34. SEQUEL ( The Same Pain)

14 0 0
                                    

Lea menggigit bibirnya cemas serta sesekali mengetuk jari jemari nya gelisah diatas meja menunggu Mark keluar dari tolet. Tak berapa menit kemudian, Mark akhirnya keluar dari toilet dan dengan sengaja berusaha tersenyum agar Lea tidak begitu khawatir dengan keadaannya.

Lea langsung membuang nafasnya dengan lega.

"Babe. Jawab jujur. Kamu sakit kah? Kenapa sampai bisa mimisan gitu?"tanya Lea khawatir.

"Aku juga ngga tau. Mungkin kecapean kali. Kan aku semalam sempat lembur."jelas Mark.

"Hah? Berarti semalam habis ngantar aku pulang, kamu balik ke kantor lagi?"decak Lea terkejut.

Mark pun menganggukkan kepalanya.

"Yaudah kalau gitu kita periksa ke rumah sakit ya?"ajak Lea.

"Sayang. Don't take it serious. Aku ngga apa-apa. Ini paling cuma karena kecapean doang."elak Mark.

"Yaudah kalau habis makan ini kita langsung pulang. Kamu harus istirahat."ujar Lea bersikeras.

"Iya iya oke."balas Mark.

***

Setelah mengantarkan Lea pulang, Mark langsung diminta Lea untuk pulang dan beristirahat. Di kamar, Mark menghempaskan badannya ke tempat tidur dan menatap kosong langit-langit kamarnya.

"Apa gue harus periksa ke rumah sakit aja ya? Masalahnya ini udah kedua kalinya gue mimisan. Hfhh.. semoga karena kecapean doang."gumam Mark.

***

"Aku pulang!"teriak Haechan.

Haechan langsung menutup pintu, lalu menemukan Lea yang duduk di depan tv yang menyala. Ia masih mengenakan pakaian kantornya.

Haechan pun menggelengkan kepalanya heran.

"Lea. Lo ngga dengar apa kalo gue udah pulang?"tanya Haechan berhenti tepat di belakang Lea yang sedang duduk.

Tapi Lea tak kunjung menjawab. Haechan mulai khawatir, dan menghampiri Lea.

"Lea!"panggil Haechan sambil sedikit mendorong bahunya.

"Eh? Lo udah pulang?"ujar Lea dengan suara pelannya.

Haechan mengernyitkan dahi nya dan memperhatikan tatapan mata Lea yang kosong.

"Lo kenapa? Ada apa?"tanya Haechan khawatir. Ia merasa seperti ada yang janggal dari tatapan mata Lea.

Lea masih belum bisa menjawab. Tetapi deru nafasnya semakin lama semakin cepat. Haechan dengan sigap langsung membuka cardigan Lea. Haechan lalu menggenggam kedua tangan Lea.

"Lea. Dengerin aku. Ayo tarik nafas perlahan..keluarkan dari mulut..tarik nafas lagi..keluarkan.."ucap Haechan menenangkan. Lea pun menurut dan melakukan seperti apa yang dilakukan Haechan.

Haechan paham jika Lea tiba-tiba sesak begini, anxiety nya pasti sedang kambuh lagi. Ia langsung memberikan Lea air putih dan Lea meminumnya dengan perlahan.

"Ya udah nggapapa kalau lo belum bisa cerita sekarang. Istirahat sana ke kamar. Gue mau makan dulu."kata Haechan yang kemudian beranjak pergi. Namun Lea segera menahan pergelangan tangan Haechan.

"Gue mau cerita sekarang."sela Lea.

Haechan pun menghela nafasnya, lalu duduk kembali dengan tatapan menunggu penjelasan dari Lea.

"Tadi..Mark mimisan Chan. Katanya karena kecapean. Gue yang notice hidungnya berdarah duluan. Terus gue ngerasa sesak gitu, tangan gue juga gemetar gitu. "terang Lea.

"Itu berarti..ketakutan lo liat darah..balik lagi?"gumam Haechan terkejut.

Lea mengangguk lemah. Air mata yang sedari tadi tertahan kini terjatuh membasahi kedua pipinya. Haechan langsung meraih Lea kedalam dekapannya.

DANDELIONS (END)Where stories live. Discover now