Dua

65.4K 311 3
                                    

"Bapak nyaman saya seperti ini?" Kaila berbicara dengan suara teredam.

Posisinya saling berpelukan dengan Budi. Wajah Kaila tenggelam dalam dada bidang pria itu. Nafas keduanya masih memburu.

Tangan Kaila tidak diam saja, dia mengelus sensual punggung pria itu. Semakin turun hingga mencapai bokong yang mampu meningkatkan gairahnya berkali lipat malam ini.

Kaila meremas pelan bokong pria itu. Dia memberikan rangsangan juga melalui kakinya yang digesekkan pada milik Budi.

"Hmm. Jangan salahkan saya kalau besok kamu kesulitan jalan." Budi memejamkan mata menikmati rangsangan Kaila.

Pria itu juga melakukan hal yang sama. Tangannya menelusuri punggung Kaila. Dan berakhir pada bokong sekal wanita itu.

Berbeda dengan Kaila yang melakukan remasan lembut, Budi meremas kuat bokong wanita itu. Hingga 1 desahan lolos dari bibir mungilnya.

"Ahh itu tidak akan terjadi. Buktinya saya baik-baik saja diperawanin bapak. Padahal dari beberapa literasi yang saya baca katanya akan sangat sakit. Tapi ternyata sakitnya cuma di awal. Setelahnya hanya kenikmatan yang saya rasakan." Kaila mendongakkan wajahnya.

Tangan Budi berpindah pada dagu wanita itu. Dia menuntun wajah Kaila untuk bisa diciumnya. Berawal dari kening, kedua mata, turun ke hidung dan berakhir di bibir mungil wanita itu.

Budi melumat pelan bibir yang menjadi candu nya. Merasakan setiap rasa manis dari bibir mungil dengan bentuk yang menggoda.

Kaila membuka mulutnya membiarkan Budi melakukan hal lebih. Ciuman kali ini tidak tergesa ataupun kasar seperti sebelumnya. Ciuman ini terlampaui nikmat dengan tempo perlahan.

Kaila merasa di mabuk kenikmatan. Budi sangat mampu mengendalikan dirinya. Kini tangannya berpindah ke dada bidang pria itu.

Dia mengelus pelan dada bidang itu. Naik turun seirama dengan tempo ciuman yang diciptakan oleh Budi.

Kaila menepuk pelan dada Budi. Menandakan dia butuh asupan oksigen.

Budi melepaskan pagutannya. Dia menurunkan ciumannya menuju rahang yang menjadi tempat favoritnya. Dengan bentuk wajah oval cenderung bulat, dagu wanita itu sangat menggoda untuk digigit.

"Ahh sakhit pak." Kaila mendesah nikmat campur sakit kala pria itu mengigit dagunya.

Masih turun lagi, sekarang pria itu bermain diantara leher dan bahu Kaila. Budi meninggalkan banyak kissmark di leher jenjang wanita itu.

Kaila tidak tinggal diam. Dia merasa harus bisa memuaskan pria itu. Jadi sekarang dia naik diatas pria itu.

Dia juga bermain di sekitaran leher dan bahu pria itu. Meninggalkan banyak kissmark yang menjadi tanda tubuh itu adalah favoritnya.

Kaila menurunkan ciumannya. Dia membuat garis imajiner lurus menuju inti tubuh Budi.

Sampai di depan benda berharga Budi, kaila mendongakkan kepala memohon izin.

"Tidak usah Kaila, kamu belum pernah melakukannya." Budi berusaha membawa kepala Kaila naik.

Tetapi wanita itu menggelengkan kepala tanda penolakan. Dia mulai memasukkan benda panjang dan besar itu ke mulutnya. Terasa sangat sesak di mulut kaila yang kecil.

Bahkam dia tidak bisa memasukkan seluruhnya. Kaila menjilati benda itu seperti halnya memakan permen yang manis. Dia juga bermain pada 2 bola yang membuat Budi mendesahkan nama Kaila beberapa kali.

Budi tidak salah, meskipun ini pertama kali bagi Kaila tapi wanita itu sungguh lihai dalam memuaskannya. Kini dia membantu Kaila memaju mundurkan kepala wanita itu yang berada di bawah.

Internship with BenefitWhere stories live. Discover now