Satu

110K 399 5
                                    

Kaila memasuki sebuah ruangan yang menjadi kantor bagi ketua komisi IV DPR RI. Dibawahnya bertuliskan dengan indah nama sang wakil rakyat. Budi Sudjatmiko.

Bertemu dengan salah satu staff, Kaila segera menyampaikan maksud kedatangannya.

"Selamat sore pak Andre, saya diminta pak Singgih untuk mengantar proposal yang akan diajukan untuk kementerian pada pak Budi untuk bisa segera di tandatangani persetujuan." Kaila menunjukkan lembaran dokumen yang dia bawa.

Kaila adalah anak magang untuk pak Singgih. Dia kenal dengan pak Singgih karena dapil pak Singgih sendiri daerah rumahnya. Dan selama masa kampanye, Kaila banyak membantu pak Singgih mendapatkan suara dari orang-orang di sekitar Kaila.

Jadi tidak diragukan jika dia menjadi anak magang kesayangan pak Singgih. Bahkan di bulan pertamanya magang ini dia sudah mendapatkan julukan sebagai 'ceweknya pak Singgih'. Dan Kaila sendiri tidak keberatan dengan hal itu. Karena kenyataannya dia memang yang palinh di sayang pak Singgih.

"Sore, Kaila. Bapak masih rapat, kamu letakkan saja dokumennya di meja bapak ya?" Andre selaku staff ahli Budi menjawab Kaila.

"Eum, bapak butuh dokumennya secepatnya pak. Kalau saya nunggu pak Budi disini aja gimana?" Kaila mengutarakan maksudnya sedikit takut.

Andre mengalihkan perhatiannya pada Kaila. Dia mengintrogasi penampilan Kaila. Tidak terlihat maksud tersembunyi dari gadis itu. Sekalipun ada itu bukan urusannya.

"Baiklah, kamu boleh duduk di sofa itu. Paling bapak juga nggak lama lagi." Akhirnya Andre mengizinkan Kaila untuk menunggu.

"Terimakasih, pak." Kaila tersenyum sangat manis.

Kemudian gadis itu membawa langkahnya menuju sofa yang ada di ruangan itu. Dia mendaratkan bokongnya dengan manis setelah menaruh dokumennya di meja depan sofa yang didudukinya.

Kaila membawa pandangannya ke sekeliling ruangan. Sangat monoton. Apakah pak Budi memang sangat kaku?

Saat sibuk berselancar di dunia maya, Kaila mendengar sedikit suara riuh. Suara itu datang dari luar ruangan. Budi sudah selesai dari rapatnya. Kini Kaila menyimpan ponselnya di saku celana.

Kaila berdiri menyambut kedatangan Budi. Dia menjabat tangan dan tersenyum sangat manis.

"Kaila? Sudah menunggu lama?" Budi bersuara sembari tangannya menjabat Kaila.

"Enggak terlalu lama kok, pak. Bapak baru selesai rapat?" Kaila bertanya.

"Iyaa, agak hectic hari ini. Oh iya ada apa kamu mencari saya?" Budi mendudukkan dirinya di samping Kaila.

Jantung Kaila berdetak kencang kala ditatap sangat intens oleh Budi. Dia bahkan kesulitan untuk berbicara dengan posisi sedekat itu. Sebenarnya tidak terlalu dekat, tapi karena Kaila memiliki rasa pada Budi jadi dia merasa sangat gugup.

" oh anu, ini pak. Pak Singgih minta saya buat anter proposal ini. Dan harus segera bapak tandatangani, makanya saya menunggu bapak disini." Kaila mengambil dokumen yang teronggok di meja.

"Baik, saya cek dulu yaa." Budi mengarahkan matanya mengikuti pergerakan tangan Kaila.

Dia kemudian menyerahkan dokumen itu pada Budi yang diterima dengan tangan terbuka. Kemudian budi berdiri untuk mengambil kacamatanya di meja kerja. Budi juga membawa dokumen itu kesana untuk diteliti.

Sekarang Kaila bisa menatap visual budi dengan lebih jelas. Karena posisi mereka berhadapan tidak bersampingan seperti tadi. Di tengah kesibukan Budi mengecek proposal Kaila berceletuk.

"Pak, saya foto bapak ya? Saya suka visual bapak." Kaila memandang Budi dengan penuh tanya.

Entah dapat keberanian darimana dia bertanya seperti itu. Budi itu sudah punya istri. Bahkan menikah baru 3 bulan yang lalu. Memang istrinya janda punya anak 1, tapi tidak mungkin dia akan tertarik pada Kaila. Dan meskipun tau seperti itu, Kaila tetap nekat melakukannya.

Internship with BenefitWhere stories live. Discover now