ERLANGGA [19]

716 40 6
                                    

Tepat saat Langga sudah membuka pintu sepenuhnya dapat ia dengar suara dingin seseorang yang masuk menyapa gendang telinganya.

"Dari mana saja kau?!" Tanya Geo dengan tatapan tajam yang ia layangkan kepada Langga. Belum lagi para anggota keluarganya yang lain. Mereka menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup, kecuali Saka ia hanya menatap Langga dengan lega sekaligus khawatir.

"Maaf, tadi Langga sedang mengerjakan tugas kelompok di—"

"Bang Langga seharusnya nggak boleh seperti itu. Kalau abang mau pergi, minimal kabarin kita dulu biar kita nggak nyariin kayak gini." ucap Gaby yang memotong ucapan Langga.

"Heh kutu onta! gimana mau ngabarin kalau HP aja kagak punya?makannya, kalau mau ngomong itu dipikir dulu pakek ini!." sanggah Langga dengan menunjuk kepalanya sendiri.

Mereka semua terdiam. Benar yang dikatakan oleh Langga. Selama anak itu tinggal disini, mereka tak pernah melihat anak itu bermain dengan benda pipih canggih itu. Sedangkan Gaby ia hanya menunduk takut menatap Langga yang mengeluarkan aura datarnya saat melihat dirinya.

Langga yang melihat keterdiaman keluarganya itu hanya menatap mereka dengan jengah. Ia lelah dan hanya ingin istirahat sebentar saja, tetapi mereka malah memperpanjangan masalah yang bagi Langga hanya secuil debu.

"Udah lah, Langga ijin duluan mau bersih-bersih." pamitnya lalu meninggalkan semua yang menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Heh! Dimana attitude mu kepada orang yang lebih tua?! Apakah ini yang di ajarin oleh wanita itu selama ini?"

Langkah Langga terhenti mendengar ucapan kata yang menurutnya sangat rendah. Ia berbalik, lalu menatap sang empu yang berbicara tadi.

"Apa maksud mu?" tanya Langga dengan dingin.

"Woah! Lihatlah bocah ini sudah berani melawan ternyata! Haha, sungguh menarik." ucap Arthur dengan terkekeh ringan yang lebih tepatnya seperti mengejek.

"Kak! Sudah lah." sanggah Lucas yang sudah lelah melihat perdebatan itu.

"Diam kau, Lucas!" sentak Arthur yang membuat Lucas diam dan tak bersuara. Sementara Langga hanya menatap mereka dengan datar dan tangan yang mengepal.

"Kau bocah sialan! Kau beruntung sekali karena adikku ini mengambil mu kembali."

"Gak ada yang minta untuk aku kembali ke sini. Bahkan aku saja kalau bisa memilih, lebih baik aku tinggal di panti daripada tinggal di rumah yang isinya hanya setan dan iblis."

"Benar-benar tak punya attitude ternyata." geram Arthur.

"Attitude? Apakah sikapmu memperlihatkan attitude yang baik dan benar? Mari aku beri tau apa yang namanya attitude sebenarnya." Langga berjalan menuju mereka atau lebih tepatnya ke arah Arthur dengan tangan yang masih mengepal dan jangan lupakan bola matanya yang sudah berubah.

Sementara mereka yang mengetahui bahwa 'dia' sudah muncul kembali membuat mereka was-was apalagi mereka yang sudah merasakan bagaimana keganasannya.

"La-Langga, sudah." seolah tuli, Langga A.k.a Edward tetap berjalan menuju Arthur dengan seringaian khasnya.

Setelah tepat dihadapan Arthur, Edward langsung saja memberikan pukulan kasih sayangnya ke wajah jelek pria bangkotan itu.

BUGH

PRANG!

Karena tak siap dengan serangan dadakan itu, tubuh Arthur terpental beberapa meter hingga tubuhnya mengenai sudut meja dan membuat barang-barang yang diatas meja itu terjatuh dan pecah.

ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang