Extras End

8.1K 222 4
                                    

"Tidak bisa." Budi menjawab tegas.

"Maafkan saya Kaila. Saya bukan bermaksud menolak kamu dengan kejam. Tetapi kamu masih memiliki masa depan yang panjang. Kamu bisa menghabiskan waktu bersenang-senang dengan saya. Tetapi jangan sampai kamu mengikat diri kepada saya. Kamu harus terus bebas untuk mengukir sejarah, Kaila. Dan saya akan dengan setia mendampingi setiap proses kamu. Jadi, saya mohon jangan gegabah seperti ini." Lanjut Budi.

Dia dapat menebak pikiran Kaila. Budi yakin 100% apa yang diminta Kaila murni hanya sebatas gengsi.

Wanita itu baru saja keguguran. Terakhir kali dia memang meminta secuil bagian dari sosok Budi. Dan karena hal itu sudah tidak dimilikinya, Kaila ganti mengejar Budi.

Budi memang tidak bisa melepaskan Kaila untuk saat ini. Dia masih punya keinginan membantu wanita itu berkembang. Makanya dia jaga Kaila di sisinya.

Tetapi hal itu bukan berarti Budi mengikat Kaila. Dia sudah berjanji memberi kebebasan pada wanita itu.

Sepertinya dugaannya tentang Kaila yang masih labil memang benar adanya. Wanita itu bahkan belum mengetahui keinginannya yang sebenarnya. Dia masih bingung.

Dan dalam momen seperti ini peran Budi sebagai pendamping sangat diperlukan. Karena Kaila sudah tidak memiliki orangtua lagi.

"Jadi selamanya saya akan menjadi simpanan bapak? Tapi bagaimana dengan publikasi yang sudah saya lakukan pak? Semua orang sudah mengetahui hubungan gelap kita!" Kaila mulai terisak.

Dia tidak menyangka Budi akan menolaknya. Padahal pria itu berjanji akan bersamanya.

"Saya tidak meminta kamu menjadi simpanan saya, Kaila. Kamu sendiri yang menginginkan hal itu. Bukankah saya selalu membebaskan kamu dalam mengambil keputusan? Dan masalah publikasi biar nanti diselesaikan tim PR dan IT saya." Budi berusaha menyentuh pundak Kaila.

Tetapi wanita itu mundur. Dia menghindari sentuhan Budi.

Hatinya terlalu sakit.

Pria yang disukainya tidak memiliki perasaan yang sama. Oh bukan tidak memiliki perasaan. Budi juga mencintainya kok.

Tetapi mereka tidak bisa bersama secara terang-terangan. Hubungan mereka gelap. Sama seperti masa depannya.

"Masa depan saya sudah gelap karena bapak. Kenapa bapak tidak berusaha membawa saya ke jalan yang terang? Kenapa bapak malah semakin menggelapkan saya?" Kaila berteriak histeris.

Setelahnya Kaila berlari ke kamarnya dan mengurung diri. Budi menghela napas berat. Dia mengusap wajahnya kasar.

Saat ini dia sedang diuji oleh seorang remaja hendak dewasa yang masih labil. Demi tuhan, Budi belum pernah punya anak. Dia tidak tau parenting yang baik untuk seorang remaja.

Budi meringis saat bayang-bayang setiap kebersamaan mereka menghinggapi pikirannya. Bagaimanapun wanita itu telah memberikan segalanya padanya. Jadi sudah sewajarnya jika Kaila meminta status yang jelas.

Tetapi Budi juga tidak tega harus menempatkannya di posisi kedua. Dia bukannya tidak mau tetapi Mika itu terlalu berbahaya bagi Kaila.

Pening melanda kepala saat Budi mengurut hidungnya yang mancung. Dia tidak menyangka akan terjadi kekacauan seperti ini.

Budi pikir Kaila hanya akan bersenang-senang dengannya. Tanpa melibatkan perasaan.

Bahkan sekarang dia mulai berpikir kenapa waktu itu tidak dia biarkan saja Kaila berusaha membalas dendam padanya. Dia tidak perlu memberitahu kebenaran pada wanita itu. Dan itu artinya Kaila akan benar meninggalkannya.

Mungkin memang berat di awal. Tetapi seiring berjalannya waktu mereka akan terbiasa.

Sepertinya memang benar kata Mika. Dia merusak rencananya.

Internship with BenefitWhere stories live. Discover now