya, Pangeran. Saya berpura-pura seperti mereka agar tidak ditangkap. Saat saya dengar kegaduhan di istana dan penangkapan Anda, saya segera mencari kuda untuk kita kabur."

"Aneh," gumam Cyril, "kenapa hanya aku dan kau yang tidak terpengaruh?"

"Saya tidak yakin," sahut Bastian Rosewood.

"Kita harus segera keluar dari hutan ini dulu sebelum mereka menyusul. Kita jangan keluar di gerbang biasanya, Bastian. Aku yakin mereka sudah ada yang tiba di sana untuk menghadang kita."

"Lantas kita harus ke mana?"

"Aku tahu, ikuti petunjukku!"


The Winchester's OdisseyWhere stories live. Discover now