Dua Belas

11.3K 290 29
                                    

Nomin, comeback!
Siapa yang udah nggak sabar nungguin Kaila, ngacung ✋️

Thank you ya yang udah dengan setia mengikuti cerita ini.

Gimana additional part nya? Kalau ada yang kurang boleh komen yaa. Rencananya  aku mau bikin beberapa additional part kalau nggak males, hehe.

Buat yang belum baca boleh baca dulu di KaryaKarsa. Link nya di deskripsi yang bawah yaa, jangan sampai salah. Judulnya "Additional Part Liburan Kaila dan Budi."

Happy Reading!
Jangan lupa meninggalkan jejak vote dan komen ;)









Kaila bangun dan melihat ponselnya yang penuh notifikasi. Instagram nya yang dulu sangat sepi sekarang banjir followers. Tetapi bukan karena suka mereka mengikuti.

Kaila membulatkan mata saat melihat postingan yang menandai akunnya. Pelakunya adalah Silvi. Wanita itu memposting fotonya dengan pak Budi ketika di Solo.

"Anjir, darimana cewek itu dapet foto gue sama bapak? Mana pas lagi cipokan!" Kaila menepuk keningnya.

Dia berusaha mengingat frekuensi pertemuannya dengan Silvi ketika di rumah teh itu. Kaila juga mengutuk Budi yang memaksa berciuman di tempat umum.

Wanita itu sudah berulang kali menolak dengan alasan tidak tau siapa saja yang ada di tempat tersebut. Tetapi Budi juga memiliki alasan yang tidak dapat dibantai Kaila. Benar, pria itu memanfaatkan kekuasaannya untuk membungkam Kaila.

"Aduh, gue gimana dong? Mana caption nya heboh banget lagi!" Kaila sudah hampir menangis.

Kemudian dia teringat hari ini harus menemani pak Singgih ke puncak. Jatahnya untuk terjun ke lapangan minggu ini full karena kemarin dia ambil cuti  2 hari.

Kaila meninggalkan kehebohan di dunia maya. Dia bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat. Bagaimanapun Kaila harus profesional.

Sampai di kantor wanita itu langsung mengikuti tim publikasi pak Singgih. Dia menjawab seadanya ketika orang-orang bertanya. Biarkan Budi yang membuat klarifikasi.

"La, lo gimana?" Dewi menepuk paha Kaila yang duduk bersebelahan dengannya.

Mereka masuk ke mobil tim protokol pak Singgih. Mobil Fortuner itu diisi oleh 4 orang tim protokol dan 2 orang tim publikasi yakni, Kaila dan Dewi. Dan mereka adalah kaum minoritas dalam mobil tersebut karena berjenis kelamin wanita.

"Gimana apanya?" Kaila mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

"Ya, nasib lo lah. Seluruh Indonesia udah tau itu." Dewi menyentil dahi Kaila.

"Tunggu bentar, kok lo nggak kaget atau berusaha konfirmasi kayak yang lain? Lo tau sejak kapan dew?" Kaila mengernyitkan dahinya.

"Lo, masih nanya? Setiap hari lo sama gue di kantor. Dan setiap hari pula gue menyaksikan kalau nggak pak Budi sendiri ya ajudannya yang akan jemput lo di depan ruangan. Bahkan kalau pagi gue papasan sama lo di parkiran waktu keluar dari mobil bapak atau mobil Fortuner hitam lo itu. Anak magang DPR dengan ekonomi sederhana kayak lo ketiban bondo darimana bisa bawa mobil Fortuner pakai inisial nama sendiri kayak gitu kalau bukan jadi ani-ani?" Dewi mencecar Kaila dengan fakta.

Seluruh orang dalam mobil terkejut. Pasalnya mereka diminta pak Singgih untuk tidak mempercayai kabar burung tentang Kaila yang sudah lama beredar. Dan hari ini mereka tidak bisa tidak percaya lagi karena yang berbicara adalah Dewi.

Kaila diam. Wanita itu menggigit bibirnya takut. Dia mengedarkan pandangan dan melihat semua orang memasang telinga menunggu jawaban darinya.

Kaila benar-benar bingung di pojokkan seperti itu. Perjalanan juga masih jauh. Walhasil dia berpura-pura menelpon orang untuk mengalihkan perhatian orang yang penasaran terhadapnya.

Internship with BenefitWhere stories live. Discover now